Seorang laki-laki harus bisa bertingkah seperti anak kecil bersama istrinya. Tapi ketika istri membutuhkannya, maka ia harus bersikap sebagaimana seorang laki-laki sejati.
(Umar bin Khattab)
***
Mas Suami
Mas masih ada kajian selesai sekitar jam delapan.
Arsel menghela napas pelan setelah membaca pesan dari Faruq. Tadi pagi suaminya itu pamit shalat subuh di masjid bersama Ahmad, ayah mertuanya, tetapi sepertinya ia harus kembali ditinggal berdua dengan Iba, ibu mertuanya, untuk beberapa jam kemudian.
Dalam hatinya Arsel sedikit kesal dengan Faruq karena membiarkannya berada dalam situasi canggung bersama Iba. Sudah tahu ia belum begitu akrab dengan ibu mertuanya itu.
"Kesel." Arsel menekan voice note yang kemudian ia kirimkan sebagai balasan untuk Faruq.
Untuk sesaat Arsel hanya diam di dalam kamar tanpa melakukan apapun, tetapi setelah melihat Iba hendak menjemur pakaian di samping rumah, ia segera menyambar jilbabnya dan berlalu keluar kamar.
Dengan ragu-ragu Arsel menghampiri Iba. Ia berdiri dengan canggung tidak jauh dari posisi Iba yang sedang menjemur.
"Kenapa?" tanya Iba. Ia baru menyadari keberadaan Arsel.
Arsel menggigit bibir bawahnya. "Ada yang bisa Arsel bantu?"
Iba menatap Arsel sejenak seolah-olah menimbang ucapan menantunya itu. "Kamu bisa jemur? Ibu mau beli ikan dulu di samping rumah."
"Iya, bisa." Arsel mengangguk senang. Setidaknya tatapan Iba padanya mulai sedikit ramah daripada kemarin. Sudahlah, ia tidak ingin mengingat kejadian menyakitkan itu.
Arsel segera mengambil alih tugas Iba. Jika menjemur pakaian saja, Arsel beberapa kali pernah melakukan di rumah. Tetapi hanya sebatas pakainnya saja, bukan seluruh anggota keluarganya. Karena bisa saja ia mengalami encok mendadak mengingat begitu banyak saudaranya.
"Menantunya mbak Iba ya?"
Arsel mendongakkan kepalanya yang tengah menunduk karena mengambil pakaian.
"Ternyata nggak pakai make up masih cantik ya?" lanjutya memuji.
"Iya, menantuku gitu."
Masih merasa tidak percaya, Arsel mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Iba yang tiba-tiba kembali. Ia tidak salah dengar 'kan dengan nada bangga yang baru saja Iba katakan tentangnya?
Arsel tidak peduli itu karena ada orang lain, dan hanya sekedar pencitraan semata, yang pasti ia bahagia. Bahkan sekarang Arsel benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyumnya tatkala Iba menjawab dengan semangat membanggakannya di depan tetangganya itu.
"Nanti Arsel main-mainlah ke rumah ibu ya?" Pinta ibu tersebut yang sudah Arsel ketahui bernama Saina.
"Iya, insya Allah Bu," jawab Arsel malu-malu.
"Ibu tunggu loh. Oh iya, kalau kamu punya temen yang cantik seperti kamu gini, boleh dikenalin sama anak ibu," celetuk Sania. "Anak ibu seusia sama Faruq juga, masih jomblo," lanjutnya kemudian.
Arsel hendak menjawab sebelum Iba menginterupsi pembicaraan mereka.
"Udah ikanmu keburu gosong nanti, jangan gangguin menantuku!" ucap Iba bercanda.
Arsel terkekeh geli melihat Sania yang tiba-tiba berlari masuk ke dalam rumah lewat pintu samping yang memang hampir terhubung dengan rumah ibu mertuanya ini. Namun, sedetik kemudian ia langsung mengubah ekspresinya menjadi datar karena menyadari Iba sedang menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/146961581-288-k119760.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Bersama Arselia ✔ [SUDAH TERBIT]
SpiritualTIDAK TERSEDIA DI GRAMEDIA WA 0895-6012-87793 | Shopee ariskakhurnia [CERITA LENGKAP] Arsel yang bahkan belum resmi lulus dari SMA, sudah mendapatkan pinangan dari Faruq. Sesosok laki-laki dari keluarga sederhana yang datang dengan membawa iman dan...