36

121 24 0
                                    

Hari ini Kirey teringat sesuatu. Sesuatu yang benar benar menggembirakan sekaligus membingungkan. Dua hari lagi laki laki kesayangannya berulang tahun yang ke 16. Askar siputra sulung dari keluarga Arion. Namun ada yang mengganggu pikirannya. Tidak mungkin Kirey hanya memberi sebuah hadiah atas segala kebaikan laki laki itu. Kirey harus memberi yang lebih dari kata istimewa. Apa itu?

Barbequean!

Itulah saran dari mamihnya. Kirey harus bekerja sama dengan teman teman dekat Askar dan keluarga untuk menyukseskan acara itu. Mari kita mulai berdiskusi!

Disalah satu meja cafe didalam mall, sudah berkumpul Kirey, Fasya, Rachel, Ardan, Elvan,Ken, Papih dan Abi Askar. Kirey sendiri yang mengumpulkan mereka, hebat bukan? Dan kenapa ada Fasya dan Rachel? Karena mereka adalah wanita yang paling bisa membuat Askar berbeda dari biasanya. Biasanya kalem, jadi tak bisa diam. Biasanya sabar, jadi emosian. Yah, perubahan seperti itulah yang dua wanita itu bawa dalam hidup Askar. Dan itu sangat berarti. Meskipun mungkin bagi Askar tidak menyenangkan.

"Uminya mana bi?" Kirey bertanya kepada Abi Askar karena salah satu yang terpenting malah tidak ikut berunding.

"Biasa, Danesh lagi rewel, jadi uminya susah mau kesini. Diajakpun Daneshnya ga mau" Mendengar jawaban dari Abi Askar, Kirey sangat memaklumi. Dan papih Kirey tersenyum saja mendengarnya.

"Lo ngapain senyum senyum?"

"Jijik gue denger anak anak panggil lo abi" Papih Kirey bergidig sambil memancarkan tawanya.

"Gue lebih jijik denger lo disebut papih. Bule bukan atuh" Abi Askar juga membalas candaan yang dilontarkan Papih Kirey.

"Lo juga bukan arab"

"ettt. Kurang arab apa muka gue?"

Oiya. Papih Kirey melupakan satu hal. Kakek dari sahabatnya itu adalah orang arab. Jadi bisa dikatakan, Abi Askar juga seorang arab meskipun berkebangsaan Indonesia.

"Oke, gue kalah" Papih Kirey mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Elvan dan Ardan yang memerhatikan keduanya sedari awal berdialog, seperti melihat diri mereka sendiri dimasa depan. Sahabat kecil yang kebiasaan berdebat, sampai tuapun juga terus berdebat.

"Gue jadi om Saka" Ucap Elvan mendahului.

"Gue jadi Abi Ali" Ardan mengikuti.

Lalu keduanya langsung bersalaman menyepakati ucapan mereka. Oke, berarti tidak ada yang memilih orang yang sama. Itu tandanya tidak ada debat untuk kali ini.

"Jadi barbequeannya mau dimana nih? Villa apa rumah aja?" Kini fokus mereka sudah kembali kepada yang seharusnya. Abi Askar mengawali itu.

"Villa seru tuh bi. Sekalian nginep tiga taon, beuh sedep" Ardan mengelus tenggorokkannya seperti baru merasakan kesegaran dari sebuah minuman.

"Pala lu tiga taon! Balik kerumah, nama lu udah ilang di KK" Elvan menoyor kepala Ardan dengan pelan. Bahaya jika menoyor keras didepan orang tua, nanti mereka tau pergaulan anak sekarang begitu memprihatinkan.

"Kagalah. Gua mah anak tersayang. Emangnya elu, lahir juga karena mamah lo typo"

"Si anjir ngajak ribut!" 

"Uda uda, jangan berantem. Nanti dimarahin aku lohh" Ken tiba tiba melerai keduanya. Sepertinya dia salah satu orang yang cepat tanggap. Sekali diajarkan Askar, maka dia akan menerapkan itu selamanya. Bagus, tapi kalimatnya tidak bervariasi.

"Wahh Ken idaman banget ya Sya?" Kirey tersenyum sambil berbisik ditelinga sahabatnya. Jangan sampai papihnya mendengar. Itu akan berbahaya!

"Lebih idaman bang Irfan" Jawab Fasya dengan berbisik juga.

DIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang