11

5.8K 1.3K 172
                                    

Darius itu emang gila kerja atau memang bertanggung jawab dengan segala kerjaan dia sih?

Darius baru terhitung sekitar 4 hari keluar dari rumah sakit dan ia sudah bekerja bahkan lembur.

Jangan lupa ia melanjutkan skripsinya selama 4 hari ia tidak pergi ke kantor. Aku yang menemaninya bahkan sempat diomeli panjang lebar.

"Ada promo ke Bali nih." ujarku sambil menunjukan promo tiket pesawat pp Bali-Jakarta.

Darius ternyata serius dengan ucapannya saat sakit kemarin. Aku kira ia hanya bercanda ternyata ia serius.

"Kamu maunya kemana? Jogja atau Bali?" tanyanya lalu memainkan handphoneku entah aplikasi apa yang ia buka karena aku menyetir.

Darius percaya dengan keahlian menyetirku. Aku bahkan bisa menyetir sejak kelas 1 SMA sedangkan Darius baru bisa menyetir ketika kelas 3 SMA.

"Bali mau?"

"Aku sih ngikut kamu aja lumayan sih ke Bali berangkat rabu malam jadi hitung aja 4 hari 3 malam. Kita gausah jauh-jauh perginya." Darius mengangguk entah setuju atau entah memang ingin mengangguk.

"Bali aja deh yuk kayaknya lebih enak." aku terdiam yang membuat Darius juga ikut diam.

"Ka Daryl kan nikahan dua minggu lagi?" ujarku lalu menatap Darius.

"Tatap jalanan." aku langsung menatap jalanan tapi menatap Darius untuk menggodannya namun nyaliku langsung ciut ketika Darius menatapku dengan sengit.

"Yaudah biarin aja dia nikahan dua minggu lagi."

"Terus kita minggu depan ga jadi ke Bali?" tanyaku lalu menatapnya karena sedang terjebak di kemacetan.

"Jadi. Kalau dua minggu lagi kita sibuk sama nikahan mereka kalau minggu besok itu kita sibuk buat diri kita." aku tersenyum jahil lalu mendekatkan wajahku yang berakhir dahiku disentil olehnya.

"Gausah kotor pikirannya ga bakal terjadi apa-apa juga." tukas Darius.

"Emang siapa yang mikir kotor?" godaku.

"Aku mikir kita bakal main pasir pantai-"

"Itu kotor!" seru Darius yang membuat aku tertawa.

"Dar, kalau terjadi sesuatu juga ya aku ga masalah. Kita sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas perbuatan kita. Aku yakin kamu bukan tipe orang yang akan lari dari tanggung jawab." ujarku.

"Kalau ada sesuatu hal yang tidak kita harapkan terjadi pun aku pasti ga akan dengan seenaknya melakukan. Setidaknya aku punya pelindung. Kalaupun terjadi dan berujung kita diberi berkat aku pasti bakal tanggung jawab tapi belum saatnya. Aku belum punya cukup uang untuk menghidupi kalian."

"Aku pacaran sama kamu untuk menjaga kamu bukan merusak kamu ya seburuk-buruknya yang bakal terjadi di Bali apa sih? Make out mungkin?" aku masih menatap Darius.

"Jalan bodoh udah hijau,"

Pada akhirnya kami berangkat ke Bali pada rabu malam. Penerbangan kami pukul 10 malam dan kami sampai pukul 12 malam. Kami memang meminta hotel untuk menjemput kami karena kami sampai tengah malam.

Kami memesan 2 kamar dan kebetulan kamar kami berseberangan. Jika aku bercerita kepada Charles, ia pasti akan meledek ku habis-habisan.

Aku bisa membayangkan apa yang ia akan katakan.

"Ke Bali? Berdua? tapi nginep dengan kamar terpisah? Kayak anak SMP lagi study tour aja."

Aku sudah bersiap untuk tidur tapi ketukan pintu membuatku terpaksa bangkit dan membuka pintu.

"Kamu bawa odol? Punyaku ketinggalan." aku membuka pintu dengan lebar mempersilahkan Darius masuk.

