1. REFRESH

465 154 270
                                    

Ketika alam lebih mampu membuat jatuh hati berkali-kali tanpa harus membeli hati dengan rasa sakit.

________________________________________________________________________

Langit-langit kamar tampak remang dengan sinar lilin yang menari diterpa hembusan angin masuk dari celah teralis jendela. Gorden bergerak maju-mundur dengan teratur. Hujan yang rindu mencumbui kota Malang malam ini, menjamu setiap sudut ruang dengan dinginnya. Rintiknya berpacu dengan suara jemari yang mengetik dari balik selimut merah berbulu.

Bunyi ketikan keyboard ponsel pada genggaman gadis belia berusia 20-an yang berbaring malas di tempat tidurnya seperti mengikuti suara hujan yang turun.

Suara cekikikan pun berseling dengan gemuruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara cekikikan pun berseling dengan gemuruh. Hal kecil yang membuatnya bahagia ialah bisa membaca dan membalas percakapan konyol grup kelasnya.

"Aqilaaa...." suara teriakan terdengar mendayu dayu tak jauh dari pintu.

"Ya," gadis itu bangkit dan meletakan ponselnya di atas meja.

Aqila Farouk Sabila, gadis kelahiran 1996 ini merupakan mahasiswi Universitas Brawijaya, jurusan kimia yang kini naik ke semester 5. Wajahnya bulat chubby dengan rambut hitam lurus dan lebat, hampir sepinggang. Ayu dan manis. Apalagi saat ia tersenyum memperlihatkan deret gigi putihnya. Baby face, anak SMP rasa mahasiswa begitu kata orang yang melihatnya. Menggemaskan. Tingginya sekitar 160 cm. Cukup tinggi untuk gadis seusianya.

Pintu terbuka, Aqila menampakan separuh badannya.

"Kenapa La?"

"Tidur disini ya. Takut, mati lampu, gelap," rengek Vela menerobos masuk dengan bantal dan selimut dalam pelukannya.

Vela Tsabina. Satu universitas juga, beda jurusan. Vela menempuh pendidikan akademiknya di jurusan akuntansi.

"Yaelah, mati lampu mah, emang gelap," cibir Aqila.

"Ikh Serius," Vela memanyunkan bibirnya "Beneran. Gak boong. Berasa ada yang meluk dari belakang pas tidur," Vela bergidik ngeri, suaranya terdengar seperti anak kecil yang mengadu. Mengadu nasib tepatnya.

"Karena dia tau yang tidur jomblo, makanya dipeluk biar gak sendiri, kan bagus ada yang nemenin." Aqila menutup pintu dan kembali berbaring di atas ranjangnya.

"Ikh, apalah. Habisnya rumah sepi banget Qil, anak-anak udah pada balik. Cuma tinggal kita bertiga. Lo, gue sama kak Bela. Itu pun kak Bela gak balik," Vela menjelaskan alasannya tidur di kamar Aqila.

"Lah, emangnya kak Bela kemana, kerja?" Tebak Aqila sembari mengunci layar ponselnya.

"Dia off hari ini, katanya sih kak Bela nginep rumah temennya, mau ngerjain tugas pappernya"

"Hm," gumam Aqila.

"Qil." Panggil Vela memutar badannya dan melirik ke arah Aqila. Tapi Aqila tidak merespon.

OXYGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang