22

9.9K 1.3K 167
                                    

"Dar?" panggilku tapi tidak ada sahutan dari Darius.

Darius menyuruhku untuk ke rumahnya karena mama dan papanya sedang menginap di rumah ka Daryl.

"Kamu suruh aku dateng tapi kamu ga ada di rumah?" teriakku lagi.

Aku membuka kamar Darius tapi nihil. Aku menuju dapur juga nihil. Aku mendengar gerasak-gerusuk dari kamar orang tua Darius. Aku pernah masuk ke dalam tapi ketika mama Darius yang mengajak atau dengan izin mama Darius untuk masuk ke dalam.

Di komplek perumahan Darius memang sedang rawan maling apa lagi dua rumah sebelah Darius baru saja kemalingan.

"Tante maaf ya aku masuk tanpa izin," ujarku lalu membuka pintu kamar dan terlonjak kaget melihat Darius hanya dengan bokser sedang mengacak lemari.

"KAMU NGAPAIN?!" omelku.

"Jangan geratakin lemari mama kamu ga sopan," aku menghampiri Darius lalu memukul pundaknya.

Aku mengerjapkan mata beberapa kali ketika Darius berdiri. Sejak kapan tubuhnya yang cungkring itu menjadi berotot? Sejak kapan juga ia memiliki otot di perutnya?

"Ngedip kali," ujar Darius.

"Kamu jadi mau cari baju buat nikahan Edith kan?" tanyaku pada Darius.

"Iya- nah ketemu!" ujar Darius.

"Apa tuh?" tanyaku karena Darius menyembunyikan apapun itu yang ia cari di kantung boksernya.

"Kamu pesen geprek gih aku kepengen." ujar Darius yang aku angguki.

Aku bodoh ya? Cepat sekali menuruti perkataan Darius.

"Yang, nginep aja malam ini." aku menoleh ke arah Darius yang sedang menyetir.

Darius itu kalau ada maunya baru memanggil aku dengan sebutan sayang. Dasar PKB.

Pacar kalau butuh.

"Tapi catokan dan kawanannya aku ga bawa. Aku juga ga bawa baju ganti."

Darius langsung memutar arah dan menuju perumahan ku.

"Kamu beresin aku tunggu ya sayang." ujarnya kemudian mengusap rambutku.

PKB betul pacarku yang satu ini.

Aku langsung menuju ke kamarku untuk membereskan barang-barang sedangkan Darius sedang menemani mama di dapur. Sepertinya mama belum menyerah membuat pie susu yang selalu gagal ia buat dan Harris yang menjadi sasarannya tapi karena hari ini Harris pergi namun ada Darius, aku bisa yakin jika Darius akan menjadi tumbal kali ini.

"Nginep?" aku cukup terkejut ketika melihat Bryan.

"Lo ga kerja?" tanyaku yang dijawab dengan gelengan kepala.

"Hari ini gue kerja di rumah males ke kantor- oh iya lo mulai kerja dua minggu lagi kan?" aku mengangguk sambil mencari baju tidur untuk nanti malam.

"Gue tuh ada kenalan kan di kantor lo dan katanya bosnya baru aja diganti. Katanya sih anak yang punya itu perusahaan tapi gatau deh. Ga ngurus gue."

"Ya siapa tau muda dan tampan kan Bry?" ujarku.

"Siapa yang muda dan tampan?" aku dan Bryan menoleh bersamaan ke arah Darius yang datang sambil memakan pie susu buatan mama.

"Ga kemanisan tuh?" tanya Bryan.

"Engga, cuma adonan pie ketebalan." ujar Darius.

"Ah, mau coba deh gue." Bryan keluar dari kamarku sedangkan Darius duduk di tepi ranjang kemudian menyalakan televisi.

"Dar, aku ke nikahan temen kamu pakai kain batik sama atasannya lengan buntung ini gapapa kan?" aku menunjukan baju lengan buntung polos berwarna hitam.

"Terserah kamu aja." ujar Darius setelah melirik sedikit ke arah baju yang aku tunjukkan.

"Masih mau disini atau mau lanjut jalan?" tanyaku setelah selesai membereskan pakaian dan perlengkapan yang akan aku bawa ke rumah Darius.

"Jalan aja yuk. Aku pamitan dulu sama mama." aku mengangguk.

Setelah dari rumahku, aku dan Darius melanjutkan perjalanan menuju salah satu pusat perbelanjaan. Aku menemani Darius mencari beberapa kemeja untuk kerja dan kemeja batik. Darius juga membeli dua pasang sepatu yang modelnya sangat mirip hanya warnanya yang berbeda.

"Kamu baju buat nikahan besok udah ada?" tanyaku.

"Udah kok."

Malam ini Darius terlihat sedikit aneh.

"Kamu kenapa?" tanyaku lalu menyisir rambut Darius dengan jemariku.

"Gapapa," Darius meraih tanganku lalu mengecupnya.

"Jangan bikin takut deh Dar- kamu kenapa? cerita sama aku." aku merubah posisi dudukku menjadi menghadap Darius.

"Ini tentang beasiswa- beasiswaku dipercepat karena satu dua hal yang aku ga mengerti juga kenapa. Harusnya di sekitar bulan maret aku berangkat tapi desember akhir aku harus berangkat. Mungkin karena dosenku yang merekomendasikan aku untuk dapat beasiswa itu lagi melakukan penelitian di Belanda dan dia juga lulusan universitas itu."

"Kenapa harus desember?" Darius memelukku ketika ia sadar air wajahku mulai berubah. Darius paham betul desember itu bulan kesukaanku.

"Kerjaan kamu gimana?"

"Aku udah bilang dan mereka mau menungguku sampai aku lulus S2."

"Kenapa harus bulan depan Dar? kenapa?" Darius tidak menjawab pertanyaanku.

"Tam, mama nitip sesuatu." aku melepas pelukan Darius dan Darius menyerahkan kotak cincin.

"Cincin dari mama katanya ini cincin yang dikasih papa dulu ketika papa harus kerja di luar negri selama dua tahun. Mama mau aku kasih ini ke kamu kalau tanya alasannya apa- kamu bisa tanyain langsung ke mama karena aku juga gatau alasan mama ngasih kamu cincin ini apa."

Aku memeluk Darius lagi yang membuat Darius terkekeh.

"Satu setengah tahun itu ga lama kok. Kita pasti bisa." ujar Darius.

Iya, aku yakin kita pasti bisa.

To be continue

Yorobunnn ada cerita baru doy nih hehe judulnya "Fool in Love" monggo dibaca.

Buat yang lagi oleng atau bucinnya jae ada cerita baru juga nih "Fell in Love with The Boss" monggo mampir hehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart Shaker -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang