7. HULK

124 61 65
                                    

Now Playing
Bebi Romero ft. judika - Oxygen

Biar lebih asik bacanya ya di temenin lagu dari papa Bebi dan kak Judika, walaupun adegan di chapter ini agak panas suasananya tapi lagunya gak panas kok.

Happy reading guys!

☆☆☆

Orang lain tau caranya untuk menahan emosi. Tapi tidak tahu caranya untuk tidak bermain-main dengan emosi orang lain.

__________________________________________________________________________

Ruangan semakin sesak dengan pengunjung yang melebihi kapasitas. Saling mengadu kaki kursi sehingga tidak ada celah yang bisa dilewati. Udara di dalam semakin berubah sesuka hati, suara cekikan ikut menepi. Umbar-umbar kata di sana serasa semakin eksotis.

"Dia ngasih bunga," teriak riang gadis yang duduknya bersebrangan dengan Dania. Di sana juga tampak beberapa orang kumpul didekatnya. Rumpi gadis-gadis alay.

Dania memutarkan bola matanya, sesekali mengipas karena kepanasan. Keadaan listrik padam memang cukup menjengkelkan. Apalagi berada di ruang sempit, AC mati dengan kerumunan orang yang sibuk melakukan hal yang kurang penting untuk menggadahkan situasi. Pintu terbuka, suara kaki itu membuat ruangan yang tadinya ramai menjadi hening. Mahasiswa dan mahasiswi yang berpencar bersatu dalam formasi konfrensi dengan meja coklat melingkar sebagai tali penghubung di antara wajah-wajah yang menyatu dalam posisi kursi yang teratur.

Telapak tangan itu tampak kasar menyentuh meja. Mendengar suara yang dihasilkan dari sentuhannya membuat orang-orang terperanjat kaget.

"Santai bray," Jona menepuk pundak Alan yang tampaknya sedang bersiap menumpahkan emosinya. Seseorang masuk dengan suara tinggi dan arogan. Mendahului Alan meledakan kekesalannya.

"Kumpulkan laporan program masing-masing Hima, sekarang !"

Para petinggi hima setiap jurusan yang ada disana, tampak krasak krusuk mengeluarkan map putih dan menyuguhkan laporan di atas meja sesuai perintah Sarma. Sarma duduk dan memeriksa satu persatu dengan seksama, dengan identitas pemilik di sampul depan map. Hingga tangannya sampai pada map terakhir.

"Hima kimia?" Sarma mendongakkan kepalanya, tatapannya masih garang. Seseorang berbisik padanya.

"Tolong hubungi ketuanya," titah Alan menatap ke arah Jona dan Dania.

"Hebat." Sarma tersenyum sinis dan menepuk tangannya.

Tak lama, pintu kembali terbuka. Langkah kaki mendekat ke meja Sarma dan meletakan map putih di atas beberapa map yang telah diperiksa sebelumnya. Sarma membuka map itu, lalu tanpa alasan melemparkannya ke punggung Bagas yang hendak pergi mencari posisi duduknya. Semua pasang mata yang melihat tertunduk diam.

"Tausiyah," bisik seseorang pelan.

Dania yang mendengarnya merasa geli dengan pendapat rekan di sebelahnya. Tersenyum kecil dibalik telapak tangannya yang dijadikan penutup bagian wajahnya. Disebelah Andi, Deno cekikik pelan. Dania menyenggol tangan Andi, memberi isyarat diam. Agar tak menjadi sasaran amukan.

"HEBAT, JUNIOR SEKARANG GAK ADA TAKUT-TAKUTNYA."

"Maaf kak tadi-"

"BAGOS. BLOM JUGA SELESAI NGOMONG, UDAH BERANI MOTONG."

Bagas menunduk pasrah mendengar suara tinggi Sarma yang hampir memecahkan gendang telinganya. Suasana terasa seperti kembali ke masa mastama.

"Dari mana? Tau kan agenda hari ini?" Alan tampaknya sudah bisa mengontrol emosinya.

OXYGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang