《=》

1.7K 72 17
                                    

Di sebuah ruangan yang cukup besar, terdapat beberapa lelaki yang sibuk dengan aktivitasnya masing masing. Satu diantara mereka memilih merebahkan diri dan memejamkan matanya. Sedangkan yang lain, ada yang bermain PS sambil merokok, ada yang bermain HP sambil merokok, bahkan ada juga yang merokok sambil merokok.

"Dav, Udud?" Lelaki berkaos merah dengan gambar payung terbuka, memanggil temannya yang sedang rebahan tadi.

"gak mood" Jawabnya sambil mengubah posisi, karena merasakan benda segi panjang disakunya bergetar.

Dia mengangkat sebelah alisnya saat melihat nama yang tertera di layar.

"Gue angkat dulu" Dia menunjukkan handphonenya pada lelaki berkaos merah tadi, lantas pergi keluar ruangan.

Orang orang disana kebingungan, mereka menatap kepergian Lelaki itu dengan ekspresi berfikir.

Emangnya mereka punya pikiran?

Weish hina!

"Udah kek perawan. Ngerokok aja pake mood mood an" Celoteh salah satu dari mereka yang langsung disambut kekehan semua orang.

Suasana di ruangan itu sangat ramai, ada beberapa orang juga yang bernyanyi dengan suara Fals, tak lupa diiringi gonjrengan gitar yang tak kalah hancurnya.

Tuan rumah tidak bertindak. Padahal tempatnya sudah seperti TPA. Sampah berserakan dimana mana, serta bantal selimut dan guling yang sudah jauh dari kasurnya. Apa tempat ini tidak bertuan? Sepertinya memang begitu, mereka punya hak yang sama disini, bebas melakukan apapun yang mereka ingin lakukan.

Kumpulan ini diberi nama
Bumi Dangerous. Beranggotakan puluhan orang, dengan lapisan yang berbeda beda. (Veving, Ura, Meber, dan Hob)

Lapisan tertinggi adalah Ura. Diisi Ketua, tangan kanan, dan penasehat. Ketuanya adalah Dava, dan tak ada informasi lain tentang dia selain nama pendeknya. Untuk tangan kanan, Dava memilih Gilang Alaska. Lelaki berprinsif, yang paling tidak bisa menerima kekalahan. Dan Septian Kelana, dia ditunjuk menjadi penasehatnya, membantu menyelesaikan masalah, dan menentukan kapan harus melangkah.

Setelah Ura, ada Hob. Diisi para penyusup yang selalu menusuk. Mengintai dan melaporkan.  Bumi Dangerous (BD) mempunyai 7 anggota Hob, yang identitasnya hanya diketahui oleh Ura. 1 dari 7 berada di penjara.

Sedangkan Veving dan Meber. Diisi lebih banyak orang. Bisa dikatakan itulah pasukan Bumi Dangerous. Dimana jika ada suatu konflik yang membutuhkan banyak tenaga, maka merekalah yang dikumpulkan Ura.

Mereka adalah berandalan kota. Mereka cukup terkenal dan disegani banyak orang. Definisi seorang berandal tak jauh dari kata urakan, tidak taat aturan dan berbagai macam sifat yang menjurus kepada keburukan. Bahkan sudah tidak terhitung berapa kali mereka mengunjungi kantor Polisi. Gila memang, Mereka bahkan juga sudah hafal jadwal siapa yang berjaga di kantor penegak hukum itu dari Senin-Minggu. Saking seringnya.

Kasus yang pernah menimpa mereka juga tak hanya satu, mulai dari penganiayaan, tauran, balapan liar, bahkan sampai pembunuhan mereka pernah terjerat. Tapi itu semua tidak cukup kuat untuk bisa menjebloskan bagian Ura ke Penjara.

"Masih aja si Lakmus nyanyi pake suara begitu. Heran gue, padahal telinganya sendiri udah ngirim gugatan cerai sama badannya" Si lelaki berkaos merah itu kembali mengajak bicara teman temannya.

"Bukan lagii! Udah di talak keleuss"

Mendengar jawaban temannya, si baju merah kembali terkekeh. "Gitu yah cyin?" Balasnya dengan gaya bencong perempatan BPC.

BPC. Salah satu perempatan dikota mereka yang dihuni bukan hanya oleh bencong. Ada Preman bahkan cabe cabean berlisensi dan terakreditasi A.

Tidak hanya si lelaki kaos merah yang menertawakan kelakuannya sendiri, orang orang disana juga ikut tertawa. Itu adalah gaya terjijik yang pernah dia lakukan.

Tentang si kaos merah, dialah si tangan kanannya ketua disana. Gilang Alaska. Berurusan dengan dia saja sudah bisa mengancam nyawa, apalagi dengan pemimpin mereka yang 'katanya' sangat kejam dan tak berprikemanusiaan.

Pintu ruangan terbuka, seseorang yang tadi mengangkat teleponnya sudah kembali. Dia mengambil jaket berbahan levis yang tergantung di sebuah paku, lalu menyampaikannya di bahu tegap yang ia punya.

"Kasih tau Tian gue balik yah"

"Kenapa? Masih magrib loh ini, nanti lo di angkut kalongwewe" Si cowo yang sedang memegang stik PS menghentikan langkah temannya. Bagi dia, hanya lelaki yang akan pergilah teman terwarasnya. Yang lain? GILA SEMUA!

"Rumah gue hampir kemalingan. Gue harus pulang cepet"

"Cari mati tuh si maling"

"Udah yah, gue pulang. Assalamu'alaikum" Pintupun tertutup. Semua menghentikan aktivitasnya untuk menjawab salam lelaki tadi. Lalu setelah itu mereka bersiap untuk sholat magrib berjamaah di Masjid terdekat.

Oke, jangan terlalu fokus dengan hal hal negatif yang ada. Mereka juga masih manusia yang mempunyai Agama. Sehebat apapun, mereka tidak pernah bisa mengganti kewajiban dengan keinginan.

Brandal boleh brandal, tapi jangan pernah lupakan printah Tuhan.

DIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang