8

5.7K 1.4K 100
                                    

"The? Ngapain?" aku langsung mencuci muka dan menyikat gigiku ketika Bryan membangunkanku dari tidur panjang di hari sabtu.

"Mau ngajak makan bubur," aku menatapnya dengan pandangan tidak percaya sedangkan Harris menatapku sebentar lalu memainkan ponsel miliknya.

"Ada bubur enak gitu daerah sini dan kebetulan gue lagi kepengen banget jadi yaudah sekalian ke rumah lo aja."

"Lo mengganggu tidur panjang gue di hari sabtu," Theo terkekeh sedangkan Harris mendengus.

"Mending kakak sekalian ajak dia kerjain skripsi deh. Dia ga bakal ngerjain skripsi kalau ga di ancem sama ka Darius." aku berdecak sambil menatap Harris dengan sebal.

"Yaudah yuk sekalian gue temenin lo kerjain skripsi. Kebetulan gue juga harus nyelesain kerjaan."

Pada akhirnya aku menyetujui ajakan Theo tapi aku sudah bilang terlebih dulu ke Darius. Bahkan aku meneleponnya dan sebuah kejadian langka terjadi.

Sudah hampir jam 11 dan Darius masih tidur. Biasanya di hari sabtu ia akan bangun paling lambat pukul 8 lalu berolahraga dan mengerjakan tugas. Hanya di situasi tertentu Darius bangun terlambat.

"Maaf, aku gatau kamu masih tidur. Biasanya kamu dari pagi udah bangun." ujarku yang merasa bersalah kepada Darius.

"Aku ngantuk banget baru tidur jam 7 tadi," aku meringis ketika mendengar suara Darius yang menandakan bahwa ia sangat kelelahan.

"Segitunya ngerjain kerjaan? Awas kamu sakit!" peringatku.

"Kenapa telepon?" tanyanya to the point.

"Aku mau brunch sama ngerjain skripsi bareng Theo." aku menunggu jawaban Darius tapi hampir satu menit tapi tidak ada jawaban.

"Sleep tight!" bisikku lalu mematikan telepon.

Aku dan Theo sudah berada di sebuah ruko kecil tempat penjual bubur kesukaan Theo.

"Jangan pakai seledri ya." ujarku pada Theo lalu masuk ke dalam ruko dan menempati salah satu meja di dekat kipas angin.

Aku tidak bisa memakan seledri dan kol entah mengapa tapi keduanya selalu sukses membuatku muntah. Susu rasa stroberi juga. Perutku bisa mual berkepanjangan dan aku akan muntah.

"Jangan bengong nanti rejekinya dipatok ayam," aku mendelik.

"Mau ati ampela dong," aku menunjuk piring yang berisi banyak tusukan yang biasanya dimakan bersama bubur.

"Lo suka juga? Banyak cewek yang jijik tau sama ati ampela." Theo membawa piring yang berisi tusukan.

"Berarti gue ga termasuk di antara mereka," aku sibuk mengaduk bubur yang aku makan sambil menambahkan sambal.

Selesai makan bubur, kali ini aku mentraktir Theo. Anggap saja balas budi karena semalam Theo sudah mengantarku pulang.

Aku dan Theo menuju salah satu mall yang memiliki kedai kopi ternama. Sepertinya tempat itu memang menjadi tempat favoritku untuk mengerjakan skripsi.

"Gue mau keliling bentar gapapa? Mau cari sepatu kerja." aku mengangguk.

"Gapapa atau mau gue temenin?" tawarku.

"Gausah gue cari-cari dulu aja paling kalau udah bingung baru minta pendapat lo." setelah itu Theo meninggalkan ku di kedai kopi sendirian. Aku mengecek handphone yang ternyata sedari tadi dalam mode pesawat.

Pantas aku tidak menemuka satu notifikasi pun dari Darius.

Darius serius
Maaf ketiduran
Aku capek banget

Heart Shaker -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang