Apa sih maunya Bongjae?
"Mana Jibeom sama Bomin? Berantem? Gara-gara cinta segitiga? Atau mereka yang jauhin lo gara-gara lo nggak nerima salah satu dari mereka? Atau.."
"Nggak usah nanya-nanya, apa urusan lo sama gue?"
"Oh, gitu ya sekarang. Callysta yang dulunya lemah dan sering kena bullyan dari temen-temennya udah berani sekarang. Pasti lo diajarin Jibeom ya?"
Tanpa jawab Bongjae, gue langsung pergi dan nggak jadi beli pop ice.
Bong, gue benci lo.
🐢
Gue duduk di lorong gudang seperti biasanya. Karena gue nggak tau harus ngapain.
Udah hampir setengah jam pelajaran gue cuma duduk disini. Dan gue mulai ngantuk.
"Ca, sorry,"
Jibeom. Dia duduk disebelah gue. Gue milih buat diem aja. Gue capek.
"Ca," panggil Jibeom, gue masih diem.
"sama lo," Ha? Nggak jelas Jibeom.
"Suka,"
Gue masih bingung sama Jibeom. Dia mau ngomong apa sih pake berbelit belit segala.
"Kalo ngomong yang jelas," jawab gue males.
"Nggak mau," Jibeom geleng-gelengin kepala sambil nyengir.
"Ya udah pergi, jangan ganggu gue,"
"Ga.. Lak," katanya sambil narik hidung gue.
"Ihh, apaan sih," gue masang muka cemberut, biar Jibeomnya ngelepasin tangannya dari hidung gue.
"Gemes gue sama lo," kali ini tangan Jibeom pindah ke pipi gue. Dia mencet-mencet pipi gue kek squishy.
"Ca, dicariin Pak El tuh," gue noleh ke sumber suara dan ngelihat Bongjae berdiri lumayan deket dari tempat gue sama Jibeom.
Tunggu. Bongjae tau dari mana gue di sini?
🐢
"Kenapa Bapak manggil saya ya?" Tanya gue pas udah sampe di meja Pak El.
"Kapan saya manggil kamu?"
"Loh tadi katanya bapak manggil saya,"
"Enggak kok. Ah ini, mumpung kamu di sini, tolong kasih ini ke kelasnya Joochan,"
Pak El ngasih tumpukan kertas ulangan kelasnya Joochan. Kelasnya Bongjae juga. Mereka sekelas.
Gue jalan keluar kantor dan ke kelas Bongjae.
"Eh Van," Vania yang kebetulan lewat noleh ke gue.
"Eng, ini. Kertas u la ngan ke las lo," gue ragu-ragu mau ngasih dia. Tapi nggak apa lah daripada gue anter ke kelas mereka.
"Ke kelas aja sono. Gue sibuk," Vania memercepat langkahnya pergi.
"Hong Joochan 95. Yah kok cuma segitu, gue salah di mana sih,"
Joochan yang entah sejak kapan ada di belakang gue ngerebut kertas ulangannya.
Asdfghjkl 95 dibilang cuma segitu?? Ckck.
"Udah bagus itu dapet 95,"
"Kalo ini pelajaran kayak matematika gue juga seneng. Tapi ini kan pelajaran kesukaan gue,"
Gue cuma diem. Pengen ngasiin punya temen-temen dia tapi takut.
"Sini gue yang bawa. Punya kelas gue kan?" Joochan ngambil setumpuk kertas itu dari tangan gue.
Joochan.. Beneran baik.
"Ma.. Kasih,"
"Traktir gue americano di kafe depan sekolah. Pas pulang gue tunggu, wkwk" katanya sambil cekikikan.
Pantes baik, ada maunya.
🐢
"B Bomin," panggil gue ke Bomin. Kebetulan kelas udah sepi. Tinggal gue, Bomin sama Jibeom yang lagi beres-beres.
Bomin diem nggak respon gue. Duh anak ini kenapa ya.
"Ca, pulang bareng yuk," ajak Jibeom.
"Engg, gue masih ada urusan,"
"Urusan apa?"
"Engg, anu itu,.."
"Ca, ayo. Lo nggak lupa kan?" Tiba-tiba Joochan dateng.
"Mau ngapain lo?" Tanya Bomin.
"Mau nge date," jawab Joochan semangat.
"Eh lo kok nikung gue sih?" Jibeom meninggikan suaranya. Entah, mereka lagi bercanda atau lagi serius.
Gue ngelihat Bomin, muka dia merah. Masa iya dia sakit?
"Bomin, lo nggak lagi demam kan?" Tanya gue khawatir.
Gue ngedeket ke Bomin, tapi Bomin langsung pergi keluar kelas.
"Wkwkwk," Joochan lagi-lagi cekikikan nggak jelas.
🐢🐢
Saia lagi-lagi nggak jelas bikin cerita ini. Kalian nyambung kan baca ceritanya? Makasih ya yang udah setia nunggu ini cerita.
Surabaya, 23 Agustus 2018
17:04 WIB