Aku rindu senin itu.
Saat upacara bendera.
Tanpa sengaja kita baris bersisian.
Kamu tahu? Aku tak perduli bagaimana teriknya mentari membakar kulitku, ataupun sang pembina upacara dengan pidato panjang lebarnya.Aku hanya perduli pada senyummu yang sesekali hadir.
Pada aroma parfummu yang membekas dikepala.
Pada kamu yang membullyku.
Pada lirikan singkat ku padamu.Waktu itu aku benar-benar tak ingin waktu berlalu.
Rasanya ingin terus berada ditengah lapangan dan melihat mu secara diam-diam.Iya, waktu itu.
Dan kini.
Aku bersumpah.
Aku tak mau meluangkan waktuku untuk baris bersisian denganmu disana.Karena.
Aku.
Benci.
Pernah membuat kenangan bersamamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Kisah Akhir
PoetryBait-bait kata ini masih teruntuk kamu yang tanpa sadar semakin menghilang diujung senja. Dan aku yang semakin sakit karena harus merelakan senjaku hilang.