dua puluh❤️

793 154 16
                                    

Kaki Beomgyu melangkah masuk ke dalam kamar apartnya dengan kedua mata yang gak lepas dari buku sketsa yang letaknya berada di atas nakas samping tempat tidur. Cowok itu memposisikan tubuhnya di sisi ranjang kanan dengan tangan yang terulur untuk ambil buku sketsa tersebut. Iya, Beomgyu belum balikkin buku sketsanya. Bahkan Islanya sendiripun enggak ngeh juga kemana hilangnya buku sketsa itu. Buku yang selalu menjadi tempat Isla berkeluh kesah dengan mencurahkannya sebagai gambar.

Hembusan napas pelan keluar gitu aja dari sela bibir Beomgyu. Cowok itu jelas bingung dengan sifatnya tadi pas di kantin. Dia emang udah sejak lama nunggu peenyataan putus dari seorang Isla Huang. Tapi, kenapa sekarang rasanya dirinya sama sekali gak terima sama pernyataan Isla? Bukannya harusnya Beomgyu seneng karena hal tersebut, Beomyu bisa balik jalin hubungan dengan Minju?

Cowok itu mendengus seiring dengan tangannya yang kembali membuka setiap halaman buku sketsanya.

Tangannya seketika berhenti membalikkan setiap halaman. Iya lagi-lagi seperti itu ketika potretnya yang digambar oleh gadis Huang itu terpampang jelas di kertas tersebut.

"Emang lo beneran gak ada rasa sedikitpun sama Isla? Bahkan kayanya lo paham perasaan lo aja enggak."

Seketika bayangan tentang Yeonjun yang lontarin pertanyaan itu terlintas gitu aja di benak Beomgyu. Sebelum balik ke apart, Beomgyu emang sempet nongki dulu bareng Yeonjun. Sama Yeonjun doang, gak yang lainnya. Karena emang pada dasarnya Yeonjun aja sekalian mau ngasih nasihat. Sok-sok an ngasih nasihat sebenernya, padahal kelakuan sebelas dua belas.

"Gue... gak tau."

🌰

Isla merutukki dirinya sendiri sambil hentakkin kaki beberapa kali ke tanah. Napasnya juga terdengar gelisah sambil ngeliat ke arah sekitar. Berharap cowok bermarga Choi yang kini udah berstatus mantan itu enggak jadi dateng. Karena hal itu Isla rutukkin dirinya. Hati, bibir, dan otaknya enggak sinkrom semenjak Beomgyu nelepon dia sejak 10 menit yang lalu. Padahal niatnya cewek ini mau sok jual mahal, tapi apa daya... kakinya malah membawanya ke tempat cowok Choi itu tentukkan.

Hembusan napas kesel keluar gitu aja dari sela bibir Isla. Tangannya juga terangkat untuk acak rambutnya frustasi. Bisa-bisanya Isla goyah lagi untuk kesekian kalinya oleh oknum Choi Beomgyu.

Padahal Isla gatau jelas apa maksud Beomgyu manggil dia ke sini. Tapi, dengan kegoblokan Isla yang sangat murni itu, cewek Huang itu malah nurutin apa kata Beomgyu. Padahal tadi di sekolah dia dah nangis-nangis depan cowok brengsek itu. Isla mau tenggelem aja dah sekarang.

"Kenapa?"

Isla segera membalikkan tubuhnya ke belakang begitu mendengar suara baritone yang menyapa pendengarannya. Kedua mata Isla membelalak terkejut. Reflek aja gitu udah kaya liat setan.

Beomgyu yang baru aja nyampe di lokasi justru cuman ngernyitin dahinya aja sambil ngeliat sang mantan dari atas ke bawah. Iya, dia bingung ngeliat Isla yang sekaget itu padahal dah tau mereka bakal ketemu juga.

Sebelum benar-benar membuka suara, kedua mata Isla terhenti ke arah tangan Beomgyu yang bawa-bawa buku sketsa. Buku sketsa yang enggak asing di matanya.

Dan setelah di liat-liat, itu buku sketsa yang Isla cari semingguan ini. Nyampe dia obrak-abrik lemarinya gara-gara takut isinya diintip orang.

"Itu..."

Beomgyu ngangguk, "Punya lo."

Kedua mata Isla sekarang teralih ke Beomgyu, "Kok ada di lo?"

"Waktu lo maki-maki gue, abis makan lo ninggalin gue sama bukunya. Yauda gue ambil."

Hening seketika.

Isla menggigit pelan bibir dalamnya sambil mengerjapkan kedua matanya beberapa kali.

Gambar gue diliat dong?

Beomgyu mengulurkan tangannya dan dia kasih ke Isla buku dalam genggaman, "Gue udah liat isinya. Karena waktu itu gue masih berhak."

Cewek Huang itu buru-buru ambil bukunya dan dia peluk buku tersebut. Sekarang rasanya Isla bener-bener mau loncat aja dari atas jembatan.

Beomgyu mengalihkan pandangannya ke arah lain, dan membalikkan tubuhnya ninggalin cewek Huang itu yang masih berdiri di lokasi, "M-Makasih." Kata Isla bikin langkah Beomgyu yang baru aja mau pergi langsung terhenti gitu aja.

"Gue bakal sobek gambarnya biar lo ga keganggu sama potret lo." Celetuk Isla.

Sudut bibir Beomgyu tertarik ke atas membentuk senyuman kecil, "Terserah." Kata cowok itu sambil lanjutin jalannya ninggalin Isla.

Isla meringis begitu kedua matanya ngeliat punggung cowok dingin itu semakin menjauh. Untuk kesekian kalinya, dirinya merasa bodoh.

Iya, sangat merasa bodoh. Karena, jantungnya masih saja berdegup kencang untuk seseorang seperti Choi Beomgyu.

"Kesambet mampus lo." Celetuk Hyunjin yang tiba-tiba dateng sambil bawa dua botol minuman.

"Lo ngapain tiba-tiba pengen ke sini sih?" Tanya Hyunjin sambil cemberut bikin bibirnya yang udah tebel makin tebel aja.

"Itu juga buku apaan? Kok lo tiba-tiba bawa buku itu?" Hyunjin nyodorin botol minuman itu dan diterima dengan baik oleh Isla.

Isla mendecak sebal dan ninggalin Hyunjin yang masih mencak.

"Ih gue tanya juga."

"Pertanyaannya lo banyak! Gue males!"

"Galak banget." Desis Hyunjin.

















Apa mungkin bisa Beomgyu mulai jatuh cinta sama Isla? Atau enggak?

Singgah | Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang