14

211 32 10
                                    

Kirey tertawa lepas saat Irfan meloncat loncat di depannya menahan pedas. Mulut laki laki ini tidak sekuat mulut Kirey yang sanggup menghabiskan 1 bungkus keripik ma icih level tertinggi tanpa minum. Irfan lebih menyukai makanan dingin. Baru menyuapkan tiga keripik saja, Irfan menyerah. Seluruh bagian di dalam mulutnya terasa panas, terutama pada bibirnya, Keripik itu seperti bara api yang nekad di makan olehnya. Irfan akui, Kirey sangat hebat dalam dunia perpedesan.

"A_ Pedesss gilakk!" Mulutnya terus dibukakan agar angin diluar membantu meredakan panas itu. Irfan juga membiarkan air liurnya mengalir begitu saja. Entah berguna atau tidak, ia seperti itu.

"Hahaa_ bang Irfan so jagoan sih! Udah di bilang, ga akan kuat. Masih aja ngeyell!" Kirey menyodorkan minuman yang barusaja ia ambil di dapur rumahnya.

Sore ini, Irfan ada di rumah Kirey. Pulang kerja, bukannya langsung kerumah, malah nyasar ke rumah tetangga. Untung papih Kirey akan pulang malam hari ini. Dan Askar mempunyai agenda latihan Karate. Aman!

Kalian tau, apa yang akan terjadi jika dua laki laki itu tau ada Irfan di rumah Kirey? Mereka akan mengintrogasi Irfan, sampai Irfan kelelahan untuk mencari jawaban.

"Suruh siapa punya badan kecil? Jadinyakan abang ragu, kalo yang lo makan itu bener bener pedes, Hahh_" Irfan membalas terlebih dahulu argument Kirey, baru setelahnya, ia aplikasikan air itu untuk memadamkan pedas yang merajai seluruh mulutnya.

Kirey hanya mengangkat bahunya. Lalu ia kembali dengan keripik kecintaannya itu dan duduk di halaman rumahnya.

Kebanyakan orang, menilai orang lain itu dari luarnya saja. Seperti merekalah yang paling tahu segalanya. Padahal, jika ada seseorang yang diam saja saat di sapa, bukan berarti dia sombong kan? Mungkin saja orang itu sedang ompong ditengah, jadi ia malu untuk membuka mulutnya.

Irfan kini ikut duduk di samping Kirey. Kirey dimata Irfan adalah sosok wanita baik, cantik dan unik. Hanya satu kekurangan yang Irfan tidak suka darinya, dia masih kekanak kanakkan.

Seseorang yang baik, akan mengajarkan orang yang dia sayang menjadi lebih baik. Bukannya membiarkan, dan mencari yang lebih baik. Dan Irfan akui, dia bukan seseorang yang baik bagi Kirey.

"Rey"

Kirey menoleh, Irfan masih memegang gelasnya, dan pandangan laki laki itu juga bertumpuan ke benda yang ia pegang.

"Apa lo masih suka sama abang?"

"Masih. Emangnya kenapa bang?"

Irfan kini mengalihkan pandanganngannya dari gelas yang ia pegang. Kireylah yang mengalihkan.

"Askar?"

"Aku sayang sama Askar dan cinta sama abang" Kirey tersenyum lebar kepada Irfan. Senyuman yang benar seperti itu adanya. Hanya ada kejujuran disana. Dan Irfan tau akan itu.

"Kedewasaan, ketenangan, dan keramah tamahan. Itu point penting yang aku suka dari Abang. Jadi, jaga point point itu, kalau abang mau tetep disukai sama aku. Oke?"

Irfan selalu bingung menanggapi tingkah Kirey yang seperti ini. Berbicara tanpa beban, dan menganggap apa yang dia bicarakan itu tidak salah. Seperti hanya bahagia yang ada dalam hidupnya.

'Sayangnya gue hanya bisa nganggap lo sebagai adik Reyy'__ Irfan.

Tringgg... Tringgg...

Lamunan Irfan langsung buyar saat handphone Kirey berbunyi. Sekilas Irfan melihat nama yang tertera di layarnya. Ada nama Askar.

"Vc. Abang balik deh Rey. Takut si Askar tau, ntar abang di pecat" Irfan menyimpan gelas Kirey di meja teras, dan mengambil kunci motor miliknya yang juga berada di tempat yang sama.

DIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang