Selamat membaca:)
Cemilan dan film sudah cukup membuat Gladys betah berlama-lama dikamarnya. Bahkan dari sepulang sekolah ia belum keluar kamar sekadar untuk makan. Kamar adalah tempat favoritnya. Hanya di dalam kamarnya sendiri ia bisa lompat-lompat, bernyanyi dan menari sesuka hatinya tanpa takut ada yang melihat atau mendengar karena kamarnya kedap suara.
Ia sebenarnya kesepian. Ia bingung mengapa Papa dan Mamanya hanya membuat satu anak? Tidakkah mereka berpikir jika anaknya membutuhkan teman? Mama dan Papa Gladys bekerja dalam perusahaan yang sama. Perusahaan miliknya sendiri. Papa sebagai direktur utama dan Mama sebagai sekretarisnya. Mama Gladys terlalu protektif dengan suaminya, ia tidak mengijinkan Papa Gladys mendapat sekretaris seorang wanita walaupun sudah bersuami. Ia akan mengijinkan jika sekretarisnya seorang laki-laki, namun sejauh ini perusahaan belum menemukan yang cocok sehingga Mama Gladys yang mendapat jabatan itu. Terdengar berlebihan memang, tapi begitulah kenyataannya dan Papa Gladys terlihat senang-senang saja tidak terganggu sedikitpun.
Yang menjadi korban adalah putrinya sendiri. Ia kadang merasa ia anak pembantu atau anak Mama dan Papa sih? Sejak kecil yang mengurusnya adalah pembantu di rumah ini. Walaupun begitu, sebisa mungkin Gladys mengerti posisi kedua orangtuanya. Mereka bekerja untuk masa depannya. Ia justru bersyukur kedua orangtuanya terlihat selalu harmonis, dan ia berharap akan selalu begitu. Toh, Mama dan Papa Gladys tidak menelantarkannya. Jika mereka pulang mereka selalu mampir ke kamar Gladys untuk sekadar melihat keadaannya dan mencium keningnya. Ya, Gladys tahu karena ia sendiri belum tidur. Jika Gladys ingin berlibur bersama juga mereka akan berusaha mengabulkan.
Malam sudah menjemput, cemilannya pun sudah habis. Berbagai film sudah ia tonton dari action, romance, hingga komedi. Tidak dengan film horror. Ia sangat anti dengan itu. Sekarang ia bingung harus apa.
Kok gue haus, ya?
Gladys turun dari ranjang dan bergegas menuruni tangga untuk menghilangkan dahaganya di dapur.
Ia membuka kulkas lalu mengambil sebotol minuman dingin dan mulai menenggaknya.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu mengagetkannya yang baru saja menutup pintu kulkas. Ia mengernyit, siapa yang datang ke rumahnya malam-malam begini?
Gladys menggedikan bahu, biar nanti asisten rumah tangganya yang akan membuka pintu. Ia pun kembali melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Kakinya berhenti di anak tangga kedua karena telinganya masih mendengar ketukan pintu itu.
Lagi pada istirahat kali yah?
Ia pun memutuskan untuk membukanya sendiri. Ia mengernyitkan dahi melihat seorang laki-laki memakai celana jeans warna hitam robek-robek dan hoodie berwarna navy berdiri membelakanginya.
Detik selanjutnya laki-laki itu membalikkan badan.
"Kevin?"
Kevin tersenyum manis mendapati Gladys berdiri di depannya. Gladys yang menyadari bahwa dirinya hanya memakai hot pants dan kaos oblong kebesaran sontak memundurkan langkah kembali masuk dan menyembulkan kepalanya keluar.
"Ngapain?" tanya Gladys.
"Jalan, yuk."
Jalan?
Ia kembali mengingat kejadian dimana ia yang membayari semua kencannya. Ya, karena itulah ia seperti menjaga jarak dengannnya. Tidak, ia tidak memandang laki-laki hanya dengan uangnya saja kok. Ia hanya sedikit waspada, karena tidak mau kejadian bersama mantannya terulang kembali dimana ternyata ia hanya dimanfaatkan saja. Ah, ia benci mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum Girl
Novela JuvenilCewek yang sering dipanggil 'jomblo dari orok' juga usil karena hobi sekali meletakkan bekas permen karet di kursi teman sekelasnya bertemu dengan cowok introvert minim ekspresi yang begitu mendekati sempurna. Iya, mendekati karena nyatanya ia tidak...