🌻🌻🌻
BAPER ⚠
Barang siapa yang menikah karena ingin menumpang kemuliaan dari pasangannya bersiaplah untuk mereguk pahitnya piala kehinaan, barang siapa yang menikah karena harta bersiaplah meraih kemisikinan, dan barang siapa yang menikah karena baiknya agama seseorang niscaya Allah akan kumpulkan baginya kemuliaan, harta, dan agama.
(Sufyan bin Uyainah, Hilyatul Auliya 289/7)
***
PRANG
Faruq terkejut dan dengan spontan langsung membuka matanya. Terbiasa sensitif dengan suara-suara meskipun dalam keadaan tertidur tidak terlalu menyenangkan untuknya, apalagi jika dalam keadaan sangat mengantuk seperti sekarang.
Dengan kesadaran yang masih belum sepenuhnya, Faruq mengedarkan matanya menelusuri sekelilingnya, rumah kontrakannya. Ia baru ingat sampai di Jakarta semalam.
Perjalanan yang sebenarnya tidak teralu melelahkan menjadi melelahkan karena harus memindahkan berulang kali barang bawaan ke dalam rumah dari taksi, seperti koper dan oleh-oleh yang sempat dibelinya di hari terakhir, belum lagi bawaan dari Iba, ibunya.
Faruq juga baru ingat jika ketiduran setelah shalat subuh tadi.
Astaghfirullah.
Faruq menatap jam dinding tepat di tembok hadapannya, pukul tujuh pagi. Ia berniat untuk tertidur mungkin cukup satu jam, sebelum matanya menangkap gamis dan jilbab yang tergantung di tembok. Milik siapa?
PYAR
Sepertinya setengah nyawa Faruq memang masih berkelana entah kemana. Bisa-bisanya ia melupakan Arsel yang sudah hampir dua minggu ini tidur di sisinya.
"Adek, ngapain?" tanya Faruq dengan parau. Suara khas serak bangun tidurnya terdengar di penjuru dapur.
Toples plastik kecil tempat gula, garam, merica, dan lainnya terpisah dari tutupnya, jangan lupakan juga dengan tidak lagi berada di tempat semula. Bahkan sebagian isinya tampak berceceran di meja dan lantai.
Belum lagi meja dapurnya yang semula berwarna hijau, serta lantainya yang berwarna coklat berganti dengan warna putih karena taburan tepung terigu. Baru terjadi gempa kah di dapurnya?
Faruq tidak kuasa menatap pemandangan di hadapannya. Ditambah Arsel yang jongkok tengah mendongak menatapnya dengan wajah tidak luput dari corengan tepung terigu beserta pecahan gelas di dekatnya. Ada apa dengan istrinya itu?
"Kok jadi gini?-" Faruq tidak kuasa melanjutkan pertanyaannya.
"Loh, Mas udah bangun? Bentar lagi matang, tunggu dulu ya!" Arsel tampak nyengir dengan polosnya, seolah terbiasa dengan apa yang baru saja dilakukannya.
"Hahh.." Faruq menghela napas pelan. Ia ikut berjongkok dan mengambil pecahan gelas di tangan Arsel.
"Biar adek aja, adek bisa kok," cegah Arsel.
"Adek lanjutin masaknya aja, biar mas yang beresin ini."
"Nggak mau, itu juga lagi dimasak." Arsel menunjuk panci di balik punggung Faruq.
"Biar mas aja."
"Adek aja."
"Adek duduk dulu, biar mas yang beresin," gemas Faruq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Bersama Arselia ✔ [SUDAH TERBIT]
SpiritualTIDAK TERSEDIA DI GRAMEDIA WA 0895-6012-87793 | Shopee ariskakhurnia [CERITA LENGKAP] Arsel yang bahkan belum resmi lulus dari SMA, sudah mendapatkan pinangan dari Faruq. Sesosok laki-laki dari keluarga sederhana yang datang dengan membawa iman dan...