Selamat membaca:)
Hari selasa di minggu yang berbeda Adara memutuskan untuk tidak beristirahat di kantin seperti biasanya, ia mulai membaca lagi materi-materi untuk perlombaannya.
Helaan napas keluar dari mulutnya. Tangannya mulai merogoh saku dan mengambil permen karet miliknya. Ia membuka bungkusnya lalu mulai mengunyahnya. Ia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi, tidak ada satupun materi yang masuk ke otaknya.
"Nih."
Adara menatap satu bungkus batagor di hadapannya lalu mendongak melihat teman sebangkunya.
Adara tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapi, "Tau aja lo, gue laper."
Hana tak menjawab ucapan Adara, ia melengos, dan melenggang menuju kursinya.
Sembari memakan batagor setelah sebelumnya membuang permen karetnya, ia memutar badannya menghadap gadis berwajah garang itu.
"Waktu nyokapnya Gilby meninggal, gue nggak liat lo," Adara menelan batagornya, "lo kemana?"
"Ke rumah nenek gue."
Adara manggut-manggut mengerti lalu kembali menatap Hana, "Bukannya nenek lo sama neneknya Gilby sama? Kalian kan sepupu."
Detik selanjutnya jitakan pelan mendarat mulus di kepala Adara membuat si empu mengaduh.
"Lo kira nenek gue cuma satu?"
"Gue ke rumah nyokapnya nyokap gue. Kebetulan di hari yang sama, nyokapnya Gilby meninggal dan gue masih di sana. Jadi, gue nggak ikut proses pemakaman karena waktunya nggak keburu. Gue ke sana pas semua proses udah selese udah nggak ada apa-apa." lanjut Hana menjelaskan.
Adara ber-oh ria, "Berarti bokap lo yang kakak adean sama bokapnya Gilby?"
Hana berdehem lalu memilih membaca komik yang belum selesai dia baca sejak dua hari yang lalu.
"Han," panggil Adara.
Hana hanya berdehem menanggapinya.
"Lo tau kenapa yang ngurusin semuanya pak Wishnu? Kenapa bukan keluarganya aja?"
Hana menutup komiknya lalu memutar badan menatap teman sebangkunya. Ia menaikkan sebelah alisnya menunggu kelanjutan kalimat Adara.
"Y-ya bukan apa-apa, mereka udah cerai, kan?"
"Nyokapnya dia di rawat di Singapura aja gue nggak tau, Dar. Nggak ada keluarga yang tau, setau gue sih nggak ada. Atau mungkin yang tau cuma keluarga dari pihak tante Ema. Gue sama sekali nggak tau." tukas Hana.
Adara terdiam.
Hana tau soal kakaknya Gilby nggak, ya?
Adara sedikit ragu untuk menanyakannya, ia sadar betul ini bukanlah wilayah urusannya, tapi--
"Lo tau kakaknya Gilby?"
"Gilang?"
Adara menganggukan kepala, lalu tiba-tiba matanya memicing, "Perasaan lo manggil orang semau lo. Nggak pake embel-embel 'kak' atau 'mas', gitu."
"Serah gue lah, kenapa jadi lo yang repot."
Sebaliknya, kini Hana yang mendapat jitakan dari tangan usil Adara, "Yaudah biasa aja dong nggak usah nyolot."
"Lo tau dia meninggal kenapa?" tanya Adara.
Hana menggedikan bahu, "Ada yang bilang bunuh diri ada yang bilang karena penyakit."
Adara terdiam, lagi.
Hana nggak tau.
Ia lalu memutuskan untuk sibuk dengan buku-buku di hadapannya. Tangannya memang bergerak membuka tiap lembar halaman, namun tidak dengan pikirannya. Ia sibuk memikirkan permasalahan keluarga cowok tertutup itu yang membuat rasa penasarannya begitu membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum Girl
Novela JuvenilCewek yang sering dipanggil 'jomblo dari orok' juga usil karena hobi sekali meletakkan bekas permen karet di kursi teman sekelasnya bertemu dengan cowok introvert minim ekspresi yang begitu mendekati sempurna. Iya, mendekati karena nyatanya ia tidak...