Chapter 20

230 48 7
                                    

Jihoon masih terpaku ditempat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia terima. Cepat-cepat dirinya menepis lamunan langsung mengejar Jinyoung sebelum pemuda itu mulai menjauh.

"Jinyoung! Dengarkan aku, bukan begitu maksudku." Jihoon berusaha menahan Jinyoung dan berhasil.

"Maksudku bukan begitu.. aku tak pernah mempermainkanmu, tidak ada sama sekali pikiran seperti itu dari awal kita bertemu di Wonderland sampai sekarang kita bertemu kembali di dunia nyata." Lirih Jihoon.

"Lantas?"

"Huh?" Jihoon mendongak tak mengerti.

"Lantas apa jika kau tidak mempermainkanku?" ulang Jinyoung lebih jelas.

"A-aku.. hanya ingin.."

"Ingin apa? Bicaralah yang jelas." geram Jinyoung tak sabaran.

"Aku ingin selalu bersamamu, aku tidak tahu mengapa aku tidak ingin pernah berpisah denganmu. Walaupun, aku sudah dijodohkan dan kau sudah memiliki tunangan tapi aku tak pernah bisa melupakanmu. Melakukan semua hal yang bisa kulakukan bersamamu." cicit Jihoon menunduk, entah mengapa pipinya terasa panas. Jinyoung tersenyum tipis, dirangkulnya tubuh kecil Jihoon membuat pemiliknya mendongak kembali.

"Jadi, ini adalah hari pertama kita?"

"Maksudmu?"

"Kau menyukaiku Jihoon, dan aku juga menyukaimu. Kau tahu apa artinya bukan?" ujar Jinyoung.

"T-tapi, bagaimana dengan Sihyun?" tanya Jihoon cemas.

"Tak perlu dipikirkan, dia sudah bahagia dengan orang lain. Lebih baik pikirkan kita kedepannya saja." ucapan Jinyoung mau tak mau membuat pipi Jihoon sedikit merona.


✨Wonderland✨

"Jinyoung.." Jihoon berusaha mengalihkan atensi Jinyoung yang sedang menyamankan diri dengan memeluknya erat, menghirup aroma rambut halus milik Jihoon.

"Hm?"

"Dengarkan aku dulu." Jihoon mendorong Jinyoung pelan, entah mengapa semilir angin yang membelai surai Jinyoung membuatnya semakin tampan saja.

"Aku ingin membicarakan sesuatu." ujarnya mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Apakah, kau tau ini apa?" Jinyoung sedikit memicing, berusaha mengingat dimana dia pernah melihat itu.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, namun aku tak tahu itu dimana."

"Kau pernah, karena buku ini tentang Wonderland mimpi dimana kita pernah bertemu." jelas Jihoon. Jinyoung mendengus tak peduli, demi tuhan dia memang berterimakasih pada dunia mimpi yang pernah mempertemukannya dengan Jihoon. Tapi baginya, sudah bisa memiliki Jihoon kembali saja telah cukup. Untuk apa membahas hal lain lagi?

"Kau harus mendengarku Jinyoung, ini berhubungan dengan kita!" kesal Jihoon mulai merajuk dengan sedikit menjauhkan diri dari Jinyoung.

"Baiklah, baiklah. Apa yang mau kau tunjukan padaku?" Jinyoung akhirnya mengalah. Membiarkan Jihoon menunjukan hal yang harus dia lihat.

"Aku benar-benar tak mengerti maksudnya, tapi ini pasti berhubungan dengan kita Jinyoung. Kau tahu, saat kita berpisah aku selalu memimpikan dirimu berada kembali di wonderland." Ucap Jihoon.

"Aku juga mengalaminya Jihoon, kau tak tahu betapa frustasinya diriku ketika mengalami itu?"

"Apakah itu artinya.."

"Artinya, kau adalah takdirku. Dan aku adalah takdirmu, kita sudah ditakdirkan bersama untuk selamanya. Kau mengerti?" Jinyoung meraih kedua tangan Jihoon untuk dingenggam, berusaha meyakinkan Jihoon.

"Takdir, memang tak bisa dihindari. Tapi kita bisa saja mengubah sebuah takdir." Jihoon melepaskan tangan Jinyoung.

"Apa maksudmu?"

"Bisa saja, pertemuan kita di mimpi sebenarnya bukan untuk mempersatukan. Tetapi untuk memberitahu kita bahwa, kita tak akan pernah bisa bersama." ujar Jihoon.

"Sehebat apapun rintangan, sebuah ikatan tidak akan putus. Tapi sayangnya, ikatan itu telah putus." Jihoon mendekat, memeluk Jinyoung untuk terakhir kalinya.

"Jadi, ini adalah akhirnya?" ucap Jinyoung.

"Senang bisa mengenalmu Jinyoung, aku sangat senang bisa pernah menghabiskan waktu dan menghiasi mimpiku denganmu." senyum Jihoon, Jinyoung tertawa hambar.

"Sayang sekali, padahal aku pikir ini hari pertama kita."

"Kau pasti akan memulai hari pertama dengan orang lain Jinyoung, kalo begitu aku pamit." Jihoon berjalan meninggalkan Jinyoung sendirian.

Tanpa sadar, Jinyoung tersenyum sambil menangis. Dia tidak tahu, mengapa dia tak pernah bisa menahan Jihoon untuk pergi. Walaupun dia selalu yakin bahwa mereka telah terikat takdir.

Tapi sayangnya dia salah.

Selama ini, hanyalah dirinya yang merasakan hal itu. Bukan Jihoon, hanyalah dirinya yang frustasi tentang ikatan mereka bukan Jihoon. Jihoon hanya sekedar mengaguminya bukan mencintai dengan tulus seperti dirinya.

"Padahal, baru beberapa jam yang lalu kau mengatakan suka padaku. Tetapi kau kembali mempermainkan hatiku." Jinyoung kembali tertawa hambar.

Pada akhirnya, sebuah takdir bisa saja jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya.



END

WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang