1 + 1 SKS (Bagian 2)

140 72 76
                                    

Pak Ade tampak antusias dan bersemangat menjelaskan pelajaran ikatan kimia kepada mahasiswanya. White board yang awalnya bersih, sudah penuh dengan gambar-gambar struktur dengan berbagai jenis ikatan kimia.

"Ikatan yang terbentuk karena adanya pemakaian elektron secara bersama-sama itu dinamakan ikatan kovalen. Sedangkan, ikatan yang terjadi karena adanya serah terima elektron itu dinamakan ikatan ion. Ikatan ion lebih kuat dibandingkan ikatan kovalen. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mengumpamakan kalian yang berpacaran ibaratnya sedang membentuk ikatan kovalen. Apa-apanya selalu bersama-sama, segalanya lebih indah jika berdua. Kan begitu ya?"

Mahasiswa di dalam ruang kelas terkekeh, merasa geli dan bisa menangkap yang di maksudkan Pak Ade, karena diilustrasikan dalam bentuk sederhana, yang sering terjadi di kalangan anak muda.

"Oalah, buaper iki belajar kimia, bisa aja si Bapak." Asya tampak membayangkan sesuatu dengan mata berkaca-kaca mendengar penjelasan Pak Ade.

"Ikh, mulai deh mulai." Aqila menunjuk hidung Asya dengan pena.

"Ikatan yang terbentuk dari ikatan kovalen adalah ikatan phi," Pak Ade melingkari gambar yang berbentuk tanda (=) pada struktur yang telah di buatnya, dengan spidol biru. "Ikatan ini mudah sekali putus, jika diberikan suatu energi. Kita umpamakan energi itu sebagai orang ketiga," Pak Ade menggambarkan tanda panah yang menyerang ikatan phi tersebut.

"Pelakor Pak, pelakor," sorak salah seorang mahasiswa, yang memancing tawa mahasiswa lainnya.

"Anto bibit pelakor Pak." Imbuh Vivi. Suasana kelas semakin ramai. Anto langsung memberikan pembelaan pada dirinya, beradu argumen dengan Vivi, tapi Bam langsung mengunci kepala Anto di bawah keteknya.

Pak Ade juga ikut terbawa suasana, dengan tawa ia melanjutkan penjelasannya. "Ini membuat ikatan menjadi lemah." Ia menghapus salah satu garis pada ikatan phi.

"Untuk kalian yang sudah sah, ibaratnya ikatan ion. Lebih kuat dia kan? Gak ada yang bisa nikung lagi, janur kuning sudah melengkung. Ikatan yang terbentuk itu ikatan sigma, jadi membutuhkan energi yang sangat besar, untuk memutuskannya, ibaratnya guncangan dalam rumah tangga." Mata Pak Ade menyipit karena tawanya.

"Masih bisa nikung Pak, walau udah nikah." Edi mengutarakan pendapatnya yang menggambarkan tentang realita kehidupan sekarang.

"Pelakor Pak, pelakor." Teriak Akbar menunjuk Anto. Anto yang di depan langsung pergi ke belakang menuju bangku Akbar.

"Nih, pelakor, nih." Anto membungkus kepala Akbar dengan plastik indomaret, dari meja Inu. Teman-teman yang lain membantu aksi gila Anto. Pak Ade tidak melerai kelakuan mahasiswanya itu, sebab dia adalah salah satu dosen yang bisa berbaur dengan jiwa-jiwa muda seperti anak didiknya dan tidak kaku. Itu sebabnya, Pak Ade menjadi salah satu dosen favorit di kimia. Ia hanya tertawa terpingkal-pingkal memegangi perutnya yang buncit.

Adria menepuk pundak Asya dari belakang, "Udah nonton belum kelanjutannya tadi malam?"

"Ha, iya. Si Afifah udah tau Yuni itu pelakor yang ngerusak rumah tangganya sama Aris. Bener-bener ya bikin gemes." Asya meremas-remas tangannya, mungkin Ia membayangkan sedang meremas Yuni salah satu tokoh sinetron yang sering di tontonnya di rumah setiap malam sebelum tidur. Ritual Asya itu, membuat Aqila, Vela, Bela, Aci dan Dania ingin membungkus dan memaketkannya ke kampung halaman, karena mereka tidak suka dengan apa yang ditonton Asya. Membuat kegelisahan yang luar biasa di ruang tengah, karena bukan suara TVnya saja yang terdengar, Asya juga ikut bersuara. Kayak emak-emak yang lagi nonton film dengan mengenakan daster yang bagian lehernya melebar, pake masker dan rambutnya di roll. Hebohnya bukan main.

Adria mengangguk setuju dengan pendapat Asya. Aqila geli mendengar topik percakapan dua temannya itu, bisa-bisanya di tengah pelajaran Pak Ade membahas tentang sinetron. Mungkin karena ada kaitannya dengan orang ketiga dalam ilustrasi Pak Ade tadi, makanya mereka jadi terpancing.

OXYGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang