17. HADIAH DARI PAK BAKAR

64 33 19
                                    

Budayakan Vote Sebelum Membaca

Happy Reading guys!

☆☆☆☆

Alhamdulillah, begitulah syukur yang mereka rasakan. Dengan persiapan acara yang terbilang tidak mudah dan banyak menyita waktu. Bahkan mereka harus berkorban untuk menginap di kampus. Acara peringatan ulang tahun UB berjalan dengan lancar dan meriah. Hari ini mereka bisa melaksanakan aktivitas kuliah seperti biasa dan beristirahat sejenak, sebelum event yang lainnya datang, terutama untuk persiapan Mastama mahasiswa baru semester depan. 3 bulan lagi. Bukan waktu yang lama.

"Permisi, maaf Pak."

"Kebiasaan telat kamu," tegur Sarma.

"Maaf Kak."

Belum sempat Aqila menyandarkan punggungnya di kursi. Pak Bakar sudah memanggilnya.

"Aqila kesini kamu."

"I-iya Pak," jawabnya gugup.

"Habislah si Aqila," ujar Deni merasa ngeri. Melihat yang dihadapi gadis itu bukan dosen biasa.

Aqila khawatir bahwa Pak Bakar memanggilnya untuk memberikan panisment karena keterlambatannya. Langkahnya takut menghampiri wakil rektor III itu.

"Menurut kamu dimana tempat yang ada paus beranaknya?"

Mendengar paus beranak Aqila langsung terbahak, begitu juga Jona. Rasa khawatirnya mendadak lenyap. Mahasiswa lain yang berada di sana heran dan bertanya tanya. Buk Novi hanya memberikan respon tersenyum lebar.

"Maaf semuanya, itu hanya intermezo. Ini percakapan rahasia kami berempat, bukan begitu Buk Novi, Jona?"

Buk Novi dan Jona mengangguk. Yang lain tambah dibuat penasaran.

"Saya dengar dari teman-teman kamu. Kamu suka menjelajah. Jadi, sebagai reward untuk tim mahasiswa yang mensukseskan acara besar kemarin. Saya dan dosen dosen yang lain sepakat, untuk mengajak kalian jalan-jalan."

Sorak sorai bahagia memenuhi ruangan. Mereka tidak menyangka. Berita yang sangat baik. Tidak sia-sia mereka dikumpulkan di ruangan ini.

"Oke, sebentar ya," intrupsi Pak Bakar untuk meredakan suasana. Ruangan kembali hening.

"Menurut kamu, dimana tempat yang bagus. Kalo bisa di sekitar Malang saja atau yang tidak jauh dari Malang."

"Bromo Pak," idenya dengan nada yang semangat. Belum lagi senyumnya yang mengalihkan fokus Alan yang sedari tadi memperhatikan Aqila.

"Setuju Pak," ujar Buk Novi semangat. Mengacungkan kedua jempolnya pada Aqila.

Hal itu juga dirasakan oleh mahasiswa lainnya. Dengan wajah yang berbinar bahagia.

"Bromo saja?"

"Ayo, mumpung Pak Bakar mau. Jarang-jarang loh," imbuh Pak Ade.

"Maaf Pak, menurut saya sebaiknya nanti biar kami diskusikan lagi bersama teman-teman yang lain. Biar lebih afdol refreshingnya. Termasuk persiapan akomodasi kita dan berapa lama waktunya," cetus Sarma.

Dosen dosen yang lain tampak mengangguk setuju.

"Baik, kalo begitu coba kalian diskusikan. Nanti dibuat dalam bentuk proposal dan tunjukkan kepada saya."

Mahasiswa setuju dengan apa yang diarahkan Pak Bakar.

"Jangan lupa, Bromo jadi tujuan utama kita. Karena sudah lama juga saya planning ke sana tapi belum kesampaian."

OXYGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang