Selamat membaca:)
Sudut bibir Gilby terus saja tertarik ke atas sembari dirinya mencari baju yang cocok untuk ia pergi malam ini.
Kini, dirinya sibuk memilih baju yang tergantung di dalam lemari. Berkali-kali ia menggeser baju yang tergantung secara bergantian tapi ia tak menemukan yang pas.
Gilby menghembuskan napas pelan.
Cuma Adara, Gil. Si cewek gratisan, nggak usah ribet kaya cewek.
Lalu pilihannya jatuh pada celana jeans hitam robek-robek dan kaos polos warna putih berlengan pendek. Dirinya yang bertelanjang dada hanya ada handuk melilit di pinggangnya lantas mengambil baju itu dan memakainya.
Rambutnya ia biarkan berantakan. Lalu mengambil minyak wangi dan mulai menyemprotkan pada tubuhnya. Gilby bercermin melihat dirinya dari atas sampai bawah.
Ada yang kurang.
Ia lalu kembali membuka lemarinya dan mengambil jaket berwarna hitam. Tak lupa ia memakai sneakers warna putih bermerk Adidas.
Perfect.
Gilby mengambil kunci mobilnya lalu beranjak menuruni tangga.
Baru saja ia sampai di anak tangga terakhir, suara bariton di belakangnya membuat ia menghentikan langkah.
"Mau kemana kamu?"
"Pergi."
"Keluyuran?"
"Belajar."
"Belajar sama siapa malam-malam begini? Jangan coba-coba bohongin Papa, Gilby."
Gilby menghembuskan napas kasar, "Tim cerdas cermat."
Mendengar itu, Wishnu, Papa Gilby sontak tersenyum lega, "Oh iya, Papa lupa. Kamu harus menang, ya?"
Gilby hanya berdehem lalu melanjutkan langkahnya namun lagi-lagi Papanya kembali bersuara membuat ia mau tak mau kembali menghentikkan langkahnya.
"Gilby."
"Ya?"
"Untuk apa kamu mengajukan temen kamu yang bodoh itu untuk menjadi tim kamu? Siapa namanya? Santi?"
"Adara."
"Ah iya Adara. Bukannya pak Santoso sudah merekomendasikan siswa lain yang jauh lebih pintar dan pantas mengikuti lomba itu?"
Tanpa sadar, kedua tangan Gilby mengepal, "Terus maksud Papa, Adara nggak pantes?"
"Tentu saja. Siswa bodoh--"
"Adara nggak bodoh Pa!" suara Gilby meninggi.
"Terus kalo nggak bodoh apa? Kurang pintar?"
"Kalo semua orang pinter, sekolah Papa nggak akan laku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum Girl
Ficção AdolescenteCewek yang sering dipanggil 'jomblo dari orok' juga usil karena hobi sekali meletakkan bekas permen karet di kursi teman sekelasnya bertemu dengan cowok introvert minim ekspresi yang begitu mendekati sempurna. Iya, mendekati karena nyatanya ia tidak...