Selamat membaca:)
"Ternyata ada cabe-cabean di sekolah kita gengs,"
"Dasar cewek murahan,"
"Pinter banget ya tuh cewek, nggaetnya anak orang kaya,"
"Gue nggak trima pangeran gue jatoh sama cewek kaya gitu,"
"Mukanya aja polos tapi mesum. Najis!"
"Gue yakin dia pasti udah nggak perawan, badannya udah jadi belaian om-om,"
"Atau jangan-jangan sekarang dia lagi hamil?"
CUKUP!
Adara semakin gerah mendapati cibiran terang-terangan dari anak sekolahnya.
Ia memutuskan untuk berjalan cepat agar cepat sampai di kelasnya, tanpa menghiraukan tatapan hina dan cibiran yang semakin lama semakin pedas dan membuat telinganya panas.Ia sungguh tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa semua orang menghinanya?
Tak berselang lama, sampailah ia di dalam kelasnya.
"Lo pada tau nggak mereka ken--"
"Sumpah Dar, gue nggak nyangka sama lo." ucapan Tata memotong ucapannya.
Adara mengernyitkan dahi tak mengerti, "Nggak nyangka apa sih?"
Selanjutnya, Nana mendekat tepat berada di depan Adara, "Lo mikir apa sih, Dar? Lo kekurangan duit? Malu gue punya temen kaya lo!"
"Sejam berapa lo?" tanya Fandi.
Adara sudah tak lagi bisa menahan kesabaran, ia memang tidak tahu apa yang terjadi tapi mendengar ucapan Fandi, emosinya tersulut seketika, ia mendekat lalu menarik kerah kemeja Fandi, "Maksud lo apa?!"
Fandi berdecih, "Nggak usah pura-pura polos lo. Bilang sama gue, berapa buat bisa nyentuh dada kecil lo?"
Muka Adara memerah seketika, tangannya mengepal menahan amarah.
"CUKUP FAN! Lo keterlaluan tau nggak?!" seruan Yuki menghentikan niat Adara untuk meninju wajah Fandi detik ini juga.
Fandi memandang Yuki sinis lalu beralih menatap tangan Adara di lehernya, "Lepasin tangan lo, jijik gue."
Adara melepaskan tangannya lalu dengan kebingungan serta amarah yang memuncak ia memutuskan duduk di kursinya menghiraukan tatapan jijik dari teman-temannya.
Ia mendaratkan bokongnya lalu menatap Hana yang santai-santai saja membaca buku komik di atas meja, "Lo nggak mau hina gue juga?" sinis Adara.
Hana mendongak, "Nggak penting."
Diam-diam Adara tersenyum lega, setidaknya ada satu orang yang tidak mencelanya, tidak asal men-judge, dan ia bersyukur akan itu.
"Lo tau nggak mereka pada kenapa?" tanya Adara dengan tenang tanpa ada nada sinis seperti sebelumnya.
"Lo belum liat mading?"
Adara menggelengkan kepala.
Lalu Hana merogoh sakunya memperlihatkan pada Adara hasil jepretannya sebelum kertas-kertas itu ia cabut dan ia buang ke tempat sampah tadi pagi. Hana hanya berinisiatif untuk itu, karena ia tahu Adara tidak akan tahu menahu soal foto itu. Hana sendiri geram pada siapapun yang memotret dan menempelkan ini di mading sekolahnya. Hana tentu saja percaya pada Adara, ia tahu betul Adara bukan tipe cewek yang merelakan apapun demi uang, termasuk tubuhnya sendiri.
Mata bulat itu sontak melebar melihat foto di hadapannya. Seorang cewek yang memakai piyama sedang merunduk di atas tubuh cowok yang tengah terlelap. Adara dan Gilby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum Girl
Novela JuvenilCewek yang sering dipanggil 'jomblo dari orok' juga usil karena hobi sekali meletakkan bekas permen karet di kursi teman sekelasnya bertemu dengan cowok introvert minim ekspresi yang begitu mendekati sempurna. Iya, mendekati karena nyatanya ia tidak...