Different 13

514 55 6
                                    

Yusuf dan Tika terus mengedari sekolah berusaha mencari keberadaan Rafa. Saat ini arah mereka adalah tempat tongkrongan Rafa bersama teman-temannya, yaitu belakang kantin sekolah.

Sesampainya di sana, mereka tidak melihat sosok Rafa. Hanya ada sahabatnya Dadang dan Dodi.

"Halo calon istri. Tumben ke sini. Mau ngapain? Cari abang yah? Wuhuhu terharu abang di cari sama kamu." Cerocos Dadang tiba-tiba, dia mengusap matanya yang menurutnya ada air mata. Setelah itu dia melanjutkan dengan mengambil sisir kecil di kantong celananya yang sering dia bawa kemana-mana, lalu kemudian mulai menyisir rambutnya yang tampak sangat licin.

"Najis lu, Dang! Mana ada Tika cariin elu, palingan dia cari Rafa. Jangan geer lu!" Dodi memasang muka jijik ke Dadang sambil melempar gorengan ke rambut Dadang membuat rambutnya tidak se-rapi tadi.

Dadang melotot, "Kambing lu! Rambut gue ancur, mbing!" Dia kembali menyisir rambutnya, lalu mengatakan, "Gue nggak geer yah, mbing, tanyain aja tuh sama calon istri gue, pasti doi cari abangnya yang paling ganteng ini. Iya 'kan, Tik?" Kedua alisnya dinaikkan dan matanya menoleh ke Tika.

Tika tersenyum ramah, lalu mengatakan, "Maaf, tapi yang Dodi katakan memang benar. Aku lagi nyari Rafa."

Mendengarnya, Dodi langsung tertawa mengejek, "'Kan gue juga bilang apa, Tika pasti bakalan nyari si Rafa, toh mereka 'kan udah pacaran."

Dadang melototkan matanya, "Beneran, Di? Kok gua kagak tahu?" Tanya Dadang heran.

"Siapa bilang Tika sama Rafa pacaran?" Tiba-tiba Yusuf bertanya.

"Loh 'kan di mading udah terpampang jelas kalau si Rafa dan Tika pacaran. Keliatan banget mereka berangkulan mesra. Masa sedeket itu nggak pacaran sih? Ditambah lagi si Tika ngelepas kerudungnya." Dodi menjelaskan santai sambil terus memakan gorengan yang sedari tadi di genggamnya.

Dadang kembali melototkan matanya. Kali ini lebih lebar, "Hah?! Kapan mereka ngelakuin itu? Kok gue nggak tahu lagi sih? Dan kenapa lo tahu semua? Lo dukun yah? Atau lo sepupunya lambeturah? Astagah kenapa lo nggak kasih tahu gue, Di."

Pletak!

Dodi menampol kepala Dadang hingga yang empunya meringis sambil menggosok titik sakitnya, "Gue bukan apa-apanya lambeturah yah apalagi sepupunya. Gue tuh tadi lihat beritanya di mading. Semua orang tuh udah tahu beritanya bukan cuma gue. Makanya jadi orang tuh jangan kudet. Satu lagi! Lo jangan pernah ngelototin gue kayak gitu. Serem tahu!"

"Ssshhhh, sakit banget sayang! Aku 'kan cuma nanya sama kamu. Nggak usah make kekerasan kali. 'Kan kamu tahu kalau aku nggak suka dikerasin kayak tadi." Dadang mengucapkannya dengan nada yang sangat manja, bagaikan Dodi adalah suaminya.

Dodi memutar matanya malas, "Najis lu!"

"Mereka nggak pacaran. Mereka cuma di fitnah. Tika sama sekali nggak pernah ngelakuin hal itu, apalagi ngelepas jilbab. Tentang foto di mading itu, semuanya cuma editan." Yusuf maju dan duduk di antara Dadang dan Dodi, "Sekarang kita mau tahu keberadaan Rafa. Kalian tahu 'kan kalau semua orang udah tahu fitnah ini? Dan karena semua orang tahu itu, Tika jadi dihina, dihindari, dan nggak ada lagi yang mau temenan sama dia. Dia seperti dikucilkan karena semua orang beranggapan kalau dia itu munafik. Toh dia sering menasihati orang supaya nggak ngelakuin hal yang nggak baik dan bertentangan sama agama, tapi yang mereka lihat di foto Tika ngelakuin hal yang sebaliknya. Sekarang semua orang benci sama dia. Jadi tolong, bantu kita buat cari Rafa, karena cuman Rafa yang bisa tuntasin fitnah ini. Cuma Rafa yang bisa jelasin hal yang sebenarnya ke semua orang."

Dadang memajukan bibir bawahnya, "Kasian banget calon istri abang. Oke, mulai sekarang, abang janji bakalan bantu kamu sampai semua masalah kamu selesai. Termasuk cariin si Rafa."

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang