"Tik, yang di sana juga dibersihin yah?" Hana menunjuk tempat yang dipenuhi sampah di samping lapangan yang saat ini mereka bersihkan. Yah, saat ini Tika dibantu Hana melaksanakan hukumannya seperti hari-hari sebelumnya. Sebenarnya Farah dan Najwa ingin sekali membantu mereka, tetapi karena orang tua mereka melarang anaknya pulang lama dikarenakan jarak rumah dan sekolahnya sangat jauh hingga membutuhkan satu jam untuk menempuh rumah dari sekolah. Jauh memang, tapi mereka sanggup karena mereka ingin sekolah di tempat yang orang katakan adalah sekolah unggulan. Mereka rela bersusah-susah agar akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, yaitu cita-cita dan menjadi orang yang sukses. Sebenarnya orang tua mereka melarang, tetapi mereka meyakinkannya jika keputusannya itu memang tepat. Sehingga orang tuanya memberikan syarat jika mereka tidak boleh pulang terlambat, dan mereka meng-iya-kan syarat tersebut.
"Nggak usah, Han! Kata Kak Gio kita cuma bersihin lapangan doang." Ucap Tika sembari membuang sampah dedaunan yang sudah dia kumpulkan ke dalam tempat sampah.
"Oh yaudah, jadi habis ini kita bisa pulang 'kan?" Hana mendekat lalu ikut membuang sampah itu.
"Iya."
Setelah itu, mereka pun bergegas untuk pulang. Mereka pulang dengan kendaraannya masing-masing dan berjalan bersama. Tujuan mereka sebenarnya bukan untuk pulang. Tetapi menuju masjid yang pernah Tika datangi bersama Yusuf yaitu tempat anak TPA mengaji. Yusuf mengajak mereka untuk menjadi guru mengaji. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung mengiyakan ajakan mulia itu.
Sekitar 5 menit, mereka sudah sampai dan langsung memarkirkan motor. Mereka baru saja ingin melangkahkan kaki masuk ke masjid, tiba-tiba suara klakson mobil menghentikan mereka. Otomatis mereka berbalik melihat sumber suara.
"Rafa?!" Kaget Tika dan Hana bersamaan melihat sosok Rafa yang tengah tersenyum lebar memandangi mereka.
Arah langkah kaki Hana yang tadinya ingin masuk ke masjid dia putar dan langsung segera mendekat ke Rafa, "Mau apa lo ke sini? Lo buntutin kita yah?" Tanya Hana menyelidik.
"Sori, Han. Gue sengaja ngikutin kalian, soalnya tadi pas Yusuf dateng ke kelas, gue nggak sengaja denger percakapan kalian." Terus terang Rafa sembari mematikan mobilnya lalu keluar dari sana.
"Terus lo ke sini mau apa? Lo mau buat ulah lagi? Lo mau gangguin kita? Atau lo mau bakar mesjid ini?" Cerocos Hana kasar ke Rafa. Dia sudah muak dengan laki-laki di hadapannya. Sudah banyak masalah yang ditimbulkan. Apalagi kemarin gara-gara dia, Tika difitnah sekejam itu oleh Jeny.
"Waduh lu jangan suudzon dulu dong! Gue ke sini nggak mau ngelakuin aneh-aneh kok, gue cuma mau ikut belajar ngaji." Terang Rafa.
Hana mengernyit kaget, "Lo mau belajar ngaji?" Hana terkekeh sejenak, lalu melanjutkan, "rencana gila apa lagi yang mau lo buat hah? Udah ah berhenti ngelakuin ini semua, Raf. Semua capek sama lo. Kita menderita karena kelakuan lo."
Rafa menggaruk rambut hitamnya yang tidak gatal, dia bingung mau menjelaskan ke Hana, "Gini, Han, gue sadar selama ini gue emang salah. Semua kelakuan gue udah ngelampauin batas, gue sadar kelakuan gue ngelebihin anak tk, gue sadar semua orang menderita sama gue, gue sadar itu semua. Dan sekarang gue pengen perbaiki itu semua, gue pengen berubah. Jadi intinya, sekarang gue mau ikut belajar ngaji karena gue mau berubah."
Hana terdiam sejenak, "Lo serius, Raf? Lo nggak bohong 'kan? Atau jangan-jangan lo sakit?" Hana masih belum bisa menangkap keseriusan Rafa.
"Gue serius! Gue pengen berubah. Gue bakalan perbaiki semua tingkah gue selama ini. Demi apapun gue janji itu!" Tutur Rafa sangat yakin dengan ucapannya.
Tiba-tiba Tika mendekat dan langsung bertanya, "Ada apa?" Tika memandang Hana dan Rafa bergantian.
"Ini, Tik, Rafa pengen ikutan mau ngaji bareng. Katanya dia pengen berubah. Tapi gue masih belum percaya sama dia. Gue takut dia ngerencanain sesuatu yang akhirnya pasti buat kita susah." Jawab Hana sambil bersedekap memandang Rafa jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
SpiritualSemua berawal ketika Atikah pindah dari pesantren ke sekolah biasa karena suatu alasan Uminya. Di sana dia bertemu dengannya. Sosok yang Atikah pertama kali lihat ketika masuk ke sekolah barunya. Bagi Atikah cowok tersebut adalah ladang dosanya. Cow...