Selamat membaca :)
Matahari kian meninggi, peluh terus bercucuran, kakinya bahkan sudah mulai sakit. Entah sudah berapa kilometer ia berjalan menyusuri jalan. Tak sedikit yang memandang dirinya aneh karena siang-siang berjalan sendirian dengan seragam sekolah yang sudah penuh keringat.
Sampai ketika ia tiba-tiba menghentikan langkah karena matanya menangkap seseorang yang cukup familiar dengannya. Ah pantas saja, tak jauh dari tempatnya berdiri tampak seseorang baru saja keluar dari gedung tinggi berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari dirinya. Orang itu adalah Wishnu Blenda atau Wira? Keduanya begitu mirip. Adara yang berdiri lumayan jauh tak bisa membedakannya. Tidak ada yang aneh sampai tiba-tiba datang seseorang yang sangat Adara kenal. Matanya membelalak terkejut.
"Ayah!"
"Ayah... Ayah di sini? Tapi kenapa tak menemuiku?" lirihnya.
Adara tetap bertahan di posisinya, memilih melihat dari kejauhan dua orang dewasa yang terlihat tengah mengobrol serius. Sebentar, terlepas dari itu kok Ayah kenal dengan keluarga Blenda? Ya Tuhan, tidak bisakah Adara jauh-jauh dari Blenda. Adara mengusap dahinya yang berkeringat lalu kembali berjalan. Namun ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang.
"Mmmmhhh!" ucap Adara kesusahan. Ia berusaha membalikan badan matanya membola.
Orang itu membuka bekapan tangannya yang membuat Adara sontak berteriak. "Ren! Lo ngapain di sini?"
Renara nyengir kuda. "Ngikutin lo. Serem tau nggak liat lo jalan sendirian di pinggir jalan gini. Ngapain?"
Tanpa mengindahkan perkataan sepupunya itu. Adara menyipitkan mata. "Lo bolos?" Pasalnya Renara itu 'kan ketua OSIS. Imejnya bisa hancur kalau cowok itu betulan bolos. Tapi Renara hanya menggedikan bahu. "Ikut gue, yuk!"
Renara menarik tangan Adara paksa sedangkan si empu jelas tak mau lalu menarik kembali tangannya. "Kemana?"
"Ada lah pokoknya. Lo lagi banyak masalah, 'kan?"
"Kok tau?"
"Iya soalnya profile WhatsApp lo nggak ada, sih." Katanya disertai tawa renyah.
Eh? Ehhh?
Ingin sekali Adara menabok mulut Renara yang tengah tertawa itu. Sungguh tawanya terdengar begitu mengejek di telinga Adara. Karena tak ada perlawanan lagi, Renara menarik tangan Adara menuju mobilnya sedangkan cewek itu pasrah saja karena jujur kakinya sangatlah sakit.
Tak butuh waktu lama, tiba-tiba mobil Renara masuk ke dalam rumah yang tak lain adalah rumah Renara. "Mau ngapain, sih?"
Namun Renara hanya bungkam. Melepas seatbelt milik Adara, membukakan pintu mobil, lalu menggandeng tangan Adara lembut membuat cewek dengan iris hijau itu makin dibuat bingung. Sampai ketika ia sudah masuk lalu melihat ada mobil milik Bundanya, ia mengerti. Dan, sontak menghentikkan langkah menatap Renara marah.
"Ren!"
Renara ikut menghentikan langkah lalu menatap Adara dengan pandangan sulit diartikan. "Lo nggak bisa kaya gini, Dar. Kasian tante Vina."
Oh! Jadi Renara tau? Adara tersenyum miris. Sebenarnya Adara itu siapa? Kenapa hanya dia yang tak diberi tau? Kenapa? Apa bagi mereka Adara tak penting?
"Gue? Gimana dengan gue, Ren! Berbulan-bulan gue nunggu Ayah pulang. Berbulan-bulan gue kaya orang bego ngarepin orang yang emang nggak bakal pulang ke rumah." Adara mengusap air matanya yang tiba-tiba luruh tanpa permisi. "Pasti kalian ngetawain gue, 'kan?"
"Dek..."
Zaniq muncul dari dalam rumah Renara nenatap adik bungsunya lembut. Tatapan Zaniq justru membuat air mata Adara turun semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum Girl
Fiksi RemajaCewek yang sering dipanggil 'jomblo dari orok' juga usil karena hobi sekali meletakkan bekas permen karet di kursi teman sekelasnya bertemu dengan cowok introvert minim ekspresi yang begitu mendekati sempurna. Iya, mendekati karena nyatanya ia tidak...