Dua Puluh

98.7K 6.4K 167
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BPR




Jaga pandangan matamu, karena dengan begitu kau hanya akan menatap eloknya istrimu. Jangan mengumbar pandanganmu, karena dengan begitu kau akan merasa cukup dengan pasanganmu.

***

Faruq meletakkan dagunya di atas kepala Arsel ketika perempuan itu mengeratkan pelukannya. Kini mereka berada di kamar—bersandar di kepala ranjang—setelah Faruq menjemput Arsel di rumah makan Arvin beberapa waktu lalu.

"Adek nggak apa-apa?" tanya Faruq ragu-ragu.

"Emangnya adek kenapa?" timpal Arsel. Ia menyadari jika Faruq pasti merasa aneh dengan sikapnya yang berubah-ubah, tetapi mau bagaimana lagi jika jiwa labil khas anak berusia delapan belas tahun masih tertanam di tubuhnya kendati ia sudah menjadi seorang istri.

Faruq menggelengkan kepalanya pelan yang membuat dagunya menggesek rambut Arsel. "Adek nggak marah?"

"Marah kenapa?" Arsel membalikkan pertanyaan Faruq.

"Soal ibu yang waktu itu," ungkap Faruq.

Arsel menunduk dan semakin meyurukkan kepalanya di dada Faruq. "Nggak marah sih, tapi agak sedih aja. Memangnya adek seburuk itu ya sampai ibu kelihatan nggak suka banget sama adek?" adunya manja.

"Bukan nggak suka, ibu cuma belum kenal Adek aja," jawab Faruq.

"Padahal waktu di rumah Mas Faruq kemarin ibu udah cerita-cerita sama adek."

"Maaf ya mas nggak bermaksud buat Adek sedih, tapi mas udah bilang ke ibu supaya nggak terlalu mengatur rumah tangga kita."

Arsel mengerucutkan bibirnya. "Ihh, kalau Mas Faruq bilang begitu nanti malah dipikir adek yang nyuruh."

"Enggak kok, insya Allah ibu ngerti. Nanti kalau ada apa-apa bilang sama mas ya?"

Arsel menggangguk sembari meraih tangan Faruq dan memainkan jari-jemarinya. Sedangkan Faruq, diam-diam ia menghela napas lega karena merasa istrinya itu kembali seperti sedia kala.

Faruq juga menyadari bahwa suatu masalah tidak akan selesai jika keduanya hanya diam, sehingga ia berusaha untuk memulai memecahkan masalah tersebut meskipun tidak terlalu mahir—bukan justru menambah masalah baru dengan tidak saling bertegur sapa.

Faruq dalam proses mempelajari setiap apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam termasuk dalam rumah tangga—dengan selalu memulai melakukan ishlah—membangun kerukunan—setiap ada masalah.

Anas Mengisahkan,

  كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ إِحْدَى أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، فَأَرْسَلَتْ أُخْرَى بِقَصْعَةٍ فِيهَا طَعَامٌ، فَضَرَبَتْ يَدَ الرَّسُولِ، فَسَقَطَتِ الْقَصْعَةُ، فَانْكَسَرَتْ، فَأَخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكِسْرَتَيْنِ فَضَمَّ إِحْدَاهُمَا إِلَى الْأُخْرَى، فَجَعَلَ يَجْمَعُ فِيهَا الطَّعَامَ، وَيَقُولُ: غَارَتْ أُمُّكُمْ

Halal Bersama Arselia ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang