Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!
Kepala gue pangsung noleh ke arah ruang tengah karena ngedenger suara bel yang diteken secara brutal. Orang gila, ini rumah orang lain guoblok. Mau ngerusak apa mau bertamu sih? Mana di rumah lagi gak ada siapa-siapa juga. Renjun main ke rumah Haechan, mama sama papa lagi ada perjalanan bisnis. Bener-bener ya gak ada perasaan gue ditinggal sendiri di rumah.
Gue yang lagi di dapur makan mie instan pun langsung buru-buru lari kecil ke ruang tengah untuk buka pintu, "Sebentar!" Seru gue begitu sampe di depan pintu.
Gue buka pintunya pelan, "Siapa---"
"Lama banget sih!"
Anjir!
Gue kaget pas tau siapa yang dateng. Itu Beomgyu dengan wajah betenya. Gue liat dia dari atas nyampe bawah, dan disamping tubuhnya, dia nenteng kresek warna putih yang gue duga itu berisi cemilan. Sumpah demi apapun Beomgyu kesambet apa nyampe dia mau dateng ke sini? Ya bagus sih, tapi kan... aneh aja.
Pasalnya Beomgyu itu gakkan mau mampir ke rumah kalau enggak gue paksa. Lah ini gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba dia dateng bawa makanan.
Beomgyu geser badan gue dan masuk ke dalem rumah. Dia duduk di sofa dengan wajah tanpa dosanya yang dah bikin gue bingung kek orang bego.
Gue balikkom badan dan masih natap Beomgyu heran, "Disuruh mama--"
"Aku bawa cemilan." sela Beomgyu sambil naruh sekresek cemilan di atas meja dan sandarin punggungnya.
"Oh? Tumben banget?" Tanya gue hati-hati sambil tutup pintu yang ada di belakang gue dan mulai ambil posisi di kursi yang ada di sebelah Beomgyu.
"Renjun tadi nelepon kalau kamu sendiri di rumah. Kebetulan aku lagi di rumah Hyunjin, jadi sekalian aja."
Oh anjir.
Untung belum seneng-seneng banget. Gara-gara ditelepon Renjun dan kebetulan lagi di rumah Hyunjin. Ok siap.
Tanpa sadar gue malah jadi ngeliatin Beomgyu terus yang sekarang lagi sibuk sama hp nya. Bisa gue liat kalau layar hpnya nunjukkin kontak Minju dengan jelas banget. Kayanya hubungan mereka sedeket itu. Deket banget, lebih dari yang gue duga.
"Apa?"
"Hah?" Mata gue mengerjap begitu ngedenger suara Beomgyu yang sukses buyarin lamunan gue.
"Ada yang mau diomongin?" Beomgyu noleh.
Gue alihin pandangan ke arah lain dan memilih untuk mainin jemari. Gue gigit bibir pelan guna netralin rasa gugup serta penasaran yang selama ini udah membucah gak tertahan. Jawaban Beomgyu waktu di parkiran tentang Minju itu masih bikin gue ganjel banget. Gue pengen tau lebih dalem lagi. Meskipun gue tau Beomgyu kayanya gakkan ngasih tau.
Kepala gue perlahan menggeleng. Gue gak mau bikin Beomgyu kesel dan berakhir pergi dari rumah karena pertanyaan yang jelas menurutnya random banget.
"Kalo gak ada aku mau---"
"Jangan pulang dulu." sela Gue sambil megang tangannya.
Beomgyu gelengin kepalanya, "Aku gak pulang. Mau ke kamar kamu." Beomgyu langsung berdiri dan jalan ke kamar gue yang ada di lantai dua.
MAU NGAPAIN ANJIR?!
Gue buru-buru ngikutin Beomgyu dari belakang. Sekarang dia dah masuk ke kamar dan duduk di ranjang gue dengan kedua mata yang menelusuri tiap penjuru ruangan. Sementara gue cuman berdiri di ambang pintu sambil ngeliatin cowok itu.
Kedua matanya merhatiin tiap poto polaroid yang tergantung rapih di tembok kamar. Cuman poto gue bareng temen-temen. Bareng Ryujin, Hyunjin, Renjun dan yang lainnya. Iya, gak ada poto gue sama Beomgyu. Gak usah heran, Beomgyunya aja gakkan mau gue ajak selfie.
Tangan Beomgyu bergerak untuk ambil foto yang terletak di atas nakas. Itu poto Beomgyu waktu kecil yang mamanya kasih ke gue pas hari pertama pacaran. Jelas gue simpen dong buat memperindah mimpi gue.
"Itu foto yang tante kasih. Jangan diambil, itu satu-satunya foto kamu yang aku punya."
Beomgyu gak jawab, dia lebih memilih untuk meletakkan kembali fotonya di atas nakas.
Beomgyu hembusin napasnya pelan sambil balik liat-liat kamar gue, "Kenapa suka aku?" tanya Beomgyu tiba-tiba. Sekarang matanya dah natap gue lurus.
"Padahal ada yang lebih tulus kayanya, tapi kenapa aku yang kamu suka?"
Gue diem sejenak.
"Emang harus ada kata 'kenapa' kalau suka seseorang?"
Beomgyu mengendikkan bahunya, "Gak tau."
Kaki gue melangkah ke arahnya untuk duduk di sampingnya.
"Aku dah sebrengsek ini dan kamu tetep suka. Aneh." Katanya begitu gue duduk di atas kasur. Kini dia memutus kontak matanya bikin gue nundukkin kepala.
Iya gue emang aneh, Gyu. Aneh banget, masih bisa sesayang itu sama lo setelah semua hal yang lo lakuin untuk gue aja gak bisa dibilang layaknya seorang pacar.
"Kalau seandainya," Beomgyu menjeda kalimatnya. Kepalanya kembali tertoleh dan natap gue dengan tatapan dinginnya, "Seandainya aku bilang kalau di hati aku ada yang lain, kamu masih mau pertahanin perasaan itu?" sudut bibir Beomgyu sedikit tertarik ke atas mengukir senyuman miris yang bahkan gak gue paham apa arti dari senyuman dia.
Senyuman miris yang dia ukir entah untuk dirinya sendiri, atau untuk menertawakan keadaan gue yang dengan bodohnya masih naruh rasa ke dia yang ternyata naruh hati ke cewe lain. Gue gak ngerti.
Gue natap dia lurus-lurus, gue basahi bibir gue yang terasa kering. Perlahan kepala gue menggeleng dengan alis yang mengernyit samar, "Emang aku pernah ada di hati kamu?" Lirih gue.
Makasih untuk kalian yang masih mau baca story ini huhu😭 aku terhura. tenang aja aku bakal bikim boyfriend series ini berurutan berdasarkan vote kalian kok:D
By the way, aku update book itu gak terjadwal ya gais, jadi jangan heran kalau aku tiba-tiba update setiap hari, atau malah gak update selama seminggu atau lebih. Aku update sesuai mood ku><
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah | Choi Beomgyu
Fanfictionaku tau kalau aku cuman sekedar tempat persinggahan, tapi apa bisa aku menjadi tempatmu untuk menetap? ⚠Warning⚠ harsh word, non-baku, typo(s), EYD(s) --- Start: 17 Oktober 2020 End: soon © taemiaw, 2020