41

128 21 0
                                    

Hari senin telah kembali. Hari dimana yang biasanya di benci oleh para siswa karena harus berdiri beberapa saat di bawah sinar matahari pagi untuk melaksanakan upacara. Kirey si gadis ceria dan tidak bisa diam itu kini berada di barisan kedua yang bersebelahan dengan Askar. Tidak berdiri paling depan karena tujuannya adalah, ketika ia bosan harus melihat petugas upacara dan mendengar nasihat pembina upacara ia akan mengganggu Askar atau hanya sekedar mengajak ngobrol. Yang sudah pasti, Askar tidak akan menjawabnya.

Kirey memang sengaja berbaris di barisan kelas Askar, karena katanya ia tak mau jauh dari pangeran nya, kalau ia tiba tiba pingsan sudah ada Askar yang siap sedia menahannya. Itu hanya alibi saja sih, karena sebensrnys ia hanya ingin bertemu dan berdiri di dekat Ken. Ken berdiri tepat di belakang Askar, dengan kalemnya Ken mengambil sikap sempurna. Sungguh tampan sekali Ken yaallah. Kirey yang tak mau menyia nyiakan rezeki itu pun berdiri tegak di samping Ken. Namun naasnya baru saja ia mau menyapa Askar menariknya hingga berdiri di sebelahnya, dan dengan santainya Askar berkata.

"Lo yang bilang kalau lo pingsan gue ada di sisi lo, jadi lo diem di sebelah gue. Jangan cari kesempatan biar sebelahan sama curut satu itu."

Ken hanya diam dan berusaha untuk tidak memperdulikan apa yang sedang terjadi antara Kirey dan Askar. Melihat Askar yang tadi melototinya saja ia menjadi merinding. Salah apa Ken yaallah.

Saat pembina upacara di persilahkan untuk menyampaikan amanatnya, Kirey menarik narik ujung kemeja askar hinga keluar sedikit, Askar berusaha untuk tetap tegak dan mendengarkan apa yang di sampaikan pembina. Askar tidak mau mendengar ocehan Kirey.

"Skarrr" Kirey berbisik.

"Askar ih, aku bete tau kamu mah cuekin aku mulu"

"Askarrrr"

"Skarrr"

"Kamu mah narik aku tapi akunya di cuekin, sebel sku jadinya"

"Askarrr,stt"

"Ah Askar mah jahat, aku jadi bete, gaakan ngomong lagi" Kirey merajuk, ia menyimpan tangannya ke belakang punggungnya, mengambil sikap sempurna walau dengan kepala yang menunduk. Namun tak lama kemudian ia kembali mengangkat kepalanya.

"Askarrr,"

"Woi"

"Askar gantenggggg, tapi masih gantengan papih Kirey" Kirey memilin milin jari Askar yang tidak terkepal erat. Askar menurunkan tangan Kirey, ia menundukan kepalanya agar bisa berbisik pada Kirey.

"Stt, berisik, nanti gue beliin 3 permen milkita satu buat gue, satu buat Ardan dan satu lagi buat Elvan, tar lo gue kasih bungkusnya doang 3 plus gagangnya bekas kita bertiga, baik kan gue kasih lo enam" Askar terkekeh, Kirey cemberut, memangnya ia tikus di kasih bungkus permen.

"Askar mah kejam, aku mau di belakang aja sama Ken"

"Oh silakan, dengan senang hati gue tinggal bilang sama om Saka kalau anaknya lagi jatuh cinta sama cowok"

"Ish Askar!" Kirey menginjak kaki Askar. Askar sontak mengaduh karena injakan kaki Kirey yang tak main main. Kegaduhan itu tentu saja terlihat jelas oleh bu Hayle, salah satu guru kesiswaan yang sedang berjaga di belakang barisan Kirey.

"Kirey, kenapa kamu berdiri di barisan ini? Bukankah ini bukan barisan kelas kamu?" Matilah Kirey, gara gara Askar ia jadi tercyduk oleh guru garang tersebut. Kirey harus gimana ini yaallah tolong selamatkan Kirey.

"Hehe ada bu Hayle cantik" Kirey menyengir dan menggaruk kepalanya.

"Bu Hayle bu Hayle, sehabis baris ini kamu ikut saya ke ruangan kesiswaan"

"Tapi bu_

"Tidak ada tapi tapian, ikuti saja apa yang ibu perintahkan"

"Ak__

DIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang