Delapan Belas

92.6K 6.8K 146
                                    

CERITA FIKSI, TIDAK NYATA.



Jangan jadikan cerita ini atau cerita lain yang saya tulis sebagai sesuatu yang melalaikan, tetap jadikan Al-Qur'an sebaik-baiknya bacaan.

Dalam sebuah hadits yang shahih, dari 'Utsman bin 'Affân Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya (kepada orang lain).

_____




Terkadang tidak selamanya diam itu mencegah masalah, jika berbicara nyatanya lebih dibutuhkan pada waktu itu.

***

Faruq berulang kali melirik spion motornya yang manampakkan raut wajah Arsel di balik helm. Ia merasa ada yang salah karena istrinya itu lebih pendiam akhir-akhir ini. Jika Arsel sering kali membuat bahan obrolan apa pun meskipun mereka sedang di jalan, tetapi sepertinya itu tidak berlaku beberapa hari terakhir ini.

Faruq menghela napasnya dalam diam. Ia tidak bisa terus-terusan tidak tegas seperti sekarang. Faruq merasa tidak menepati janjinya untuk menjaga dan membahagiakan Arsel.

"Dek." Faruq mencegah Arsel yang hendak masuk ke dalam rumah.

"Ya?"

"Adek kenapa?" tanya Faruq.

"Hem?" Dahi Arsel mengernyit bingung. "Apanya kenapa?"

"Adek jadi lebih pendiam," ungkap Faruq.

"Hah? Ah enggak kok hehe," timpal Arsel terkekeh.

"Soal ibu yang kemarin—" Faruq menjeda ucapannya untuk melihat reaksi Arsel, dan benar saja ekspresi perempuan itu tampak lebih keruh. "Mas minta maaf soal omongan ibu, nanti mas bilang ke ibu supaya nggak begitu lagi."

Arsel menggeleng pelan, bibirnya tampak melengkung ke bawah. "Nggak apa-apa, adek nggak apa-apa kok."

"Kalau nggak apa-apa kenapa nggak pernah gandeng tangan mas lagi?" Faruq mengutarakan beban pikirannya. Satu minggu lebih dari cukup untuknya memahami gerak-gerik Arsel yang tampak berbeda, tidak ada sikap manja, dan merengak ciri khas perempuan itu yang biasanya ditunjukkan padanya.

Faruq melirik Arsel dengan canggung ketika perempuan itu menyambutnya pulang kerja—satu hari setelah kejadian omongan Iba melalui telepon. "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Ehm, Mas Faruq sudah makan?"

Faruq menggeleng pelan. "Belum."

"Adek udah siapin makan," ungkap Arsel pelan. "Mau makan dulu atau mandi dulu?"

"Oh, em mandi dulu aja."

Halal Bersama Arselia ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang