3

469 29 0
                                    

Dr.  Shin bergegas pulang. Ia meninggalkan Lily, sepupunya, sendiri di rumah. Bodohnya ia menitipkan pasien koma pada sepupunya.

"Aku pasti setengah tidur waktu itu." Shin terus menggerutu sepanjang jalan.

Semakin mempercepat langkahnya.

"Apa dia akan peduli?" Shin menebak-nebak.

Shin kembali menggeleng. Lily sudah lama tidak peduli dengan sekelilingnya. Meski begitu, Shin masih berharap Lily bisa kembali.

---

Shin berkedip di ambang pintu.

"Kau... Kau.... Kapan kau sadar?" Shin tergagap.

Aran menatap bingung. Pria aneh itu, baru pertama kali ia lihat.

Shin mendekat, memeriksa keadaan Aran. Denyut nadi stabil. Singkatnya,  Aran pulih dengan cepat.

"Siapa kau?" Secara naluri Aran ingin tahu.

Aran benar-benar ingin tahu!

"Aku?" Shin menunjuk dirinya sendiri. "Dr. Shin, orang yang menemukanmu."

---

Shin tersenyum, ia mendekati Lily.

Lily mengangkat wajah pucatnya dari buku yang ia baca. Wajah sempurna jelmaan malaikat, tetapi wajahnya kosong tanpa emosi.

Shin sangat menyayangi sepupunya itu. Sayang nasib buruk memiliki ibu yang cemburu dengan kecantikannya. Mendapatkan perlakuan buruk selama bertahun-tahun, dan kemudian terjadi tragedi naas pada hari itu. Sejak saat itu, gadis itu telah kehilangan kekuatan untuk bicara.

Saat itu, dia masih muda. Lily adalah seorang bidadari yang terjebak dalam tubuh manusia.

Shin, dulu, selalu mengunjungi sepupu malangnya itu. Dia pribadi selalu menyesal bahwa dia tidak bisa membawa Lily keluar dari penderitaannya.

"Lihat ini. Aku ingin menunjukkannya padamu." Shin memberikan sebuah kertas pada Lily.

Dalam perjalanan tadi, ia menemukan sebuah cerita bagus.

Setelah melihat pasiennya -Aran- Shin bergegas menemui Lily.

Mata Lily yang tak bernyawa dan kosong menyusuri kertas itu. Shin berharap bahwa dia akan meledak dalam tawa.

Shin berharap bahwa Lily akan membuka mulut bahkan jika hanya sedikit.

"Kamu tahu, jika kamu tertawa atau tersenyum kali ini, itu akan menjadi yang pertama dalam 5 tahun?" Shin berpikir dengan sedih.

Wajah diam itu menghancurkan harapan sang dokter.

Lily melihat kertas itu dan mengembalikannya pada dia begitu saja. Sang dokter sekali lagi merasa sedih saat ia mengingat seberapa terangnya senyum Lily dulu.

"Baiklah.... Apa kamu perlu sesuatu yang lain? " tanya Shin.

Lily dengan lembut menggeleng.

"Kalau begitu, jangan sungkan-sungkan untuk memanggilku kapanpun kamu butuh sesuatu."

Shin keluar kamar Lily. Bibirnya mengerucut masam.

"Gagal lagi. Apa aku harus mencoba sebuah metode baru? Lingkungan baru lagi?"

Tak terhitung psikolog, psikiater telah disewa untuk mengatasi kondisi Lily, gagal semuanya. Tak satupun dari mereka bisa mencairkan hatinya yang membeku. Sekarang, hampir semua orang menyerah untuk membantu gadis itu.

---

DENJAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang