Terimakasih

3.5K 252 14
                                    

Ruka memberikan sepucuk surat untuk alex. Dan Alex menerimanya dengan bingung.

"Apa ini?" Tanya Alex setelah menerima surat itu.

"Itu surat, ya ampun seorang pangeran tidak tahu benda apa itu?"

"Bukan begitu bodoh. Maksudku kenapa kamu memberiku ini?"

"Baca saja saat kamu tidak melihatku lagi ok."

"Hm?"

"Ah lupakan. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Ruka mengirup nafsanya sebentar. Sangat berat bagi Ruka untuk melakukan perpisahan degannya.

“Apa aku masih punya hutang padamu Alex?” tanya Ruka dan Alex menggeleng. Ruka tersenyum lagi “baguslah kalau begitu.” Gumam Ruka.

Alex semakin bingung dengan perubahan Ruka yang hari ini sangat sering tersenyum padanya, Perasaan Alex teradap Ruka semakin tak karuan. Dirinya merasa ada yang ganjil.

“Alex boleh kuminta tanganmu?” Tanya Ruka. Anggukan di kepala Alex sebagai jawabannya. Tangan Ruka meraih tangan Alex yang pasti jauh lebih besar darinya.

‘Tangan yang besar dan kokoh. Apa nanti aku masih bisa merasakan tangan ini?’ batin Ruka sambil tersenyum.

Ruka menempelkan sendiri telapak tangan Alex pada pipi kanannya, Jari jempol Alex bergerak mengelus pipi Ruka. Kepala Ruka ia miringkan ke arah kanan dan matanya terpejam untuk beberapa saat merasakan kehangatan yang tersalur di sana.

“Sudah lama aku ingin seperti ini.” Gumam Ruka yang dapat di dengar Alex, Alex membuka mulut hendak bersuara, namun Mulut Ruka lebih cepat membuka suara.

“Ya, sudah lama sekali. Dulu aku sangat ingin tangan besar ini mengelus pipiku pelan seperti ini.”Ruka yang berdiri di depan Alex yang sedang duduk tiba-tiba tertawa.

“Ruka kenapa kamu-“

“Ahah aku merasa terlalu senang karena akhirnya tanganmu bisa mengelus pipiku, saking senangnya air mataku keluar.” Ucap Ruka sambil terus menghapus airmatanya yang kian lama semakin banyak. Tangan Alex yang masih berada di pipi Ruka, bergerak  menghapus air mata gadis di depannya itu.

“Ruka kamu tidak apa?”

“Alex aku ke sini ingin mengucapkan sesuatu.” Bukan menjawab pertanyaan Alex karena Ruka hanya memiliki waktu yang tidak banyak. Bahkan Tubuhnya sudah mulai melemas.

“Terimakasih untuk semuanya, terimakasih selalu mendengarkan ceritaku dan maaf untuk semua  kesalahanku.” Ucap Ruka sambil berkaca-kaca.

“Ruka kenapa tiba-“

“Jangan menyela, aku belum selesai.” Potong Ruka cepat. Sambil melepas tangan Alex yang berada di pipinya saat itu dan beralih menjadi menggenggamnya.

“Alex, Aku senang saat kita bisa mengobrol berdua, aku senang saat kamu memelukku dan aku senang saat kamu mengelus kepalamu.” Ucap Ruka sambil menitikkan air mata.

“Aku ingin melakukannya setiap hari.” Senyuman Ruka semakin mengembang dan di saat itu juga air mata yang keluar semakin banyak.

Alex diam tak bergeming, ia bingung harus melakukan apa. Baginya pernyataan Ruka terlalu tiba-tiba, Alex belum memikirkannya.

“Kamu pasti bingungkan kenapa tiba-tiba?” Tanya Ruka, Alex masih tetap diam menatap dalam manik mata Ruka.

“Alex, kamu ingatkan buku yang ku pinjam bersamamu?” Tanya Ruka.

“Book Of Dream?” Jawab Alex, yang di balas anggukan oleh Ruka.

“ ya, saat sebelum perang terjadi... Aku selalu membaca buku itu. Dan aku menemukan sebuah catatan di sana." Ruka terus memandang ke arah Alex dengan tatapan sedih.

Black Shadow [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang