PART 12

26K 1.1K 10
                                    

Gea pov

Hari ini adalah hari ter - apes bagi gue. Gue harus ikut reuni SMP. Tempat kenangan terpahit yang pernah gue alami. Lebih pahit dari pada kopi yang gak dikasih gula sama sekali.

"Ge... maafin gue ya kemaren udah buat lo badmood," ucap Jane.

Ya, dari tadi dia sudah minta maaf berulang kali yang hanya gue balas dengan gumaman.

"Ck. Iya, gur maafin. Udah?" Balas gue kesal. Kegiatan nge-rapihin buku gue jadi terhalang.

"Kita barengan kan ke reuni nya?" Tanya dia lagi yang membuat gue lagi lagi harus menghentikan kegiatan gue.

Dari tadi bel pulang udah bunyi. Namun, gue masih fokus baca materi biologi sampai akhirnya Jane dateng buat nge rusuh.

"Gue gak ikut," balas gue singkat.

"Lohh... kenapa? Padahal pak Anwar nunggu lo lohh..."

"Oke fine, gue datang." Gue ngalah. Yang waras ngalah.

"Yaudah... yok. Kak Gibran mau nganterin kita," ucap Jane sambil menarik tangan gue

"Gue naik angkot aja," balas gue sambil melepaskan tangan gue yang dia pegang.

Dia malah gak jawab dan terus narik gue. Dan... gue di dorong ke dalem mobil. Di sebelah gue udah ada kak Gibran yang natap gue dari tadi.

"Gue gak bawa baju ganti," ucap gue berusaha untuk pergi dari sini.

"Udah gue bawaain kok."

"Trus ganti nya?"

"Yaudah, ayo ganti bareng gue" ucap nya yang menurut gue setengah gila.

"Tenang. Gue bawa kain kok buat nutupin" lanjut nya yang gue angguki dengan malas.

Gue lompat ke jok belakang dan ganti baju. Sementara kak Gibran, fokus ke jalan sambil menyetir.

"Dah. Balik sana," ucap Jane mengusir gue.

Gue liat ke jok di samping nya, penuh barang. Gak bisa gue dudukin. Ya kali gue berdiri sepanjang perjalanan kek tukang kenek angkot. Gue pun akhirnya balik ke jok di samping pengemudi. Sepanjang perjalanan, gue hanya diam memperhatikan jalanan yang padat.

"Ge... udah nyampe," ucap Jane.

"Gue tau," balas gue sambil keluar dari mobil.

SMP Taruna Bakti. Halo. Tempat yang udah mengenang keterpurukan gue.

Gue melihat di lapangan ada segerombolan remaja yang lagi saling mengobati rasa rindu.

"HAII!" Teriak Jane yang membuat mereka menoleh ke arah gue dan Jane.

"Jane!" Teriak mereka, Reno, Bita. Sahabat gw dan Jane.

Mereka lari ke arah Jane lalu meluk Jane. Me? Nyapa aja gak. Gue masih tetap dengan tatapan elang dan aura dingin. Gue nyoba buat nahan rasa gue yang pengen meluk mereka erat...... gak mau gur lepasin. Orang yang udah bikin hari hari gue semakin indah.

"Woi. Si Gea kemana? Kok lo malah bawa cewek cantik kesini?" Tanya Reno pada Jane yang buat gue terkekeh.

"Iya nih... gue pengen peluk... trus nyubitin pipi nya yang gembul lucu lucu gituhhh...." sahut Bita yang buat gue tersenyum

Apa gue berubah drastis sampe sampe mereka gak kenal gue yang sekarang? haha.

Tiba tiba gue merasakan ada tangan yang merangkul pundak gue. Gue menoleh, kak Gibran. Gue diemin aja. Yang penting kali ini adalah sahabat dan guru gue yang gue kangenin.

Gue liat temen sekelas gue juga liat ke arah gue dan kak Gibran sambil menatap kita dengan tatapan bingung sekaligus takjub.

"Wah... mbak sama mas nya pacaran ya? Cocok banget. Gak kayak kita ya, jomblo," ucap Reno lalu merangkul Bita.

Gue liat Jane yang terus natap gue.

"Nama lo siapa? Sepupu nya Jane ya? Kok bisa ada di sini?" Tanya Reno.

Gue lirik kak Gibran, dia ngangguk lalu ngelus pala gue. Idih.

Tanpa aba aba, gue langsung meluk Reno.

"Mmm.... kok lo meluk gue?" Tanya Reno bingung

"Lo gak kenal gue?" Tanya gue balik.

Reno hanya geleng geleng kepala diikuti oleh Bita. Kegiatan kami kali ini masih di lihati oleh teman teman seangkatan gue.

"Ok, kalo lo lupa. Kenalin, Christabella Geanandra Rahadian" balas gue enteng.

"GEA!" Teriak mereka berdua lalu meluk gue erat yang gue balas dengan pelukan erat juga.

"Lo berubah yaa.... udah gak gendut... tapi masih chubby...." ucap Reno sambil mencubit kedua pipi gue.

"Ish... hahaha."

"Anjay... itu Gea? Gea yang dulu gendut? Gilaaa... cantik banget dia sekarang."

"Udah punya pacar belum ya?"

"Mantan kak Vino?"

Gue yang mendengar bisikan para mantan temen gue itu hanya memberikan tatapan tajam serta dingin.

"Yang sebelah nya pacar?? Hemm??" Goda Bita.

"Bukan, cuman tem--"

"Iya, itu pacar nya dia. Namanya Gibraniel Samuel Januardo" sela Jane yang membuat gue memutar bola mata gue dengan malas.

"Udah move on ni cerita nya?" Goda Reno.

"Hm," balas gue dengan gumam.

"Ih... ngambek yakk..."

"Bodo."

"Udah ah. Yuk nyalim pak Anwar," ucap Jane.

"Hm."

😚😚😚😚😚

"Halo Mitaa..." sapa gue pada anak pak Anwar, Mita.

"Halo kakak... udah lama nih kita gak main bareng lagi." balasnya semangat.

"Iya nih... kakak sibuk."

Kami sedang mengunjungi rumah pak Anwar. Rumah nya tak jauh dari SMP Taruna Bakti.

"Tukeran id line dong kak."

"Okay... sini, mana hp mu?" Ucap gue sambil mengelus rambut hitam indahnya.

Kami pun saling bertukar id line dan mengobrolkan apapun yang bisa menjadi topik. Gue melupakan temen temen alumni gue.

"Kakak haus gak? Minum yuk. Sambil nyapa mamah," usul Mita yang gue angguki.

Gue berjalan dengan mengekori Mita masuk ke kamar Pak Anwar dan Bu Key.

"Halo Bu Keyy.... udah lama ya gak ketemu," sapa gue pada Bu Key yang sedang terbaring sakit di atas ranjang.

"Eh... nak Gea... sini peluk... Bu Key kangen sama nak Gea," balas Bu Key setelah melihat gue. Gue langsung meluk dia erat.

"Kak... mamah tuh ya, jarang... makan. Kalo di suruh makan pasti selalu nyariin kak Gea," ucap Mita yang buat gue tersenyum.

Bu Key dan Pak Anwar adalah orang tua dari Vino, mantan gue.

"Nak Gea masih pacaran sama Vino kan?" Ujar Bu Key yang membuat gue kembali dingin.

"Udah gak bu. Dia udah sama yang lain," balas gue dingin.

"Yahh... padahal ibu seneng banget waktu kamu di bawa sama Vino ke sini. Maafin Vino ya nak kalo dia udah nyakitin kamu."

Gue hanya bisa tersenyum paksa. Setelah itu, gue pergi ke halaman rumah Pak Anwar. Di sana, gue dan juga teman teman gue mendengar suara ribut ribut dari arah luar yang makin lama makin keras. Hingga akhir nya ada 2 orang yang muncul dengan keadaan masih bertengkar.

'Kak Vino?'

~TBC~

My Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang