1 : About Her

10.2K 784 8
                                    

Vote first! ☑️

Happy Reading

◾◾◾

Chanyeol POV

Tak terpikirkan olehku, menikahi seorang dewi yang bahkan dulunya hanyalah seorang gadis kecil yang selalu merengek -salah satu kebiasaan dirinya- meminta untuk ditemani bermain di Game Center.

Yeoja tomboy berparas indah dengan mata bulan sabitnya yang menjadi ciri khas, kulit seputih susu murni dan pipi merah merona bagaikan strawberry kesukaannya. Sangat cantik. Badannya yang mungil selalu membuatku ingin mendekapnya erat agar tidak menghilang di keramaian orang. Tangannya yang lentik selalu menarikku kemanapun tempat yang ia inginkan.

Aku bahkan ingat ketika ia merengek memintaku membelikan buah paling favoritnya itu setelah kejadian penggerebekan usil dari kedua sahabat kami yang lain, si dekil Jongin dan gadis kurus bermata rusa bernama Luhan. Dengan tidak tahu malu, mereka memakan semua persediaan stock buah kesukaan si mungil yang membuat api di atas kepalanya menyala dan mengorbankanku untuk mengganti kesalahan dua orang tersebut yang memasang wajah tanpa dosa.

Masa remaja memang masa yang paling indah dalam hidupku. Apalagi semenjak bertemu dengannya. Pada saat memasuki tahun pertama pendidikan menengah pertama, aku sangat mengingatnya. Hanya kami berdua yang saat itu mendapat hukuman akibat tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap. Ya, hanya kami berdua diantara ratusan siswa baru pada saat upacara pembukaan tahun ajaran baru.

Malu? Tentu saja.

Takut? Apalagi.

Tetapi, dengan santainya, si mungil yang selalu menunjukkan senyuman cerahnya itu menepuk pundakku dengan ramah. Untuk menenangkanku, aku tahu itu.

Aku yang pada saat itu merasakan kecemasan luar biasa, bagaikan melihat lentera cahaya dalam kegelapan. Ya, bisa dikatakan aku terkejut. Dah yah.. terpesona.

"Tenang saja, ada aku." Dengan entengnya, ia berujar mantap dengan cengiran cantiknya. Aku mengakui meskipun penampilan dan tingkahnya terlihat tomboy, tetapi aura kecantikannya tetap menguar.

Aku mengangguk dengan kegugupanku yang tercipta dari sikap hangat dari perilakunya ataupun tekanan dari tatapan orang-orang yang menghakimi di sekitar kami.

Sejak kejadian itu, kami menjadi dekat. Ia yang mengenalkanku kepada teman-teman yang lain dengan sifat ceria dan ramahnya. Bahkan diriku terbilang sangat kaku dan awkward jika bertemu dan berbincang dengan orang lain sedangkan dirinya, bahkan baru bertemu selama 3 menit pun rasanya seperti sudah berteman selama 3 tahun. Luar biasa.

"Ya! Park Chanyeol! Jangan hanya melamun, tangkap bolanya!"

"Park Chanyeol, pinjam bukumu! Aku tidak sempat mengerjakannya tadi malam."

"Ya Yoda! Kenapa kemarin tidak masuk? Kau bisa sakit juga ternyata."

"Hey Park, bagaimana potongan rambutku? Aku tidak suka dengan rambut panjang. Sangat merepotkan."

"Sini oper bolanya, tiang bendera!"

Dan masih banyak lagi perkataannya yang sangat ke-tomboy-an seperti itu. Seperti anak lelaki. Aku sampai geleng-geleng dibuatnya. Malah kadang aku merasa seperti mempunyai teman lelaki, dengan wajah yang terbilang cantik tentunya.

Setiap perkataannya selalu kuingat sampai saat ini. Sangat membekas dan mengena dalam hati. Bahkan dengan perilakunya.

Memanjat pagar saat telat masuk gerbang. Heol, bahkan ia selalu memakai celana panjang di dalam rok seragam selututnya. Benar-benar tidak mempedulikan penampilan dibandingkan yeoja-yeoja lain seusianya.

The Greatest BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang