7

269 21 0
                                    

"Apa yang sudah terjadi?" Rey bertanya.

Aran meliriknya sekilas. Kemudian kembali menutup matanya.

Sepertinya Aran tidak berniat menjelaskan. Rey memaklumi. Menjadi terlalu banyak bicara kadang bisa sangat berbahaya.

"Kita akan kemana? Aku tidak mungkin mengantarmu pulang hanya dengan helikopter kecil ini."

"Bawa aku menemui Bang Arlan."

Rey menatap ngeri. "Kau akan mengganggu Bang Al?"

Arlan dan istrinya baru pulang dari bulan madu mereka. Apa Aran akan mengganggu pasangan baru itu?

Aran membuka matanya. Senyum bibirnya merekah. Ia baru ingat hal itu. Mengganggu Abangnya adalah kesenangan tersendiri bagi Aran.

"Mau bagaimana lagi. Perawatan dari Dr. Shin belum selesai. Aku tidak mau ke rumah sakit, jika aku punya Abang seorang dokter hebat."

Dasar pelit!

Rey mengangguk.

"Bagaimana kabar Kei?" Aran menoleh.

Wajah Rey terlihat bahagia. "Kei masih mengurus pameran di Paris." Ini juga salah satu alasan kenapa Rey ada di Paris.

"Kapan kau akan menikahi Kei?"

Wajah bahagia Rey luntur. Helaan nafas lelah bisa Aran dengar.

"Hahahaaa....  Lamaranmu masih ditolak?"

Rey menatap kesal Aran.

"Kei menerima lamaranku dengan satu syarat."

Ini berita baru bagi Aran.

"Syarat yang sangat sulit, Kei ingin menikah bersamaan dengan Kakaknya!"

Kakaknya? Maksudnya Aran?

"Aku?" tunjuk Aran pada dirinya sendiri.

Rey mengangguk.

"Kalau seperti ini terus. Kapan aku bisa menikahi Kei." Rey meratap.

Rey sudah bersahabat dari kecil dengan Aran. Rey tahu persis kehidupan Aran. Ia sangat yakin Aran tidak pernah jatuh cinta! Terlebih pekerjaan yang sangat Aran cintai, tidak memberi waktu untuk sekedar berkenalan dengan lawan jenis.

Aran menjitak kepala Rey. Ia tahu apa yang Rey pikirkan tentangnya.

----

Ting tong ting tong.

Aran memencet bel rumah Abangnya.

Setelah turun dari helikopter, ia masih harus menempuh perjalanan dengan mobil selama 3 jam. Sekarang ia sangat lelah.

Rey?

Lelaki sok sibuk itu sudah kembali ke asalnya.

Dak dak dak...

Aran menggedor pintu.

Ceklek.

Terlihat wajah yang persis sama, menyambut Aran.

Kedua mata Arlan melebar. "Kapan kau pulang tidak terluka?"

Aran menggaruk kepalanya. Ia lupa kapan terakhir kali pulang dengan mulus.

"Masuk!" perintah Arlan.

---

Arlan melakukan pemeriksaan singkat

Keadaannya sudah membaik. Meski sebelah tangannya masih diperban. Keseluruhan tubuh Aran dalam keadaan stabil.

DENJAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang