•Victoria's POV•
Perasaan itu terus menghantuiku,
menyadari kenyataan yang sangat pahit, sesaat aku bersandar di dekat jendela yang menghadap ke pemandangan luar.Perkataannya terus terulang-ulang di pikiranku.
Ia hanya meminta maaf karna membunuh orang tuaku, orang tua yang sangat menyayangiku, mencintaiku, aku sungguh membenci dirinya sekarang. Bagiamana hanya dengan meminta maaf, memang orang tuaku bisa hidup kembali, aku benar-benar muak dengannya.
'apa aku harus pergi dari tempat ini?' pikirku.
Dengan tatapan menghadap luar jendela, tapi aku juga harus menjamin bahwa keadaan nenek akan baik-baik saja.
Aku melangkahkan kakiku kearah pintu kamar nenek yang terletak lumayan jauh dari kamarku.
Betapa kagetnya diriku saat membuka pintu kamar nenek, melihat makhluk penghisap darah itu, dengan mata setajam elang dan warna semerah darah.
•Jason's POV•
Aku sungguh bodoh, bagaimana bisa aku berbicara dengan Sharon dan tanpa kusadari bahwa Victoria menguping pembicaraan kami.
Aku benar-benar bodoh.
Bahkan memikirkannya membuatku gila, bagiamana mungkin orang yang kucinta menangis seperti itu, dengan tatapan ketakutan serta terus menjauh dariku.
Aku sungguh mencintainya.
Bahkan hidup tanpa melihatnya sehari membuatku begitu tertekan.
Apakah itu cinta?
Atau apakah itu hanya obsesi kepadanya?
Aku harus pergi menemuinya meskipun tanpa ia sadari.
Jam menunjukkan pukul 7 malam.
Aroma darah Victoria sungguh menusuk hidungku, membuat kepalaku sungguh sakit.
Kepalaku berdenyut sangat kencang, sehingga membuatku menekan kepalaku berharap sakitnya dapat hilang.
Jika saja ia bukan kekasihku, mungkin aku akan meminum darahnya hingga ia meninggal.
'Sial' bisa-bisanya pikiran itu muncul.
Tapi ketika melihat nyawanya dalam bahaya membuatku segera memberikan sebuah tinjuan kepada orang tersebut.
'Siapa dia?'.
Yang ternyata merupakan musuhku, Erlando.
"Tenanglah, aku hanya ingin mencicipi darahnya saja" ucap Erlando menyeringai.
"Akan kuhabisi kau!" murkaku.
Melihat gadisku terkapar kehabisan darah membuat ku semakin histeris dan ingin menghabisi Erlando.
Aku segara berlari menuju arahnya dan hendak meninjunya.
Tapi dengan segera Erlando menangkisnya.
Memikirkan keselamatan Victoria membuatku sadar bahwa aku harus segera membawanya pergi.
Aku segera menggendongnya dan segera keluar dari tempat itu, walaupun kecepatan Erlando tak secepat ku.
Tapi Erlando meninggalkan bekas cakarannya kepadaku.
Di punggungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAR VAMPIRE <<TAMAT>>
Vampiro"Tolong jangan takut kepadaku, aku juga tidak ingin menjadi seperti ini, kumohon kembalilah kepadaku". ~ Jason Brithson "Aku masih ingin memiliki hatinya, tetapi mengapa semuanya berubah ketika ku mengetahui fakta ini dan kembali menyisihkan serpiha...