.
.Aran perlahan membuka matanya.
"Mmm..." ringisnya ketika ia mencoba menggerakkan tubuhnya.Ia di dalam tabung besar.
Perlahan ia mengamati sekeliling.
Ia berada di sebuah ruangan aneh. Ada banyak peralatan dan cairan warna-warni.
Aran yakin ini sebuah lab.
Aran kembali mengingat, ia mengalami kecelakaan di tengah misi. Pesawat yang ia bawa terkepung pasukan musuh.
Aran melompat sesaat sebelum pesawat itu meledak.
'Aku beruntung masih bisa selamat.'
Sret!
Aran menoleh ke arah pintu.
Seorang perempuan memakai dress hijau cerah, masuk membawa nampan.
Mata hitamnya tanpa ekspresi menatap Aran.
'Apa aku sudah mati? Kenapa ada bidadari secantik ini?'
Aran membisu melihat kecantikan perempuan itu.
Para supermodel paling cantik, akan kalah jika dibandingkan dengan wajah perempuan itu. Tetapi, wajahnya kosong tanpa emosi. Seperti sebuah boneka, dia tampak tak bernyawa.
Perempuan itu meletakan nampan di atas meja. Ada beberapa suntikan di atas nampan.
Aran hanya menatapnya dari dalam tabung.
Masih tanpa kata. Perempuan itu melakukan segalanya dalam diam.
Aran bingung.
'Siapa kau?!' Aran hanya bisa menatap wanita itu penuh tanya, berharap wanita itu mengerti maksudnya.
Wanita itu masih diam.
Aran melihat setiap gerakan wanita itu. Semua indra tubuhnya menjadi waspada.
Wanita itu mendekati tabung Aran. Tangannya menyentuh tombol-tombol rumit. Setelah itu, wanita itu berdiri diam menatap Aran.
Aran tidak tahu. Tapi perlahan tubuhnya merasakan sakit luar biasa.
Mata Aran membelalak menatap wanita itu.
'Kau ingin membunuhku?!'
Wanita itu masih saja diam tanpa jejak ekspresi.
---
Aran kembali membuka matanya.
Kali ini ia tidak terbangun di tempat aneh seperti sebelumnya. Sekarang ruangan yang ia tempati terlihat normal.
Hanya sebuah kamar sederhana.
Aran bernafas lega. Ia masih hidup.
Wanita dress hijau itu masih sama.
"Dimana tempat ini? "
Wanita itu tidak menjawab. Ia membawa semangkuk bubur. Menjulurkan sesendok ke depan mulut Aran.
Jelas niatnya. Wanita itu ingin Aran makan.
Aran menghela nafas. Ia tak berdaya, ia hanya membuka mulutnya lalu menelan makanan dengan paksa.
Aran butuh energi.
"Siapa namamu?" tanya Aran lagi.
Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya diam.
Sampai makanan habis.
Aran lagi-lagi menghela nafas. Perempuan itu tak berniat bicara.
---
Aran terus diam memandang pintu yang baru saja ditutup.
"Dia bukan bidadari. Tapi malaikat maut. Dia ingin membunuhku secara perlahan dengan bubur asinnya." Aran menggerutu. Tentu saja ia tak berani mengatakan langsung.