"Aku kangen kamu sayang..."
"Tapi kamu ga kangen aku sayang..."
Aku mendengus sebal sedangkan Bryan dan Harris tertawa terbahak-bahak sambil memukul meja makan yang aku yakin kacanya akan retak sebentar lagi.
"Lagi Ris!" seru Bryan.
"Aku kangen kamu sayang masih cinta kamu sayang,"
"Tapi kamu engga!" Harris dan Bryan terus meledekku semenjak Darius bertugas di Palembang.
Ini hari ke-5 Darius pergi ke Palembang dan sudah 5 hari aku mendengar nyanyian itu.
"Udah, nanti makin rindu si Tamara!" ejek mama yang membuatku semakin kesal.
"Mah," rengekku.
"Mama, papa sama Harris malam ini jadi terbang ke Hongkong ya. Bryan juga mau ke rumah Sean kan?"
Mama, papa, dan Harris memang sudah merencanakan dari jauh hari jika mereka akan ke Hongkong untuk menghadiri pertunangan keponakan mama yang tinggal disana.
Tapi Bryan tidak memberi tahuku jika ia akan pergi ke rumah ka Sean yang bisa aku jamin ia akan menginap karena mereka pasti akan clubbing.
"Kamu sendirian gapapa? atau ga ikut Bryan aja."
"Ih! Udah gede si Tamara ngapain ngikut aku." protes Bryan yang aku angguki.
Aku kadang suka terpesona dengan ketampanan sahabat Bryan. Terutama Sean dan Kai. Jangan sampai Darius tau jika aku terkadang suka memperhatikan mereka.
Jangan bilang Darius ya!
"Tapi badan kamu udah ga panas kan?" Mama mengecek suhu tubuhku yang sempat panas tinggi dua hari lalu.
"Gapapa mama. Udah yuk berangkat." ajakku.
Setelah berpamitan dengan mama aku langsung masuk ke dalam mobil sedangkan Harris hari ini pergi ke sekolah dengan motornya.
"Lo beneran gamau ikut gue main ke rumah Sean?" tawar Bryan dan aku menggeleng.
"Titip salam cinta buat ka Sean ya. Gue kerja dulu." aku membuka pintu mobil lalu berjalan ke dalam gedung.
"Tam?"
"Hai!" aku tersenyum ketika Theo, teman mas John yang dikenalkan kepadaku menghampiriku.
Aku sudah lumayan dekat dengan Theo karena beberapa hari terakhir ini aku makan siang di luar bersama Theo dan mas John.
"Gue sama John mau ke club malam ini. Mau ikut?" tawar Theo.
"Kayaknya engga deh gue udah ada janji nih," tolakku dengan halus.
Janji pada diriku sendiri untuk mencoba ketoprak di depan jalan raya yang baru dan ramai itu.
Aku dan Theo beriringan masuk ke dalam lift yang padat. Beberapa pegawai wanita menyapa Theo bahkan ada yang menawarkan kopi untuknya.
"Lo tau Vania ga? Tunangannya kan dapet tugas ke luar negeri ya sebulan eh pulang-pulang minta putus padahal udah mau nikah. Dia selingkuh gitu." aku mendengar seorang pegawai wanita yang sedang menggosip ria itu.
Kalau Darius selingkuh gimana ya? Dia kan suka makan pempek- kalau disogok pake pempek terus dia jatuh cinta gimana?
"Hei, ga turun?" aku tersadar dari lamunan lalu keluar dari lift kemudian melambaikan tangan pada Theo.
Siang itu aku tidak memiliki niatan sama sekali untuk makan di luar walau mas John dan Theo sudah mengajakku.
"Mas Yus, tolong bikinin indomie kuah pake telor setengah mateng ya pake rawit." aku meminta tolong salah satu office boy.