Aran menyesap cangkir tehnya. Hangat dan manis.
"Kau masih belum bisa mengingat tahun itu?" Arlan bertanya.
Aran menggeleng. Tidak begitu peduli. Bukan hal penting. Selama ia tidak lupa namanya sendiri, dan keluarga. Tidak ada hal penting lainnya.
"Bagaimana kedaan Zaky?"
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." Aran menghela nafas, "Zaky sangat tertutup dan sulit diatur, sudah puluhan pengasuh mengundurkan diri." ia bukan ayah yang baik. Aran sadar diri.
"Bagaimana dengan ibunya? Kau sudah menemukannya?"
Aran menggeleng tak berdaya. Entah dimana keberadaan ibu Zaky. Aran tidak tahu.
"Aku berharap kau tidak akan menyesali keputusanmu." ucap Arlan.
Sedangkan Aran, ia menyasap kembali cangkir tehnya. Menganggap ucapan kakak kembarnya, hanya angin lalu.
---
Zaky Sanders, bocah berusia 3 tahun. Berjalan di sebuah lapangan hijau.
Beberapa orang berseragam TNI mengikuti di belakangnya. Tidak jauh, tapi juga tidak terlalu dekat.
Orang biasa sangat dilarang untuk berkeliaran bebas di area khusus ini. Tapi hanya ada satu pengecualian untuk Zaky.
Zaky berjalan dengan pipi gembulnya yang ikut bergoyang. Bocah itu menuju sekumpulan orang yang sedang bersantai di sebuah bangku panjang.
"Om..."
Sekumpulan orang itu menoleh.
Zero, Jaka dan Dewa. Mereka anggota DENJAKA.
"Mana ayah?" Zaky bicara, seolah ia adalah seorang pemimpin besar, dan mereka yang ia panggil 'om' hanya bawahan kecil. Setidaknya itulah yang ia pelajari dari ayahnya.
"Ohh, keponakan Om yang ganteng." Zero mendekap Zaky erat. Ohh betapa menggemaskannya bocah kecil Zaky.
"Lepas Om." Zaky meronta.
"Dimana pengasuh Zaky?" Jaka bertanya pada orang-orang yang mengikuti Zaky dari tadi.
Mereka menggeleng.
"Payah." Zaky mendengus.
"Mereka mengundurkan diri? Lagi?" tebak Dewa.
"Om, Ayah kapan pulang?"
"Ayahmu akan segera pulang. Tunggu aja ya." jawab Dewa.
Ya mereka baru saja mendapat kabar tentang kapten Aran.