13

5.9K 1.3K 139
                                    

Kangen ga?

Minggu pagi nanti aku dan Darius memutuskan untuk menonton sunrise karena sejak kemarin kami gagal menonton matahari terbit karena telat bangun.

Pada akhirnya kami menggunakan satu kamar. Kamar Darius tidak digunakan tapi Darius tetap menaruh barang-barangnya disana.

"Besok sebelum ke bandara kita ke pusat oleh-oleh dulu ya? Aku mau beli pie susu soalnya." ujarku sambil memainkan jemari Darius.

"Iya, aku juga mau beli oleh-oleh." Darius menarikku ke dalam dekapannya lalu menautkan tangan kami.

"Besok pulang ya?" tanya Darius dengan mata terpejam.

"Belum mau pulang," sungutnya yang membuatku terkekeh.

"Kan nanti kita balik lagi." aku melepaskan tautan dan mengusap rambut Darius.

Aku terbangun karena suara alarm yang terlalu kencang dan ternyata Darius sudah lebih dulu bangun. Dengan pakaian seadanya dan yang pasti kami berdua belum mandi. Kami menuju pantai.

Menikmati sunrise berdua sambil bersandar di bahu Darius.

Para jomblo pasti iri!

"Kalau kamu lanjut kuliah di Belanda kira-kira kamu bakal pulang ke Jakarta ga waktu liburan?" tanyaku.

"Kalau sempat pasti pulang." ujarnya.

"Kalau ada liburan aku juga bakal ke Belanda deh! tapi kamu harus siap nampung aku di apartment ya!" Darius terkekeh lalu melingkarkan tangannya di pundakku.

"Emang tabungan kamu cukup buat beli tiket pp Jakarta-Belanda?"

"Kan setelah wisuda aku langsung kerja biar bisa save up dari gaji terus nyusul kamu deh!"

"Tam," aku menoleh dan Darius menyerahkan kotak kecil berwarna hitam.

"Aku cuma bisa kasih itu sekarang. Harganya tidak mahal karena gaji aku sebagai karyawan magang belum cukup beliin kamu Tiffany and Co." aku membuka kotak itu dan menemukan sebuah kalung perak dengan liontin kecil.

"Dar-"

"Jangan kamu jual ya. Disimpen." ujar Darius tanpa menoleh ke arahku sama sekali.

Aku yakin Darius pasti malu.

Tapi aku juga malu sekaligus bahagia.

Tidak perlu Daoming Si yang memberikan Shancai kalung besar dan mahal itu. Aku hanya perlu Darius.

"Kamu ga mau bantu aku pakai ini?" tanyaku.

"Aku yakin kamu bisa pakai sendiri." aku berdecak lalu memakai kalung itu sendiri sampai sebuah tangan membantuku memakainya.

"Tadi katanya gamau bantuin." ledekku.

"Kalau putus kalungnya aku bisa lelepin kamu di pasir."

"Pasti mahal ya?" tanyaku setelah Darius selesai membantuku memasang kalung.

"Bukan masalah uang tapi masalah nilai kalung itu. Aku beli bukan hanya dengan uang tapi hati aku juga ada di kalung itu."

Aku langsung memeluk Darius tidak peduli dengan pandangan orang di sekitar.

"Terima kasih." aku bisa mendengar kekehan lembut yang keluar dari mulut Darius.

"Aku juga sayang kamu."

Kemanisan yang kami alami selama di Bali tidak berlangsung lama.

Senin menanti dan kerjaan menanti.

Heart Shaker -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang