Tiga Puluh Sembilan

74.7K 6.7K 228
                                    

Pada awal kebersamaan kita mungkin yang akan kau lihat hanya kebaikanku, kemudian lambat laun segala kekuranganku mulai tampak di matamu. Inilah ujian untuk kita, Allah ingin menguji kesetiaan kita, maka tetap bersamaku menjalani dunia yang fana kemudian menggapai Surga bersama.

***


Faruq bisa merasakan tubuhnya kembali segar setelah mandi. Ia bersyukur karena ada beberapa pakaiannya yang memang sengaja ditinggal di kamar Arsel untuk jaga-jaga jika mereka menginap,.

Begitu Arsel mendapati ia belum mandi sedari pagi, Faruq justru bertingkah kekanakkan dengan menyembunyikan seluruh tubuhnya ke dalam selimut yang tadinya digunakan Arsel. Sedangkan Arsel yang sedari tadi mencoba menarik tangan Faruq untuk bangun dan mandi, mulai kelelahan sendiri.

Bukankah adegan seperti ini seperti mengulang kembali ketika Faruq menginjakkan kaki di kamar Arsel tadi?

"Adek beneran nggak mau ikut ke rumah sakit?" tanya Faruq. Akhirnya ia mandi juga ketika hendak berangkat shalat dhuhur di masjid.

Arsel menggeleng.

"Mas ke rumah sakit masih sorean nanti, Adek bisa istirahat dulu kalau mau."

Arsel memperhatikan Faruq yang tengah mengancingkan jubah putihnya, setelahnya kembali menggeleng menolak.

Setelah Arsel menginginkan bermalam satu hari di rumah Abram dan Ayu, kenyataan yang terjadi justru lebih dari itu. Karena sudah tiga hari dua malam Faruq dan Arsel menginap di sana.

Awalnya Faruq ingin menolak, tetapi melihat Arsel yang gembira berada di tengah-tengah orang tuanya membuatnya mengurungkan hal itu. Lagipula ia juga sudah membicarakan mengenai beberapa hal yang mengganjal di antara keduanya.

"Adek kenapa nggak pakai uang dari mas?" Faruq memberanikan bertanya pada malam harinya—di hari yang sama ketika ia mengetahui fakta Arsel yang tidak menggunakan uang darinya.

Arsel yang sudah bersiap tidur mengurungkan niatnya. Ia tertegun untuk beberapa detik, sudut matanya melirik takut-takut ke arah Faruq yang berbaring di sampingnya tengah menatap langit-langit kamar. "Emm.."

"Mas minta maaf ya," ucap Faruq lirih.

"Eng..enggak." Arsel menghadap ke arah Faruq dengan memasang raut panik. "Adek yang minta maaf, Mas jangan marah ya?"

Faruq tersenyum tipis, matanya tetap memandang lurus ke depan. "Enggak, Adek nggak salah kok. Tapi habis ini dipakai ya uang dari mas."

"M..Mas.."

"Kan uangnya juga buat belanja makanan kita sehari-hari, mas juga sudah menyediakan sendiri untuk jajan Adek." Faruq menolehkan kepalanya menghadap Arsel.

Arsel membuka dan mengatupkan mulutnya, perasaan bingung dan takut membaur menjadi satu.

"Nggak apa-apa, nggak perlu dijelaskan, mas ngerti kok. Lagian Adek nggak mungkin melakukan sesuatu hal kalau nggak ada pemicunya, jadi mas udah ngerti kok," jelas Faruq lembut.

Arsel memajukan bibir bawahnya memasang raut sedih. "Mas Faruq jangan marah."

"Enggak, Sayangku."

"Hem? Panggil apa barusan?"



MOHON MAAF SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN
SILAHKAN HUBUNGI PENULIS UNTUK PEMESANAN 0895-6012-87793 (PRE ORDER in syaa Allah mulai Senin, 23 Maret 2020)


—Halal Bersama Arselia—

07 Februari 2019


Meskipun saya mengusahakan untuk update setiap hari dalam 1 minggu ini, tetap dukung Arsel di setiap partnya ya hehehe

Halal Bersama Arselia ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang