Aku takut untuk mendoakan mu.
Takut saat kudoakan aku malah lelah sendiri.Kata mereka jangan pernah lelah mendokannya.
Tapi terkadang kenyataan membuat ku merasa saat mendoakannya semua terasa percuma.Percayalah kamu sosok pertama yang kulihat begitu tulus ketika bertemu Tuhan.
Dan percayalah untuk pertama kali aku memiliki rasa tak pantas untuk mengagumimu.Mungkin banyak wanita yang begitu mengagumimu dan mereka berubah karena termotivasi olehmu.
Tapi entah kenapa aku malah takut untuk berubah.
Takut jika aku berubah memperbaiki diri bukan karena aku ingin.
Tetapi hanya karena kamu sebagai alasannya.Dan sebenarnya yang lebih menyakitkan dari ini semua adalah.
Aku yang mencoba mundur, padahal belum melangkah sedikitpun.Aku iri.
Jujur aku iri.
Pada perempuan yang nanti kamu pilih jadi pendamping hidupmu.
Pada wanita yang sangat beruntung bisa memilikimu yang bisa merubah hidupnya menjadi lebih baik.Kamu memang berbahaya ya.
Bisa-bisanya membuat ku terlalu jatuh lagi seperti ini.Tetapi percayalah.
Aku mendoakan kamu untuk masa depanmu.
Untuk perempuan yang akan mendampingimu nanti.
Semoga kamu mendapatkan dia yang sepadan denganmu.
Dia yang bisa membuat senyum yang dikagumi banyak orang itu tidak akan pernah hilang dari dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Kisah Akhir
PoetryBait-bait kata ini masih teruntuk kamu yang tanpa sadar semakin menghilang diujung senja. Dan aku yang semakin sakit karena harus merelakan senjaku hilang.