Bocah

3.6K 229 1
                                    

"Baiklah saya mulai.." Raja Grimm menghela nafasnya sejenak dan mulai berbicara.

"Saya mendapat laporan yang didengar oleh telinga saya sendiri langsung dari korban."

Ruka meringis saat dirinya di sebut sebagai korban, tapi memang dirinya korban namun ia tidak ingin mengakuinya.

"Perang akan terjadi dalam beberapa hari lagi, bisa itu terjadi besok atau nanti lusa. Saya ingin kalian melatih kemampuan yang telah kalian pilih. Latihlah dari sekarang. Fokuskan kekuatan kalian. Lawan yang kita temui bukan sekadar lawan. Mereka lawan yang kuat. Kalian tau perang seratus tahun silam? Negri kita menang dengan keadaan yang mengenaskan. Jadi saya harap kalian memiliki tekad bertarung yang baik, agar negri kita menang dengan selayaknya. Aku percaya pada kalian." Ucap raja Grimm lantang.

Keadaan aula sangat riuh banyak siswa yang ingin menyerah sebelum mulai. Ada juga siswa yang ingin segera mengeluarkan kekuatan. Dan ada siswa yang ragu ragu akan menang.

"Diam semua!" Ucap penasehat kerajaan yang berada di samping raja Grimm.

"Yang mulia belum selesai bicara."

Raja grimm mengangguk berterimakasih pada penasehat kerajaan itu.

"Begini. Saya tahu jika di antara kalian ada yang takut akan perang perebutan wilayah ini. Tapi apakah kalian akan membiarkan keluarga kalian yang kalian cintai mati mengenaskan di tangan musuh? Coba pikirkan baik-baik. Sekuat apapun musuh pasti memiliki kelemahan dan kelemahan itu kita gunakan baik-baik. Sekuat apapun musuh, jika kita bersatu kita akan menang melawan mereka." Raja Grimm tersenyum saat melihat para murid academy sedikit demi sedikit mulai memunculkan semangatnya.

"Jika kalian tidak bisa bertarung memakai tangan, pakailah kaki kalian. Jika kaki kalian tidak bisa melawan pakailah otak kalian. Saya yakin kalian bisa melawan mereka karena aku sangat percaya pada kalian."

Suasana aula mulai di lingkup aura positif dari murid yang mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Mereka mulai bersorak untuk meraih kemenangan di tangan mereka.

"Saya ingatkan sekali lagi. Bertempur lah sesuai formasi yang telah dibuat. Berperanglah sesuai kekuatan yang kalian pilih. Saling melindungi itu hal yang utama. Sekian." Raja Grimm melenggang dari panggung aula diikuti beberapa penjaga kerajaan.

Para murid mulai berhamburan ke luar aula dan kembali ke kelas masing-masing.

"Raja Grimm hebat bisa membakar semangat para murid." Ruka berdecak kagum saat duduk di bangkunya.

"Biasa." Ucap Alex malas sambil menopang dagu.

"Kenapa reaksimu seperti itu? Bukankah kau harusnya bangga dengan ayahmu?"

"Hn"

Ruka mulai malas untuk berbicara Jika Alex terlihat sudah malas untuk menanggapi, maka Ruka tak ingin berbicara juga. Karena apa? Karena Ruka yakin ia seperti sedang berbicara dengan batu.

Pengurus sekolah masuk ke dalam kelas dan menempelkan selembaran kertas di papan tulis lalu melenggang pergi dari sana tanpa berbicara sedikitpun.

Para murid buru-buru datang ke papan tulis yang baru saja di tempel. Ruka hanya diam di tempat. Ia tak ingin datang saat para murid masih banyak di sana. Ia tidak suka berdesakan jadi ia memilih untuk melihatnya saat pulang sekolah nanti.

Tak lama dari itu, suara bel berbunyi nyaring. Sebagian murid mulai keluar dari kelas dan sebagian lagi masih berada di kelas. Ruka mulai melangkah menghampiri papan tulis itu diikuti Alex di belakangnya.

Belakangan ini Alex selalu mengikuti nya kemana saja. Bagaikan magnet yang menempel pada magnet lainnya.

Ruka selalu bertanya pada Alex, kenapa Alex selalu mengikutinya. Namun Alex jarang menjawab dan pertama dan terakhir kali menjawab yaitu 'hanya kebetulan'. Namun Ruka tak menganggap itu sebuah kebetulan karena tidak mungkin kebetulan terjadi setiap hari bukan?

Black Shadow [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang