tiga belas💔

709 173 16
                                    

Setelah kejadian semalem, kejadian di mana gue dengan tololnya ngelontarin pertanyaan yang gak perlu gue tanyain. Ya, pada akhirnya gue gak denger jawaban cowok itu. Dengan kata lain, gak lama setelah gue nanyain hal tersebut, dia langsung keluar dari kamar dan pamit pulang.

Gue hembusin napas kasar mengingat diri gue yang masih jatuh cinta sama cowok brengsek macem dia. Iya cinta buta banget, contohnya aja gue. Buta sama kelakuan dia yang sebrengsek itu.

Gue mencak-mencak sambil acak rambut gue frustasi. Frustasi banget gue bisa suka sama orang kaya dia. Gila emang.

"Tinggal jawab iya atau enggak aja kenapa sih?!" Sentak gue penuh emosi sambil banting buku sketsa ke spot kosong bikin orang-orang yang lagi lalu lalang sedikit terperanjat.

Gue mendelik pas ngeliat ada Hyunjin yang jalan ngelewatin gue bareng Han sama Felix. Ngelewatinya sih gapapa, tapi mata julidnya Hyunjin itu loh yang bikin gue emosi, "Apa lo liat-liat?!"

Kepala Hyunjin menggeleng beberapa sambil rangkul dua temennya yang lagi asik makan es krim, "Ga jadi duduk dah lagi jadi maung."

Fyi, ini lagi istirahat. Dan gue males ke kantin karena untuk sementara gue gak mau ketemu cowok brengsek itu. Bisa-bisanya dia suka sama cewek lain disaat starusnya resmi sebagai pacar gue.

SEBEL BANGSAD!

Gue keluarin hp dari saku almamater. Pas gue buka lockscreennya, langsung nunjukkin foto Beomgyu. Otomatis gue ketuk-ketuk tuh layar sambil maki-maki nama Beomgyu.

"Choi Beomgyu bajingan!" Maki gue dengan gatau malunya di tengah halaman sekolah ini.

"Terus kenapa mau pacaran?"

Mampus.

Perlahan kepala gue mendongak dan nyaksiin Beomgyu yang sekarang lagi berdiri di hadapan gue dengan satu bungkus roti dan sekotak susu putih. Beomgyu gak natap gue. Seperti biasa, dia seakan enggan banget untuk kontak mata.

"Kok di sini, Gyu?" Tanya gue heran dengan senyuman yang dipaksakan. Kaget demi apapun.

Beomgyu duduk di samping gue sambil ngebuka bungkus rotinya dan dia kasihin ke gue. Dia buka juga kotak susu putihnya sebelum dia sodorin ke gue. Cukup ragu sebelumnya, tapi gue ambil juga.

"Benci apa suka?" Tanyanya lagi yang sukses bikin gue noleh ke arahnya dengan mata yang melebar.

"Hah?"

Hembusan napas pelan keluar dari sela bibir Beomgyu seiring dengan kepalanya yang tertoleh, "Jadinya, benci apa suka? Sama Choi Beomgyu?"

Gue mendecak pelan sambil melahap roti pemberiannya, "Gak usah ditanya. Mau ditanya berapa kalipun jawabannya tetep sama."

"Gak ke kantin?"

Kepala gue menggeleng, "Gak mood. Gak laper."

Beomgyu anggukkin kepalanya sambil ngeliatin gue yang makan lahap rotinya. Gue laper bangsat!

"Tadi Renjun bilang kamu di---"

"Ya ya ya tau Renjun ngasih tau aku belum makan. Makanya kamu ke sini." Sela gue dengan mulut yang penuh dengan roti bikin Beomgyu langsung mendecak sebal, "Telen dulu."

"Alesan lo dah basi, pusing gue dengernya." Maki gue begitu roti yang tadi gue kunyah dah tertelan dengan baik.

Bisa gue liat ekspresi Beomgyu yang agak kaget karena cara ngomong gue yang berbeda dari biasanya. Gue lagi PMS dan dai mancing emosi gue. Bukan dia doang yang pas marah bisa ngomong gue-lu. GUE JUGA ANJIM!

Beomgyu natap gue lagi, tapi kali ini tatapannya bener-bener terkesan bingung dibanding dingin.

Gue hela napas dan gue hembusin pelan, netralin emosi dulu. Karena gue rasa dah cukup tenang, gue pun natap Beomgyu, "Apa? Kalau sekiranya disuruh Renjun lagi mendingan gak usah dateng. Aku gak mau kamu dateng terpaksa karena Renjun."

Beomgyu masih diem.

"Kalo aku yang paksa, baru harus dateng." Gue langsung berdiri dan ninggalin Beomgyu di sana sendirian yang masih mematung bingung mikirin perlakuan gue yang gak biasa.
























Beomgyu masih diem sambil ngeliatin punggung Isla yang semakin menjauh dari jangkauannya. Setelah Isla bener-bener menghilang dari pandangannya, Beomgyu mengendikkan bahunya sambil senderin punggung ke sandaran kursi.

Beomgyu bingung kenapa Isla marah, lagian dia cuman jalanin perintah sang kakak. Lagipula gak harus marahpun harusnya Isla tau kalau sebenernya hubungan mereka gak serius. Maksudnya, hanya Isla sendiri yang menganggap ini hubungan sebenarnya. Jahat emang, tapi ya mau gimana lagi. Beomgyu gak bisa bohongin perasaannya kalau sebenernya dia emang enggak ada rasa sama Isla. Mungkin.

Hembusan napas pelan keluar dari sela bibir Beomgyu. Kepalanya tertoleh ke tempat yang Isla dudukkin barusan sampai kedua matanya menangkap buku sketsa yang tadi gadis itu bantingin. Iya, sebenernya Beomgyu udah ada di sana sejak Isla marah-marah gak jelas. Meskipun Beomgyu gak tau apa yang Isla maki sebelumnya, tapi Beomgyu tau betul kalau Isla sedang memaki dirinya.

Tawa kecil teralun gitu aja seiring dengan tangannya yang terulur untuk ngambil buku sketsanya.

Tangannya bergerak untuk membuka lembar demi lembar kertas buku tersebut yang menunjukkan gambar pemandangan ataupun halaman sekolah. Pantesan Isla lebih sering nongkrong di halaman sekolah, karena ini yang dia lakuin.

Hingga di halaman terakhir, tangannya reflek berhenti ketika tau apa yang cewek itu gambar. Itu wajah Beomgyu yang dengan sempurnanya Isla gambar dengan tangan kanannya. Wajah Beomgyu yang sangat-sangat Isla harapkan. Wajah Beomgyu yang sedang tersenyum manis.

"Pangerannya Isla, Beomgyu." gumam Beomgyu membaca tulisan yang tertera di pojok kanan bawah.

"Gigih banget."



























oh iya kalian pasti liat emot lope yang ada di samping tulisan chap kan? sebenarnya itu melambangkan suasana hati Isla tiap chapter hehe

Singgah | Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang