Chapter 13

438 75 6
                                    

Semilir malamnya angin , berhiaskan pemandangan hiruk pikuk keindahan kota juga gemerlapan bintang. Menambah suasana indah pada malam ini. Di suasana ini , entah mengapa hati Jihoon berdebar kencang. Entah karena bahagia berada disini atau karena pemuda berwajah kecil disebelahnya.

"Jihoon" Jinyoung mulai membuka suara, menyandarkan tubuhnya pada pembatas jembatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jihoon" Jinyoung mulai membuka suara, menyandarkan tubuhnya pada pembatas jembatan. "Ya?" Jihoon yakin, ini adalah sesuatu yang serius.

"Yang aku omongin di kampus itu , gak main-main" Jinyoung menggenggam tangan mungil Jihoon erat. "Aku cinta banget sama kamu Hoon, memang Shihyun itu tunanganku tetapi semuanya berubah setelah pertemuan kita di wonderland" Jihoon terdiam, dirinya juga sama dengan Jinyoung. Andai saja dia bisa memutar waktu masalahnya pasti tidak akan serumit ini sekarang. "Kamu tahu Jin, aku juga ngerasain hal yang sama. Aku tahu pertemuan itu konyol banget untuk di ceritain sama orang lain tapi, aku udah gak bisa bohong lagi kayaknya." Jihoon tersenyum.

"Jadi, kamu mau jalanin ini sama aku?" Jihoon mengangguk, mengalungkan lengannya pada leher Jinyoung bergerak mengecup bibirnya. Jinyoung langsung menahan tengkuk Jihoon, melumat pelan bibir berisi Jihoon dibawah naungan indahnya  suasana malam di sungai han.

this is wrong, what we do is a mistake but we believe this is our destiny silly destiny that brings us back has grown a sense of happiness even for a moment.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jihoon melambai kearah kekasihnya atau mungkin kekasih gelapnya. Mereka berpisah tepat didepan rumah Jihoon, dengan Jinyoung yang menaiki taksi menuju apartemennya.

Jihoon membuka pintu rumah secara perlahan. Terbukti dari semua lampu telah padam, ditambah waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Adiknya pasti sudah terlelap sekarang. Jihoon membuka pintu rumahnya lalu masuk dengan mengendap tiba-tiba lampu ruang tengah dinyalakan membuat Jihoon berjengit kaget.

"Habis darimana aja kamu Park Jihoon?" Jihoon menunduk, tidak berani menatap siapa yang menegurnya saat ini.

"Aku dari rumah temen daddy" Jihoon masih setia menunduk, dia yakin daddy nya menatap dengan tatapan intimidasi. "Sepenting temanmu sampai ponsel saja tidak bisa dihubungi?" Jihoon meruntuk dalam hati, bodohnya dia membiarkan ponselnya kehabisan baterai tadi. Sang ayah hanya menghela nafas lalu berucap dan ucapan itu membuat Jihoon sukses mendongak.

"Besok kosongkan semua jadwal, kamu harus ketemu sama calon suami kamu" Jihoon terbelak. Apa-apaan ini?Mengapa tiba-tiba menjodohkan dirinya tanpa meminta pendapat lebih dahulu?Inilah yang selalu dibenci oleh dirinya karena sayangnya Jihoon tidak bisa sama sekali melanggar perintah ayahnya, bahkan ibunya juga pasti tak dapat membantu.





Pagi ini, Jinyoung bersiap berangkat kuliah dengan semangat. Tadi, tunangannya datang untuk memasak serta sarapan bersama. Tapi, bukan itu yang membuat dirinya semangat. Ya, penyebabnya adalah pemuda manis bernama ; Park Jihoon. Membayangkan wajah manis saja sudah membuat Jinyoung bahagia. Oh, inikah rasanya menjadi budak cinta?

Tidak masalah, dia tidak keberatan menjadi budak cinta asalkan orang itu adalah Jihoon seseorang dari dunia khayalan yang telah mengisi hari-hari di hidupnya selama ini. Pertemuan konyol mereka masih membekas di ingatan Jinyoung terkadang membuat dirinya tertawa geli mengingat moment mereka disana. Walaupun, Jinyoung masih sedikit berpikir bahwa semua itu konyol dan aneh.

"Nah sudah rapi." Jinyoung tersenyum mengamati pantulan dirinya di cermin. Bergegas ke kampus untuk menimba ilmu sekaligus bertemu sang pujaan hati.











Naas, sepertinya semangat Jinyoung harus sirna. Karena menurut kabar dari kekasih Woojin ; Hyungseob, Jihoon tidak masuk hari ini. Ponselnya saja belum aktif hingga sekarang. Rasanya Jinyoung tidak semangat lagi, penjelasan dari dosen dikelasnya bagaikan sebuah angin lalu ditelingannya. Dengan wajah lesu, Jinyoung menyelusuri kampusmya mengundang gelak tawa dari Woojin. Akhir-akhir ini dia sudah mulai dekat dengan pemuda gingsul berstatus sahabat Jihoon itu.

Karena kelas pertamanya sudah selesai, Jinyoung memutuskan ke kantin bersama Woojin. Sedari tadi, pikirannya hanya terpusat oleh sati nama. Tidak begitu mendengar beberapa rentetan kalimat ocehan Woojin.

Kemana sebenarnya kamu Park Jihoon?







Disisi lain, matahari telah menjulang tinggi dari tadi. Mengintip melalui celah gorden. Tetapi, itu tidak membuat Jihoon terusik sekalipun. Dirinya masih bergelung nyaman dibawah selimut, tidak peduli dengan apapun hari ini. Perkataan dari ayahnya membuat dirinya malas melakukan apapun, biarkan saja orang yang disebut sebagai calon suaminya menunggu lama. Jihoon sudah tidak peduli lagi, dirinya tidak mau terus-terusan di kekang.

"KAK JIHOON!BANGUN MAU SAMPAI KAPAN TIDURNYA ?!" sebuah teriakan sungguh mengganggunya dibukanya pintu kamar dengan malas. "Astaga kak Jihoon! Kakak belum siap juga?" pekik Seonho, bisa-bisanya kakaknya belum siap hingga sekarang. "Kakak males ho, kamu aja yang pergi sana" Jihoon bersiap menutup pintu kamarnya sendiri tetapi kalah cepat karena ditahan oleh Seonho.

"Enggak! Pokoknya kak Jihoon harus siap-siap sekarang!" Seonho menarik kakak lebih tua 2 tahun darinya itu menuju kamar mandi lalu menutup pintunya. Jihoon sudah berusaha memberontak tapi apa daya, tenaga adiknya lebih kuat darinya.

"Kak Jihoon dandan yang cantik oke? Aku dengar calon nya ganteng loh!" ujar Seonho dibalas decakan oleh Jihoon dari dalam kamar mandi.




TBC

Adakah yang ingat dengan fanfic ini?

-18/09/2018

©Baeriwinks & Kyungiekiyo


WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang