"Aku balik naik bus kenapa?" aku mengapit handphoneku di antara bahu dan telinga.
Sebuah keajaiban seorang Darius meneleponku duluan!
Engga juga sih. Darius terkadang meneleponku tapi ya hanya untuk menanyakan hal penting lalu dimatikan. Jarang ia bertanya panjang lebar.
"Jangan main hp di bus walau ada security kan tetap bahaya."
"Duduknya di bagian khusus wanita- sekarang di bus kan ada khusus wanita."
"Kalau ada ibu yang lebih tua kasih duduk jangan malah pura-pura tidur."
"Iya bawel- aku kira kamu mau jemput aku." ucapku.
"Jangan berharap lebih ya nona. Lagian aku juga bawa motor dan ga bawa helm lebih." ucapnya.
"Udah sana pulang aku masih ada kerjaan. Ganggu nih teleponan." ujarnya dengan ketus.
"Hei? Kan kamu yang telepon?" Darius terdiam.
"Dah! Hati-hati! Kabarin kalau udah di rumah!" aku belum sempat membalas ucapannya Darius lebih dahulu memutuskan panggilan.
"Balik naik bus?" tanya mas John.
"Iya abis itu minta adek jemput di halte." jawabku.
"Duluan mas John," pamitku.
"Eh barengan aja." aku menatap mas John yang sedang tersenyum kikuk.
"Aku sih dikasih tebengan ga nolak mas lewatin halte yang di ujung itu kan? Aku nebeng sampe situ boleh?" tanyaku.
"Boleh yuk!" aku berjalan beriringan dengan mas John. Sesekali mas John menanyakan tentang diriku dan suasana di tempat kerja.
"Kamu sama pacar kamu udah berapa lama Tam?"
"3 tahun mas. Mas sama pacarnya udah berapa lama?" tanyaku.
"Kamu ngeledek ya? Kan Bang Mail udah bilang tadi." ujarnya.
"Ditinggal kawin beneran?" tanyaku.
"Iya. Udah diselingkuhin eh dia kawin sama selingkuhannya." aku menepuk pundak mas John.
"Jodoh ga kemana mas," ujarku.
"Kamu saya antar sampe rumah aja deh ya. Arahin jalannya."
"Ha serius mas?" tanyaku.
"Iya paling kamu traktir saya makan aja sebagai gantinya,"
"Bercanda," mas John mengacak rambutku.
Aku yakin kalau mas John punya adik perempuan pasti ia sangat sayang dengan adiknya.
Pasti dulu pacarnya juga diperlakukan begini tapi bisa-bisanya mantan mas John selingkuh.
Tamara Kenneth
Aku udah otw ya
Dianter mas johnDarius serius
OkeLucukan display name Darius yang aku buat? Darius Serius. Tadinya Darius Galak tapi ia marah karena aku sebut galak.
Hei, padahal Darius tau dan sadar jika ia galak.
"Makasih ya mas! Mau mampir dulu?" tawarku.
"Lain kali aja ya ga enak dateng tangan kosong gini," tolaknya.
"Okay deh mas! Makasih ya! Hati-hati!" setelah mobil mas John meninggalkan rumahku baru aku masuk dan Harris berdiri di depan pintu rumah.
"Siapa tuh?"
"Kepo banget,"
"Gue aduin ka Darius nih?" ancamnya.
"Aduin aja orang si Darius tau kok," aku menyingkirkan Harris yang menghalangi pintu rumah dan langsung menuju dapur.
"KAMU KOK ADA DI SINI?!" aku langsung menghampiri Darius yang ada di dapur sedang berkutat dengan masakannya.
"Disuruh ka Bryan soalnya dia ga balik. Mama sama papa juga ke surabaya kan?" aku mengangguk.
"Kamu bukannya banyak kerjaan tadi bilangnya?"
"Kerjaan bisa dilanjut di rumah. Ngejagain rumah ini lebih penting daripada dapet telepon dari polisi kalau terjadi kebakaran," aku memeluk Darius dari belakang yang pasti langsung dilepas olehnya.
"Jangan peluk-peluk bau!"
"Engga kok! Kamu ga bau!" ujarku lalu berusaha memeluknya lagi tapi dahi ku ditahan oleh Darius.
"Bukan gue yang bau tapi elo!" lalu aku mendengar suara tawa yang menggelegar dari pintu dapur.
"HARRIS! GAUSAH MAKAN LO!" teriakku dengan kesal.
"Orang gue mau ke rumah Jeremi. Mamanya ulang tahun terus tumpengan. Bye curut!" ujar Harris lalu pergi.
"HEH! ADIK DURHAKA- hmmmpth!" kali ini bibirku dicubit oleh Darius.
"Udah bau, berisik pula. Sana mandi." usirnya.
"Iya deh biar makin cantik," ujarku dengan genit.
"Aku sirem air panas nih?"
"Pakai cinta aja ya say?" aku tertawa puas ketika melihat raut wajah Darius yang siap menyiramku dengan air panas.
"Yang enak ya masaknya," aku berjinjit lalu mengecup pipi Darius.
"Kok makan duluan?" protesku ketika melihat Darius makan terlebih dahulu.
"Laper." ujarnya.
Aku menyendokkan lauk ke piring tapi diikuti dengan tatapan tajam Darius.
"Mata kamu minta aku colok banget deh Dar. Begitu banget liatin aku. Aku tau aku cantik. Cantik-"
"Pakai nasi." titahnya.
"Tapi-" aku menyendokkan nasi ke piring yang langsung membuat Darius tersenyum.
"Kamu abis ini mandi gih Dar. Pakai baju ka Bryan atau ga kaos kamu yang waktu itu." suruhku.
"Mau langsung balik. Masih ada kerjaan."
"Kerjain disini aja. Harris pasti pulang bisa jam 12. Dia lagi class meet terus rumah Jeremi kan juga masih di komplek jadi pasti pulang malem." ujarku.
"Aku mandi kamu kabarin mamah bilang aku di rumah kamu." ujar Darius.
"Asik!" seruku.
"Aku udah. Kamu cuci piring abis makan." ujar Darius lalu membawa piring kosong ke dapur dan mencucinya.
"Jangan lupa telepon mamah." kali ini aku yang membeku karena Darius mengecup pucuk kepalaku kemudian berlalu begitu saja.
Yang kayak gini nih suka bikin jantung ga karuan.
Dasar Darius Serius.
Heart Shaker
Anjay
Darius Serius.
Serius menggetarkan hati.
Kalau disana ada internet pasti ada sih hehe aku usahain up ya guys hehe.
A.