"Jangan deket-deket sama Jibeom,"
Gue mengerutkan kening saat baca sticky note yang ada di loker gue.
Gue nggak kenal sama tulisan itu, gue milih buat ngambil dan buang sticky note itu.
"Kenapa Ca?" Tanya Bomin yang tiba-tiba udah ada di belakang gue.
"Eh, nggak apa kok,"
Bomin mengangguk pelan dan jalan ke bangkunya, gue ngikutin dia dari belakang.
Akhir-akhir ini Bomin beda nggak kayak biasanya. Dia keliatan kek mulai menghindar. Nggak se ceria Bomin yang gue kenal. Gue pengen nanya dia kenapa, tapi..
Gue takut ganggu privasinya.
"Ca," panggil Bomin yang lagi duduk dibangkunya. Dia ngeluarin hapenya dan ngutak ngatik.
"Hmm," Gue duduk disampingnya dan melakukan hal yang sama.
"Menurut lo, Jibeom orangnya gimana?" Tanyanya tanpa ngelirik gue.
Gue ngerutin kening. Apa maksudnya dia nanyain Jibeom? Apa dia yang nulis sticky note tadi? Tapi itu jelas bukan tulisan Bomin.
"Ca,"
"Hmm,"
"Jawab,"
"Jibeom orangnya baik. Dia temen yang ngertiin gue, terus apa lagi ya," gue jawab sambil mikirin gimana sikap Jibeom.
"Jadi apa perhatian gue selama ini ke lo kurang buat ngertiin perasaan lo?"
"Maksud lo?" Gue bingung sama Bomin, nih anak kenapa jadi nggak jelas gini sih?
Bomin senyum sinis, gue makin nggak paham sama dia.
"Sia-sia ya Ca, gue deketin lo dari kelas sepuluh. Sia-sia ya gue ngejagain lo dari kelas sepuluh. Lo nggak pernah nganggep gue istimewa, gue cuma temen biasa di mata lo,"
"Bomin," lirih gue.
"Apa? Lo mau bilang kalo lo ada perasaan sama Jibeom? Atau lo mau bilang kalo lo nggak bisa move on dari pacarnya Vania?"
Bomin menaikkan nada suaranya yang bikin gue pengen nangis. Beruntung gue sama Bomin dateng jam 6, sedangkan kelas baru dimulai jam 7. Pagi ini di kelas baru gue dan Bomin yang dateng.
"Bomin,"gue nggak tau mau jawab apa, gue cuma bisa manggil namanya.
"Ca, sekarang lo ada Jibeom. Jadi menurut gue, gue udah nggak pantes deket-deket lo," Bomin berdiri dan berpindah tempat duduk.
Bomin lo kenapa sih?
🐢
Gue duduk sama Jibeom, nggak tau gimana ceritanya tiba-tiba Jibeom duduk di sebelah gue.
Gue lagi males belajar, gue masih kepikiran sama Bomin. Kalo nggak ada Bomin, gue sama siapa? Gue saat ini paling nyaman sama Bomin.
Eumm, Jibeom?
Dia nggak asikk kek Bomin, gue nggak like. Dia banyak omong, dan gue nggak suka.
"Ca, lo kalo sama gue kok diem sih?" Tanya Jibeom yang selama pelajaran nggak bisa diem, dia sibuk ngetuk-ngetuk pulpennya diatas meja.
"Ca, ini kek gimana?"
"Ca, kok hasilnya jelek gini sih?"
"Ca, lo kok nggak bales omongan gue dari tadi sih,"
"Ca,"
"Ca,"
"Ca,"
"APAAN SIH LO BEOM? GANGGU GUE MULU DARI TADI!" Bentak gue ke Jibeom, karena dari tadi dia ganggu terus.
Jibeom yang kaget langsung diem.
"Callysta, keluar!" Mantap, gue diusir sama Pak El.
Tanpa disuruh dua kali gue keluar kelas. Frustasi gue kalo tiap hari bakal sebangku sama Jibeom.
Banyak bacod dia, gue nggak suka.
Gue, nggak suka.
Gue jalan ke kantin, mau beli pop ice coklat. Haha, sejak kapan gue jadi nakal gini? Sejak kapan Callysta yang dulunya terkenal akan kemelasannya, kelemahannya dan takut kena hukuman jadi suka ngelanggar gini?
"Mana cowok yang biasanya nempel bareng lo? Ngilang? Lo udah nggak punya temen lagi? Cih," gue menoleh ke sumber suara dan mendapati seseorang yang gue kenal sedang tersenyum meremehkan.
Dia, Bong Jaehyun.
🐢
Makin nggak jelas ya? Wkwk sejujurnya gue emang lagi buntu, dan ini terkesan maksain karena gue udah lama nggak update. Maap ya, gue udah bakal jarang update karena udah kelas 12.
Surabaya, 23 Juli 2018
19:43 WIB