Oh, aku sepertinya lupa bilang jika aku membeli sepasang piyama polos berwarna hijau tosca untuk Darius. Sedangkan piyama yang aku punya berwarna ungu muda.

"Ih gemes banget kita kayak kembaran!" seruku dengan semangat lalu memeluk Darius yang sedang menyikat giginya di kamar mandi.

"Aku kira beneran mau kamu buang," aku menyembulkan kepalaku di sela ketiaknya.

Darius tidak akan tidur jika ia belum mandi. Bahkan aku yakin jika ia habis keramas karena aku bisa mencium bau shampoonya.

"Kok berhenti?" Darius yang sedang menyikat gigi langsung berkumur-kumur lalu meninggalkan ku di kamar mandi.

"Kenapa sih?" aku bertanya kepada Darius yang sedang mengusak rambutnya dengan kesal.

"Kuncinya aku tinggal di dalam!"

Pada akhirnya Darius tidur di kamarku. Aku sudah menyarankan untuk ke meja resepsionis untuk meminta kunci baru tapi ia menolak dengan alasan sudah subuh.

"Sudah bobo?" aku membalikan badan menjadi menghadap Darius yang sudah memejamkan mata namun masih bisa bergumam.

"Gabisa tidur," keluhku lalu mendekat ke Darius.

"Kenapa gabisa?" tanyanya yang lebih terdengar seperti gumaman.

"Belom terbiasa mungkin? Kamu kalau udah ngantuk bobo aja ya." aku membenarkan rambut Darius yang berjatuhan dan menutup dahinya.

Aku mengecup dahi Darius lalu mengelus kepala Darius.

"Katanya kalau kepala dielus bisa bikin cepat tidur." ujarku lalu mengelus rambut Darius.

"Untuk orang lain tapi engga untuk aku." aku mengerucutkan bibir karena sebal tapi tetap mengelus rambut Darius.

"Dar, kamu kepikiran untuk menikah ga?" tanyaku.

"Tadi nyuruh tidur terus dikasih pertanyaan kayak gini."

"Iya maaf." ujarku.

Beberapa menit berselang Darius membuka matanya lalu menatapku.

"Siapa yang ga mau menikah sih? Umur kita sudah 22. Sebentar lagi juga ditanyain kapan nikah kalau ke rumah saudara." aku masih terus mengelus rambutnya.

"Aku udah berjanji sama diri aku sendiri jika menikah nanti aku gamau meminta biaya tambahan atau bantuan dari orang tua. Semua biaya harus aku, si pengantin yang tanggung. Orang tua calon istriku kelak juga tidak boleh memberi bantuan dana."

"Aku juga mau ngeluarin biaya kali yang mau nikah kan bukan kamu sendiri tapi aku kan juga nikah." tukasku yang membuat Darius terkekeh lalu mengecup hidungku.

"Emang udah pasti nikah sama kamu?"

Percayalah air wajahku langsung berubah bahkan elusan di kepala Darius aku hentikan.

"Hei, kita saat ini pacaran dan aku memang berniat serius sama kamu tapi kan kita gatau apa yang bakal terjadi tapi aku selalu berdoa sama Tuhan untuk mengizinkan aku bersama kamu sampai maut." aku mengalungkan kedua tanganku di leher Darius lalu mengecup bibirnya.

"Kalau aku minta kamu menunggu 4 tahun lagi kamu mau? Aku rasa 4 tahun lagi uang tabunganku cukup untuk menikah, membeli rumah, dan mencukupi kebutuhan hidup nantinya."

Aku menatap Darius dan Darius juga menatapku.

"Kamu ga mau bicara sesuatu gitu?" pancingku.

"Aku cinta kamu," lalu Darius menciumku.

Bukan itu yang mau aku dengar sebenarnya. Mungkin lain kali kamu akan jujur denganku.

Saat ini aku hanya ingin menikmati kecupan yang kamu berikan.

Heart Shaker

Question number 1

Dimanakah saya harus mencari kekasih seperti Darius?

Tolong ya dijawab.

A.

Heart Shaker -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang