Different 2

1.3K 100 10
                                    

"Assalamu'alaikum, Umi." Tika mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah. Dia tahu jika abi, dan kakaknya tidak sedang di rumah.

Tika mempunyai Abi seorang Tentara. Abinya jarang ada di rumah karena selalu ditugaskan keluar kota untuk mengemban amanahnya sebagai seorang tentara. Sekarang saja Abinya ditugaskan ke Papua. Sebenarnya Tika merasa kesal, dia ingin sekali keluarganya lengkap, dan berkumpul bersama ketika Tika pulang sekolah tapi apalah daya itulah resiko mempunyai Abi seorang tentara.

"Waalaikumussalam, sayang." Uminya menghampirinya dan merangkulnya, "gimana sekolahnya? Udah dapat temen baru?"

Tika mengangguk bersemangat. Dia mengingat kejadian tadi di sekolah, Hana, dan dua orang berhijab di kelasnya namanya Najwa dan Farah mengajaknya jalan-jalan keliling sekolah, dan dia mengenalkan tempat penting yang ada di sana. Setelah itu, mereka pergi ke kantin. Mereka mengobrol dengan seru. Bahkan, jika saja Tika tidak menolaknya dengan paksa, Tika akan ditraktir oleh mereka. Sungguh, mereka orang yang sangat baik. Pikir Tika.

"Wah, anak Umi gampang bersosialisasi yah. Mirip sama Umi waktu kecil."

"Maksud Umi?"

"Sebenarnya ada suatu fakta yang nggak pernah orang tahu. Cuma keluarga Umi yang tahu. Termasuk Abi, dan Kakakmu. Hanya kamu yang belum Umi kasi tahu, sekarang Umi mau kasi tahu kamu. Ini rahasia yah. Jangan kasi tahu teman Umi dan teman kamu. Sebenarnya Umi dulu sama seperti kamu dipindahkan dari sekolah, cuman Umi pindah dari SMA biasa ke pesantren. Kamu tahu tidak, kenapa Umi dipindahkan?"

"Mungkin karena sekolah Umi yang dulu pergaulannya nggak baik?" Tebak Tika.

"Jawaban kamu hampir betul. Umi dipindahkan karena Umi dulu anaknya nakal, nggak mau nurut sama orang tua, suka pacaran, dan ... " Uminya mendekatkan bibirnya ke telinga Tika "dan ratu pembuli kelas."

Tika yang mendengarnya kaget bukan main. Uminya yang selama ini dilihatnya lemah lembut, taat agama, hormat sama orang tua, ternyata masa mudanya berbanding terbalik dengan realita sekarang.

"Umi serius? Astagfirullah Umi, aku nggak nyangka banget loh. Apa karena Kakek dulu kurang ngedidik Umi?" Tanyanya serius.

Uminya tersenyum, "Nggak sayang. Malah Kakek yang selalu marahin Umi. Dia berusaha ngedidik Umi, tapi Uminya yang keras kepala. Jadinya Kakek buat keputusan untuk pindahin Umi ke pesantren dan di sana Umi cepat banget dapat teman. Dia sana orangnya baik semua, dan disitulah Umi berubah. Dan Umi mulai sadar kalau apa yang Umi perbuat selama ini memang salah. Dan mulai saat itu Umi mulai membuat orang tua Umi bahagia. Dan sekarang kamu bisa lihat perubahan Umi."

"Umi memang Umi yang hebat. Aku janji bakalan bahagiain Umi. InshaAllah aku bakalan hapal 30 juz. Agar kelak Umi sama Abi di akhirat dapat mahkota agung, dan bercahaya, karena aku sayang banget sama Umi." Tika mencium pipi Uminya sayang.

"Makasih, Nak. Umi juga sayang banget sama kamu. Ohiya, kamu udah minum belum obat kamu?"

"Astagfirullah maaf Umi aku lupa." Tangannya refleks memukul dahinya dengan telapak tangan.

"Di rumah aja kamu nggak teratur minum obat. Gimana di pesantren?"

"Iya Umi maafin aku. Aku bener bener lupa. Tika janji besok Tika nggak lupa lagi, InshaAllah"

"Yaudah kamu ke sana gih minum obat! Umi mau siapin makan siang."

"Siap Umi!"

🌟🌟🌟

Atikah sekarang duduk memandang buku dihadapannya. Otaknya sedang serius berkutat dengan soal fisika di hadapannya. Tadi, gurunya memberikan tugas, sebenarnya waktu pengumpulan tugas masih lama, tapi Tika termasuk anak yang rajin dalam masalah belajar.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang