BGG - 40. Hujan Ikut Memeluk

1.8K 124 13
                                    

[Now Playing : You and I - One Direction]

Selamat membaca:)

Suasana duka melingkupi pemakaman mantan nyonya Blenda, dan karena status itu lah banyak awak media yang datang untuk merekam. Berita ini mungkin akan menjadi berita hangat karena status almarhumah. Walaupun sudah mantan tetapi semua proses dilakukan di rumah Wishnu Blenda, hal itu semakin memicu berbagai pertanyaan, seperti ; kenapa tidak di kediamannya saja?, apa Wishnu dan Ema diam-diam memang sudah rujuk?, kenapa yang mengurus mantan suaminya bukan keluarganya?, dan sebagainya.

Pertanyaan serupa juga timbul di benak gadis berambut panjang yang kini tengah merangkul Kikan menguatkan. Namun, ia memilih diam, bukan saat yang tepat jika harus menanyakannya sekarang.

Tidak ada drama berlebihan dalam pemakaman ini, hanya wanita tua yang sedari tadi tak kunjung berhenti menangis meratapi pusara di hadapannya dan Adara yakin jika itu adalah ibu dari Ema alias neneknya Gilby.

Tak berselang lama, mata Adara menangkap orang-orang di hadapannya mulai membalikkan badan, semua orang memilih beranjak dan meninggalkan makam tapi tidak dengan dirinya, Kikan, juga Raka. Mereka masih menunggu dan melihat Gilby yang masih terdiam di sana. Ia terus berdiri di samping pusara ibunya, di sampingnya ada Tamara yang mengelus bahu cowok itu. Hanya ada mereka berlima di makam itu. Wishnu sudah pergi setelah sebelumnya menepuk pundak putranya dua kali. Adara bisa melihat jika laki-laki paruh baya itu juga sangat merasa kehilangan mantan istrinya.

Kaca mata hitam menutupi mata hijau cowok itu. Ia hanya diam memandangi tempat peristirahatan terakhir ibunya. Adara ingin mendekat tapi tangannya di tahan oleh Raka, ia memberikan isyarat lewat tatapan mata untuk tidak mengganggunya. Adara pun menghentikkan langkahnya. Ia lalu menengokkan kepala melihat gadis di sampingnya, tidak sesenggukan tapi tangannya tak kunjung berhenti mengelap air matanya. Adara mengelus bahu Kikan berusaha menguatkan.

Lalu tiba-tiba cewek itu membalikkan badan dan berlari membuat dirinya terkejut lalu menatap Raka, "Kejar cepet," ucapnya pelan.

Raka sempat bingung namun tetap menganggukan kepala dan mengejar Kikan. Tak lama setelah itu, Tamara terlihat mengangkat telepon lalu berbicara dengan Gilby yang hanya dibalas anggukan kepala. Lalu cewek itu pergi menyisakan Gilby dan Adara.

Adara terus memperhatikkan cowok itu. Betapa cowok itu kini terlihat rapuh di hadapannya, hal yang membuatnya semakin khawatir adalah tak ada air mata, tak ada reaksi seperti orang pada umumnya yang kehilangan salah satu anggota keluarganya. Entah dirinya mencoba kuat atau memang dirinya sudah sehancur itu? Ah mungkin keduanya.

Kakinya membawa dirinya untuk lebih mendekat padanya. Kini, dirinya berdiri berdampingan dengan Gilby. Cowok berpakaian serba hitam itu sempat menolehkan kepala, namun hanya sebentar karena ia kembali menatap gundukan tanah yang sudah dipenuhi bunga itu.

"Tante..."

Adara berbicara pada gundukan tanah di hadapannya.

"Tante orang yang baik, pasti sekarang Tante lagi bahagia ya sama Tuhan?" Adara tersenyum, "Oh iya, ini aku Adara. Yang dulu ketemu sama Tante, yang dibilang cantik sama Tante, padahal enggak." Adara terkekeh sembari tangannya mengelap air matanya yang turun tanpa permisi. Ia lalu menengokkan kepala dan melihat Gilby masih diam, hanya hembusan napas yang terdengar.

"Tante..." air matanya terus turun menyusuri pipi tembamnya, ia kembali mengelapnya lalu menetralkan suaranya yang mulai serak, "Tante punya anak yang kuat. Tante tau? Anak Tante nggak nangis sama sekali, Dara kagum sama dia. Kalo Dara yang ada di posisi dia pasti Dara nangis histeris kaya orang gila."

Tawa kecil terdengar dari mulut Adara, lalu ia kembali melanjutkan, "Tante berhasil besarin anak yang kuat, pinter, ganteng lagi," ia lalu melirik cowok di sampingnya, "Tante jangan bilang sama orangnya ya, nanti dia geer," ucapnya dengan suara serak yang tak lagi bisa ia hilangkan.

Bubble Gum GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang