12

218 36 6
                                    

Sudah tiga hari ini Askar dan Ken menjalani martikulasi di kelas mereka.

Membosankan!

Semua guru yang masuk, hanya memerintah murid memperkenalkan diri. Dan Askar sudah memperkenalkan diri lebih dari 5X. Bahkan satu kelas sudah tau bagaimana cara Askar memperkenalkan dirinya, karena dia hanya berbicara seperlunya. Seperti nama, asal sekolah dan tempat tinggal.

Berbeda dengan teman sebangkunya. Ken, dia memperkenalkan diri dengan gaya yang berbeda beda. Tapi setiap dia berbicara, selalu saja bisa mengundang tawa. Diawali pantun dan diakhiri oleh motto hidup. Ken langsung menjadi siswa populer di kelasnya, tetapi di urutan kedua. Karena meskipun Askar tergolong tidak banyak tingkah, dia tetap jadi idola.

Namun, Kelas hari ini sedikit mencekam. Mungkin karena gosip yang beredar bahwa guru P.A.I mereka yang akan masuk kali ini sangatlah kejam. Semua murid tampak disiplin, duduk siap dengan pandangan lurus kedepan, yah benar benar terlihat seperti kelas idealnya para guru-guru. Tapi kalian tau, tidak ada kelas yang seperti itu.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatu" Salam pak Wira dengan berwibawa.

"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatu" Jawab semua murid dengan semangat.

Mereka berfikir, jika mereka menjawab salam pak Wira dengan nada biasa saja, bisa jadi guru itu tidak menyukainya, dan malah membuat semuanya kena marah. Sebisa mungkin, hal hal yang bisa memancing kemarahan pak Wira ini, mereka harus hindari. Karena katanya, sekali dia tidak suka kepada orang, maka orang itu akan terus kena amarahnya. Ada yang mau coba? Silahkan. Yang pasti murid murid kelas X-IPS7 tidak ada yang berminat sama sekali untuk itu. Termasuk juga Askar dan Ken.

Askar melihat arah pandang guru P.A.I nya terarah kepada Ken yang berada di sampinya. Dia berharap teman sebangkunya itu tidak melakukan kesalahan yang akan merugikan. Setelah harapannya ia ucapkan dalam hati, Askar mencoba melihat ke sampinya, untuk tau apa yang bisa menyita perhatian pak Wira kepada sosok teman barunya itu.

Askar melihat Ken sedang duduk siap dengan pandangan lurus kedepan. Dia juga sepertinya menyadari jika pak Wira di depan sana tengah memandang kearahnya. Tapi dilihat dari mimik wajah Ken, dia sama sekali tidak terlihat tegang dan terancam, bahkan Ken seperti sama sekali tidak melakukan kontak mata dengan guru tersebut.

Askar kembali mengalihkan pandangannya ketika pak Wira memanggil nama Ken.

"Kenzo"

Teman sebangkunya itu sedikit tersentak, mungkin kini dia sedang bertanya tanya kepada dirinya sendiri, apa dia melakukan kesalahan?

Tapi ada yang lebih aneh, ini adalah kedatangan pak Wira yang pertama di kelas. Kenapa dia bisa mengetahui nama Ken? Apa ada salah satu guru yang membicarakannya kepada pak Wira?

"I- Iya pak?" Ken sedikit kikuk. Siapa yang tidak kaget di panggil tiba tiba saat dia sedang fokus dengan sorot mata milik gurunya?

"Tegang sekali kamu. Santai saja. Saya hanya ingin bertanya. kamu lahir dimana?"

Wajarkah pertanyaan itu? Oke, mungkin jika pertanyaannya dilontarkan kesemua murid kelas, itu wajar sebagai perkenalan. Tapi ini hanya tertuju pada satu orang, dan itu kepada teman sebangku Askar.

"Hh_ saya, lahir di Bengkulu pak" Dia tidak tegang, hanya bingung saja kenapa gurunya bertanya seperti itu.

"Bengkulu? Jauh sekali. Lalu hubungannya dengan Cirebon dari mana?" Tanya pak guru lagi yang membuat Ken semakin bingung.

Ada apa dengan kota Cirebon?

"Hubungan Bengkulu sama Cirebon? Tidak ada pak. Kan mereka saling berjauhan, bertemu saja tidak pernah, apalagi saling berhubungan. Dan saya yakin, jikapun mereka berhubungan, mereka tidak akan sanggup menjalani LDR-an"

DIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang