Aran mengingat sesuatu. Tegesa ia membuka ponselnya. Hampir lupa ia sudah memasang sesuatu di kalung Zaky.
"Ayo..." tiba-tiba Aran berdiri, mengajak Zero bergegas.
"Kemana, kapten?"
----
Berdiri di depan sebuah rumah sederhana.
"Untuk apa kita ke sini?" Zero masih tidak mengerti. Toh kapten tidak menjawab satu pun pertanyaan darinya.
Aran melangkah maju. Meninggalkan Zero dengan rasa penasarannya.
Tok tok tok
Aran mengetuk pintu rumah itu.
"Iya, tunggu..."
Aran mengernyitkan keningnya. Sepertinya ia mengenal suara sahutan menyebalkan itu.
Benar dugaannya.
Shin keluar. Muka dan rambut berantakan. Boleh Aran katakan, Shin lebih pantas dapat julukan dokter gila.
"Kau rupanya." ucap Shin.
"Dimana kau sembunyikan anakku?"
"Seolah aku yang menculiknya." Shin berdecak kesal.
"Masuk." Shin mempersilahkan.
---
"Jadi, kau ayah Zaky?"
Aran mengangguk.
"Setahuku kau belum menikah."
"Zaky anakku. Anak kandungku." Aran menggeram tidak suka. Bagaimana dokter gila ini bisa meragukannya.
"Aku hanya bertanya."
"Ayah...." suara Zaky memecah ketegangan di ruang tamu.
Aran memeluk erat. "Jangan lakukan lagi." Sungguh Aran takut.
---
Lily berdiri tak jauh dari ruang tamu. Ia mendengar semua percakapan mereka.
Matanya memanas. Seolah sebuah harapan ditumbuhkan.
Lily memasuki sebuah kamar yang sebelumnya ditempati Zaky. Mencari - cari di bantal. Kemuadian menemukan sisir tergeletak. Meraihnya perlahan seolah itu benda berharga.
---
"Tante cantik." Zaky membuka pintu kamar Lily. Ia ingin berpamitan.
Lily menoleh. Sorot matanya melembut.
"Ayahku udah jemput. Zaky harus pulang. Tapi.... Zaky masih mau main sama tante. Boleh kita ketemu lagi?"
Lily mengangguk.
Zaky melangkah maju. Memeluknya dengan lengan kecilnya.
Tubuh Lily menegang. Dengan kaku memeluk balik Zaky.
Jika Shin melihat ini. Dia pasti akan sangat senang. Bocah tiga tahun mampu meluluhkan hati Lily.
---
"Kau tidak ingin membatu?"
"Tidak."
"Ini misi kemanusiaan."
"Aku bukan orang dermawan."
"Kami akan membayarmu mahal."
"Apa aku terlihat seperti kekurangan uang?"
Sesuai rumor, ghost doctor sangat sulit diajak kerjasama.
Aran kembali menatap Shin. Ingin sekali ia memasukkan orang gila ini ke dalam karung. Membawanya paksa.
"Huh... Baiklah. Aku akan cari cara lain. Ku pastikan kau yang akan datang mengetuk pintuku."
"Pergilah. Aku tidak tertarik."
Aran pergi setelah Zaky selesai pamitan.
---
"Kamu ngapain aja di ruangan itu?" tanya Zero penasaran. Ia tidak tahu apa yang ada di dalamnya.
"Zaky ketemu bidadari." pipi Zaky bersemu metah.
Zero cengo. Tidak bisa berkata lagi. Sungguh imajinasi anak kecil luar biasa.