Tangannya dengan cekatan merapikan Al-Qur'an yang baru saja dia pakai tadi. Dia melirik jam dinding di atasnya, sudah jam tiga dan sebentar lagi solat ashar. Dia harus cepat, pasti anak-anak sudah menunggu dirinya. Setelah dirasa rapi, dia bergegas keluar dari mesjid sekolah dan berniat untuk ke parkiran, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat suarah gaduh di tengah lapangan. Dia penasaran membuatnya melirik ke sumber suara. Terlihat Jeny memarahi seseorang. Dia tidak tahu siapa gadis itu, baru pertama kali dia melihatnya, dan ah ya gadis itu berbeda dengan murid biasanya. Jilbab panjangnya yang menjuntai panjang membuat Yusuf penasaran tentang siapa gerangan gadis itu.
Plak!
Satu tamparan telak mengenai pipi mulus gadis itu. Yusuf kaget dengan perlakuan Jeny ke gadis itu sehingga dia tak tinggal diam, dia lari menuju tempat itu. Ketika tiba di sana, dia langsung berdiri diantara Jeny dan gadis itu.
Melihat Yusuf, Jeny membulatkan matanya kaget, "Apa yang lo lakuin di sini?"
"Gue yang harusnya nanya ke lo, kenapa lo ada di sini sama dia? Dan juga kenapa lo tampar dia kayak tadi?" untuk pertama kali, Yusuf menatap tajam kaum hawa di depannya.
Jeny sedikit tersentak dengan tatapan itu, tapi kemudian dia berucap, "Lo nggak usah ikut campur yah! Gue lakuin ini semua karena dia emang bersalah. Dia udah ngelakuin hal yang nggak bener. Gue benci sama dia!" tangan Jeny menunjuk-nunjuk Tika penuh amarah.
"Lo nggak boleh gitu, Jen. Harusnya lo selesain masalah lo sama dia dengan baik-baik. Semua masalah nggak bakalan selesai kalau lo kayak gini, malah buat tambah rumit tahu nggak. Coba, lo dengan sabar kasih tahu kesalahan dia apa, pasti dengan hitungan menit, masalahnya kelar." Yusuf menjelaskan dengan lembut dan sabar. Sedari tadi Jeny berusaha untuk menyentuhnya agar dirinya pindah, tetapi dengan gesit dia menghindar dan tetap pada posisinya.
"Ah lu emang penganggu! Gue nggak bisa sabar kalau dia udah ngambil Rafa dari gue. Dia pelakor tahu nggak! Asal lo tahu yah, dia itu sok nggak mau nyentuh yang bukan muhrim, eh taunya dia malah rangkul-rangkulan sama si Rafa. Kalau lo nggak mau percaya, nih fotonya nih. Mesra banget 'kan, malem-malem lagi, gue curiga dia udah buat sesuatu sama Rafa, tuh lihat aja si Rafa juga mabuk kayak gitu. Gue tahu tuh si Tika yang udah ngajak Rafa ke club buat ngelakuin sesuatu." Jeny menunjukkan foto Tika yang saat itu sedang memapah Rafa yang sedang mabuk. Yusuf hanya mengernyit bingung melihatnya. Dia tidak tahu seluk beluk dari gadis ini, yang dia tahu hanyalah Rafa yang suka buat onar dan Jeny yang sangat tergila-gila dengan Rafa.
"Apa yang kamu lihat sama sekali nggak seperti yang kamu pikirin. Kamu salah paham, Jen! Aku cuma nolongin Rafa saat itu." ucap Tika menjelaskan cerita yang sebenarnya. Dia tahu Jeny tidak akan mempercayainya, sedari tadi dia sudah berusaha panjang lebar menjelaskannya, tapi yang dia dapatkan hanyalah tamparan keras dari Jeny.
"Ah gue nggak percaya sama lo, jalang!"
"Jeny! Lo nggak boleh ngomong gitu sama dia. Yang lo katain itu udah kelewatan batas. Lo harus sadar, lo harus denger penjelasan dia. Mungkin yang dia katakan emang bener. Jangan langsung ambil keputusan sepihak." Yusuf menaikkan nada suaranya. Apa yang Jeny lakukan sudah tidak bisa dibiarkan.
"Pokoknya sampai gue mati, gue nggak bakalan pernah percaya sama dia!" Jeny tersulut emosi tinggi, "saat ini lo masih bisa lolos dari gue. Tunggu aja nanti, lo bakal menderita! Gue nggak bakal buat lo bahagia! Ingat itu baik-baik!" Jeny kemudian meninggalkan mereka.
Yusuf menghembuskan napas kuat, lalu berkata, "Lo sekarang jelasin apa yang sebenarnya terjadi!" dia berkata kepada Tika tanpa menatap Tika.
Tika memejamkan matanya terlebih dahulu, berusaha membuat hatinya tenang lalu kemudian mulailah dia menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dari nada bicaranya, Yusuf tahu, jika gadis dihadapannya tidak berdusta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
SpiritualSemua berawal ketika Atikah pindah dari pesantren ke sekolah biasa karena suatu alasan Uminya. Di sana dia bertemu dengannya. Sosok yang Atikah pertama kali lihat ketika masuk ke sekolah barunya. Bagi Atikah cowok tersebut adalah ladang dosanya. Cow...