Tika menekan bel rumah Hana dan mengucapkan salam. Sesekali matanya melirik ke belakang. Di situ ada Najwa dan Farah. Kemarin, ketika Jeny sudah mengumumkan mengenai fitnah Tika, Farah dan Najwa langsung meminta maaf dan merasa menyesal sudah percaya begitu saja terhadap foto editan itu. Mereka merasa sudah gagal menjadi sahabat Tika, seharusnya sahabat ada ketika sahabat lainnya merasa kesusahan, bukan malah memanas-manasi dan juga memperburuk keadaan. Sebagai rasa bersalahnya, Najwa dan Farah berniat mentraktir Tika sebulan penuh di kantin. Sebenarnya Tika menolak dengan alasan merepotkan, tetapi Najwa dan Farah bersikeras terhadap niatnya itu. Akhirnya Tika terima, toh dia juga berpikir rezeki tidak boleh ditolak.
Mereka ke rumah Hana bukan tanpa alasan. Setelah mendengar Oki-tetangga Hana-menuturkan alasan Hana tidak datang ke sekolah karena sakit, mereka langsung berencana ingin ke rumahnya setelah pulang sekolah.
Tak lama pintu dibuka menampakkan wanita paruh baya. Tika bisa memperkirakan umurnya sekitar 42, masih muda untuk seumuran Ibu yang sudah memiliki anak yang menikah. Yah, Hana memiliki seorang kakak perempuan yang sudah berumah tangga. Hana juga punya adik laki laki yang sekarang baru berumur 5 tahun. Sangat jauh memang perbedaan usia mereka.
Wanita itu menyambut mereka ramah lalu mempersilahkannya masuk. Mereka saling bercakap sebentar kemudian menuju kamar Hana.
Ketika masuk, sosok Hana ia dapatkan duduk, sambil matanya fokus pada laptop di hadapannya. Tangannya memegang kue kaleng, sesekali mengambil isinya dan mengoperkan ke mulutnya.
"Assalamu'alaikum, Han." Salam mereka bertiga.
Hana menoleh. Dia kaget dengan kedatangan ketiga sahabatnya yang sudah dia anggap saudara berada di hadapannya, "Eh? Waalaikumussalam, kalian dateng? Kok nggak ngabarin gue dulu?"
"Mau kasih surprise aja, hehe ..." Jawab Tika sembari duduk di ranjang Hana, diikuti oleh Farah dan Najwa.
"Yaelah alay banget pake surprise-an segala." Balas Hana.
"Btw lo kok nonton sih? Orang sakit tuh harusnya bobo di atas kasur, nggak lakuin apa-apa. Lah elu, malah nonton?" Tanya Najwa heran ketika melihat film action terputar di layar laptop Hana.
Hana mematikan laptopnya lalu menatap Najwa, "Najwa ku sayang. Gue sakit itu nggak secengeng elo. Gue nggak suka baring lama di kasur. Malahan kepala gue bakalan tambah pusing."
"Iya, Wa. Semua orang itu sih beda-beda. Jadi jangan samain lo sama Hana, haha ..." Farah menimpali ucapan Hana lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk Hana.
"Emang kamu sakit apa, Han? Parah yah?" Tika memegang bahu Hana.
"Nggak kok, cuma sakit biasa. Cuma demam dikit. Lagian sekarang gue udah baikan."
"Jadi besok udah sekolah dong?" Tanya Najwa antusias. Entah mengapa dalam hatinya dia sangat bahagia jika Hana ada.
"Kenapa? Lo kangen sama gue?" Hana menatap Najwa jahil.
"Ih nggak lah. Mana mungkin gue kangen sama lo? Bisa kiamat dunia." tentulah Najwa berbohong. Bisa besar kepala Hana jika dia mengatakan kalau memang dia bahagia Hana ada di dekatnya.
"Hush ... jangan ngomong kayak gitu! Biarpun kamu bercanda, itu nggak baik. Jangan ulangi lagi! Ucapan itu doa loh." Tika menasihati Najwa.
"Iya, iya maap. Aku nggak sengaja."
"Eh, omong-omong, makasih banget loh udah jengukin gue. Gue seneng banget kalian semua dateng." Hana tersenyum tulus.
"Santai aja kali. Kita sebagai sahabat harus emang gitu." Ucap Farah.
"Aahh ... gue terharu. Jadi pengen peluk." Setelah Hana berucap, mereka kemudian berpelukan layaknya teletabis.
"Ohiya, Han. Kita punya sesuatu buat kamu." Tika mengeluarkan kotak berwarna hijau mint di dalam tasnya, kemudian memberikannya kepada Hana. Tanpa butuh waktu lama, Hana langsung membukanya dan berbinar melihat isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Tâm linhSemua berawal ketika Atikah pindah dari pesantren ke sekolah biasa karena suatu alasan Uminya. Di sana dia bertemu dengannya. Sosok yang Atikah pertama kali lihat ketika masuk ke sekolah barunya. Bagi Atikah cowok tersebut adalah ladang dosanya. Cow...